Suami Misterius - Bab 248 Satu-Satunya Wanita Yang Masuk Ke Tempat Ini

“Setelah tidur lalu melempar uang padaku, kamu anggap apa aku ini?” Clara tertawa dengan dingin dan sinis, lalu mengulurkan tangannya untuk menerima kartunya. Semua pelacur punya harganya masing-masing, dia sungguh penasaran berapa harga untuk dirinya. Seharusnya Tuan muda keempat Keluarga Sutedja tidak akan terlalu pelit padanya.

Rudy tahu kalau dia pasti salah paham, tanpa memperdulikan perlawanannya, ia langsung mengulurkan tangan dan merangkulnya.

“Menurutmu siapa dirimu?” dia memeluknya begitu erat, mengecup matanya, ada rasa asin disana. “Kamu adalah wanitaku, ibu dari putraku, calon istriku.”

Dalam ucapan Rudy ada ketidakberdayaan, juga ada senyum yang tipis. “Ketika seorang pria sudah memutuskan untuk menghabiskan hidupnya dengan seorang wanita, baru akan menyerahkan kartu berisi tabungannya, karena ini sama dengan menyerahkan seluruh miliknya ke tangannya.”

Clara mengerjapkan matanya yang basah oleh airmata, ada perasaan sulitt percaya dalam tatapannya. Tiba-tiba ia merasa skartu kredit hitam yang ditangannya itu terasa panas.

Ini adalah kartu tabungan Tuan muda keempat keluarga Sutedja, didalam tabungannya ada berapa digit nol, mungkin dia harus menghitungnya sesaat baru bisa menyebutkan angkanya.

“Hari ini aku tidak ingin pergi syuting.” Clara kembali berbaring diranjang dengan malas.

“Kenapa lagi?” Rudy bertanya dengan penuh perhatian.

Clara langsung menarik selimut sampai menutupi kepalanya, suaranya dari balik selimut terdengar teredam. “Ada uang yang tidak habis dalam kartu, daripada harus bekerja banting tulang di tempat syuting untuk uang yang tidak seberapa, lebih baik aku jadi kutu beras saja dirumah.”

“Kamu hanya mampu segitu saja.” Rudy tertawa dengan tidak berdaya, mengulurkan tangan untuk menyibak selimut yang menutupi kepalanya, takut dia dia tidak bisa bernafas.

Clara mengerjapkan matanya yang indah dan berbulu mata tebal, “Aku memang tidak memiliki bakat dalam hal apapun, membangun dan melindungi Negara tidak akan sampai pada giliranku, aku hanya ingin hidup dengan damai dengan lelaki yang ku cintai.”

Clara mengulurkan tangan dan merangkul lehernya, mengangkat dagu dan berkata dengan tegas, “Mulai hari ini, milikmu adalah milikku, dan milikku tetap milikku, mengerti?”

“Iya.” Rudy tertawa kecil menenangkannya. Lalu bangkit berdiri dan berjalan kesamping lemari pakaian, mencari sebuah kemeja untuk diberikan pada Clara.

“Pakai dulu, nanti sekretaris akan mengantarkan pakaianmu.”

“Oh.” Clara mengenakan kemeja itu, lalu turun dari ranjang dengan telanjang kaki, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk mandi.

Ketika daia keluar dari kamar mandi, melihat Rudy yang masih ada dalam kamar, ia segera menghampirinya untuk minta dipeluk.

“Menurutlah, makan dulu, kalau tidak dimakan nanti makanannya keburu dingin.” Rudy tersenyum tidak berdaya, berusaha melepaskan gurita mungil ini dari tubuhnya.

Rudy melihat kakinya yang putih menginjak lantai tanpa alas kaki, “Di dalam villa tidak ada sandal untuk wanita, lain kali aku akan menyuruh sekretaris untuk menyiapkannya.”

Sebenarnya Clara tidak begitu suka memakai sandal, lantai kayu sama sekali tidak terasa dingin dikaki.

“Kamu seharusnya meminta seretaris sekalian membawakan obat ketika membawakan bajuku, semalam kamu sama sekali tidak menggunakan pengaman.” Clara mengingatkan.

Rudy membawanya ke villa tanpa secara mendadak, tentu saja tidak mempersiapkan kondom terlebih dahulu.

“aku sudah berpesan padanya.” Rudy berkata, “Aku akan mencari waktu untuk membeli dua kotak kondom untuk disimpan disini, lain kali tidak akan terjadi kecelakaan seperti ini lagi.”

“Kamu ga usah kegeeran, siapa yang bilang masih mau datang kesini untuk melakukan itu bersamamu lagi.” Clara menjawab dengan muka merah. Lalu berjalan keluar kamar dengan mengenakan kemejanya.

Villa ini sungguh tidak kecil, dilihat dari luar keseluruhan bangunan paling tidak luasnya bsa mencapat seribu meter persegi.

Semalam ketika datang sudah larut, mereka berdua sedang dalam keadaan penuh emosional dan asik bercumbu, sama sekali tidak sempat melihat villa ini.

Sekarang Clara baru punya waktu untuk mengamati villa ini.

Dia berdiri di tangga kayu sambil melihat kesekeliling dengan waajh penasaran.

Desain villa ini memiliki style klasik, membuatnya merasa seperti berada ditengah dibangunan kuno pertengahan abad, namun dekorasi rumah ini tidak berlebihan, bahkan tidak bisa dikatakan sangat mewah.

Namun Clara tumbuh di keluarga yang berada, sedikit banyak mengerti barang. Tidak perduli dekorasi ataupun perabot yang digunakan, tidak ada satu pun yang murah.

Bahkan lukisan yang tergantung di dinding, pajangan keramik di ruang tamu, sepertinya ia pernah melihatnya di beberapa acara lelang.

Clara tidak mengerti barang antic, sehingga tidak bisa membedakan barang asli dan palsu. Namun, berdasarkan statusnya sebagai Tuan muda keempat keluarga Sutedja, barang dirumah ini tidak mungkin barang imitasi.

“Tuan muda keempat sungguh tidak suka pamer ya.” Clara tidak tahan untuk memujinya.

Rudy tersenyum tipis sambil menggandeng tangannya turun melewati tangga kayu.”Kalau ingin melihat-lihat, nanti aku ajakkamu berkeliling setelah makan.”

Clara mengangguk, lalu berjalan sambil bertanya, “Kita sekarang berada di district mana?”

“Area tepi laut.” Rudy menjawab.

“Pinggir laut?” wajah Clara terlihat terkejut.

Area ini tepat berada di pinggir laut samping gunung, merupakan wilayah yang sangat mahal di Kota A, setiap meter tanah disini bagaikan emas, hanya satu buah villa disini daja, sudah bisa membangun mansion yang sangat mewah di Kota A.

Clara melihat lagi villa ini, seketika ada cahaya berkilauan diseluruh rumah ini.

Dia berjalan ke ruang makan untuk makan bersama Rudy, dia membuat bubur daging tanpa lemak, ketika perut kosong, memakan semangkuk bubur yang hangat rasanya sangat nyaman.

Clara menghabiskan satu mangkuk bubur, memakan sebuah cakwe susu, ditambahsebutir telur, rasanya perutnya sangat penuh.

Setelah makan, Rudy menggandengnya untuk berjalan di halaman agar pencernaannya lancar.

Clara duduk dibawah pohon Cemara, menatap villa yang bagaikan castil dengan mata menyipit, lalu bertanya dengan peansaran, “Siapa yang mendesain bangunan ini? Lumayan bagus.”

“Aku yang mendesainnya.” Rudy menjawab.

“Kamu juga mengerti tentang arsitektur?” Clara terlihat tidak percaya.

“Standart profesi, ketika masih sekolah sempat menyukai arsitektur, sehingga memilih jurusan desain. Sketsa bangunan rumah ini aku buat ketika berusia 17 atau 18 tahunan, ketika itu aku belum masuk pelatihan militer sehingga punya waktu luang lebih banyak.” Rudy menjawab dengan santai.

Clara sama sekali tidak mengerti arsitektur, melihat Rudy yang sudah bisa mendesain villa diusia 17 tahunan ini, wajahnya dipenuhi ekspresi kagum.

“Kenapa didesain seperti kastil?” Clara bertanya dengan penasaran.

“Mungkin karena membaca terlalu banyak buku desain grafis bangunan di Eropa, sehingga mendapat ilham dari sana. Ketika itu, aku berharap bisa tinggal dengan wanita yang kucintai didalam rumah ini.”

“Terdengar seperti dalam dongeng.” Clara tersenyum, diakhir cerita dongeng, putrid an pengeran tinggal di kastil yang seperti ini, lalu hidup bahagia selamanya.

“Tapi kamu baru berusia belasan tahun sudah mendesain rumah untuk pernikahanmu, bukankah ini terlalu cepat.” Clara cucuk diatas kursi panjang berbahan kayu, mengayunkan kedua kaki sambil menggodanya.

“Diusia seperti itu, tidak perduli pria maupun wanita, pasti akan memiliki khayalan tentang masa depannya bersama pasangan hidupnya.” Rudy berkata dengan ekspresi wajar.

“Apakah kamu pernah tinggal disini bersama calon istrimu?” Clara menoleh kearahnya, rambut panjangnya yang hitam dan lembut terurai disamping, matanya yang jernih mengerjap, terlihat begitu polos dan santai.

Tapi kenyataannya dia sangat perduli. Kalau dia megangguk dan menjawab ‘pernah’ maka dia seumur hidupnya dia tidak akan menginjakkan kakinya disini lagi.

Rudy menggeleng dengan polos, lalu menjawab, “Tidak. Ketika kamu putus, bangunan ini baru membangun fondasi. Lalu aku keluar negri, tempat ini sempat terbengkalai, baru dua tahun terakhir dilanjutkan dan selesai sekarang, kamu adalah sattu-satunya wanita yang pernah masuk ke sini.”

Clara tersenyum dengan puas, lalu menunjuk bangunan villa didepannya, “Rumah untuk pernikahan?”

“Kalau kamu bersedia.” Rudy menjawab.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu