Suami Misterius - Bab 877 Mengambil Barang Tanpa Izin Pemilik Adalah Pencurian

"Bukankah aku sudah bilang, dia tiba-tiba masuk dan membuatku kaget. Dia mengagetkanku, tapi dia tidak minta maaf, benar-benar kurang ajar! Kurang ajar!" Petty berkata dengan kasar dalam bahasa Inggris yang jelek, mengentak-entakkan kaki dengan emosi.

Clara marah hingga tertawa, merasa dirinya seperti sedang menonton pertunjukkan.

Karena mereka suka berakting, Clara pun tidak keberatan untuk menemani mereka menyempurnakan akting ini. Bagaimanapun mereka semua adalah aktor yang baik.

Clara mengangkat tangan untuk menggaruk kepala, berkata dengan ekspresi kosong dan tanpa daya, "Maaf, aku melupakan banyak hal setelah ingatanku hilang sehingga aku masuk ke ruangan yang salah."

Seusai itu, dia menoleh ke Nenek Sunarya dengan wajah yang penuh penyesalan, "Nenek, tolong minta pelayan untuk membawaku ke kamarku dan Rudy, aku mau mengambil barang."

Pada saat ini, wajah Nenek Sunarya tampak canggung, dia tahu Clara sengaja memanfaatkan prihal kehilangan ingatan untuk memojokkannya, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena bagaimanapun dia yang bersalah dalam hal ini.

Suasana terjebak dalam kecanggungan sementara.

Rudy berjalan ke sisi Clara, tangan melingkari pinggangnya, berkata dengan lembut, "Kamu tidak masuk ke kamar yang salah. Ada orang yang sembarang menempati sarang yang bukan miliknya."

Setelah selesai berbicara, tatapan dingin Rudy tertuju pada Nenek Sunarya, bertanya, "Mengapa mereka ada di kamarku dan Clara?"

Nenek Sunarya secara naluriah mengulurkan tangan untuk menopang kening, kepalanya terasa sakit.

Ketika dia bangun, dia baru menyadari ternyata cucu perempuannya tinggal di kamar cucu dan menantunya tanpa seizinnya. Dia baru saja hendak membicarakan hal ini dengan Astrid agar menyuruh mereka kembali ke kamar mereka sendiri. Keluarga Sunarya bukan tempat di mana mereka bisa bertingkah sewenang-wenangnya.

Alhasil, Rudy dan Clara malah pulang pada saat ini.

"Kamar di lantai dua terlalu kecil dan sempit untuk Petty dan Conan tinggal berduaan. Jadi, Petty mencari kamar kosong di lantai tiga untuk tinggal sementara waktu. Aku baru saja ingin memberi tahu kalian masalah ini. Kita semua adalah keluarga, tidak perlu bertengkar hanya karena masalah kamar ..."

Astrid mengangkat dagu, berkata dengan sikap seolah itu adalah hal yang wajar. Hanya saja, dia langsung diinterupsi Rudy sebelum dia selesai berkata.

“Apakah aku bertanya padamu!” Suara Rudy tiba-tiba mendingin beberapa derajat, atmosfer dingin membuat Astrid seketika terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.

Astrid cemberut, berdengus acuh tak acuh: "Tuan Rudy benar-benar hebat. Meskipun kami yatim dan janda, tapi bagaimanapun juga aku adalah tetuamu."

Astrid berkata dengan marah, air liur bercipratan.

Rudy seolah tidak mendengar kata-katanya, bahkan pandangan dari sudut mata pun tidak ingin diberikan Rudy untuknya.

Dia menyipitkan mata sambil melihat Clara, nada kembali melembut, "Pergi ambil barangmu dulu."

“Iya.” Clara mengangguk, melewati Petty dan Conan, berjalan ke ruang ganti.

Setelah Clara berjalan ke ruang ganti, dia mendapati bahwa barang-barangnya berantakan. Banyak pakaian dilempar asal-asalan di lantai setelah dicoba pakai.

Tubuh Petty lebih tinggi dan besar dari Clara, jadi banyak pakaian Clara yang tidak muat dipakai Petty.

Clara mengerutkan kening, menginjak pakaian-pakaian itu dan berjalan ke laci tempat kotak perhiasan diletakkan.

Laci juga berantakan. Clara sekilas menghitung, sepasang anting-anting kristal hilang, sebuah gelang berlian dan kalung turmalin yang peninggalan ibunya juga hilang.

Clara sangat marah, berbalik dan berjalan keluar dari ruang ganti, kemudian berjalan ke hadapan Petty, berwajah dingin sambil merentangkan telapak tangannya di depan Petty, "Di mana perhiasanku, kembalikan."

"Perhiasan apa, aku tidak melihatnya sama sekali, kamu jangan sembarang menuduh orang!" Petty menjawab dengan lantang. Pada saat yang sama, dia menggerakkan kakinya dan bersembunyi di belakang ibunya.

Astrid benar-benar ibu yang baik, dia berdiri di depan putrinya, "Clara, apakah kamu memiliki bukti yang menunjukkan Petty mengambil perhiasanmu, apakah kamu melihatnya dengan matamu sendiri?"

Tinju Clara mengepal, dia marah hingga wajah memucat. "Aku boleh mengabaikan barang lain. Jika kamu suka, aku boleh memberikannya padamu. Namun, kalung turmalin itu harus dikembalikan kepadaku. Itu peninggalan dari ibuku untukku. Dia sudah tiada, itu adalah peninggalannya."

Setelah mendengarkan itu, Petty tidak tergerak. Air mata menggenangi matanya. Dalam hatinya berpikir bahwa Clara hanya meminta kalung itu pasti karena kalung turmalin itu paling berharga.

"Peninggalan apaan, kata-kata sial. Aku sudah bilang aku tidak melihatnya, aku juga tidak tahu. Kamu jangan asal menuduhku!"

"Kamu!" Clara sangat marah hingga ingin menamparnya.

Satu tangan tiba-tiba melingkari pinggangnya yang ramping, kehangatan telapak tangan itu memberikan ketenanagan. Clara agak menoleh, wajah Rudy yang berkontur jelas memenuhi pandangannya.

“Menuduhmu?” Rudy mengangkat alis dengan dingin, memandangi mantel di tubuh Petty dengan tatapan tajam, "Tuduhan apa yang dicantumkannya padamu? Apakah mantel yang dikenakanmu itu bukan milik Clara? Mengambil barang tanpa izin pemilik adalah curi, harga mantel di tubuhmu itu cukup untuk membuatmu dipenjarakan."

Setelah mendengarkan itu, raut muka Petty agak berubah, dia secara naluriah menarik sudut pakaian Astrid, "Ibu."

"Hanya mantel, perlukah dipermasalahkan." Ujar Astrid sambil tersenyum.

"Tidak hanya mantel, pakaian yang rusak di ruang ganti juga harus dibayar sesuai dengan harganya. Aku akan mengirimkan tagihan kepada kalian. Jika aku tidak menerima uang, kalian pun harus pergi ke kantor polisi dan menjelaskannya kepada polisi." Selesai itu, Rudy menggandeng tangan Clara dengan erat.

“Ayo, aku akan mengurus barang-barang di sini.” Kata Rudy kepada Clara.

“Oke.” Clara mengangguk, sepenuhnya memercayai Rudy tanpa syarat.

Rudy menggandeng Clara dan hendak turun ke lantai bawah. Ketika melewati Nenek Sunarya, dia mendengar Nenek Sunarya menghela nafas berat.

Hati Nenek Sunarya tahu dengan jelas bahwa cucunya ini benar-benar marah, begitu dia memindahkan barang-barang yang tersisa di Rumah Sunarya, dia pun tidak akan pernah kembali lagi.

Rudy hanya berhenti sekejap dan berkata dengan tawar, "Nenek, kami akan mengunjungimu lagi di lain hari."

Setelah selesai berbicara, dia pun pergi bersama Clara.

Segera setelah dia pergi, Ajudan Jiang membawa beberapa orang ke Rumah Sunarya.

Meskipun orang-orang ini mengenakan pakaian kasual, tetapi fisik dan temperamen mereka jelas menggambarkan bahwa mereka adalah tentara, suasana menjadi amat menekan. Sikap Ajudan Jiang sangat sopan, orang-orang ini terlatih baik, kamar lantai tiga segera dikosongkan dalam waktu yang singkat.

Petty ingin meninggalkan beberapa pakaian yang disukainya, Ajudan Jiang langsung menyuruh bawahan untuk meletakkan pakaian-pakaian itu tanpa banyak omong, kemudian menambahkan harga pakaian itu ke dalam tagihan.

Semua pakaian dan perhiasan yang tersentuh Petty ditinggal di Rumah Sunarya. Ajudan Jiang sekaligus meninggalkan tagihan yang terperinci itu di Rumah Sunarya. Jumlah tagihan merupakan angka-angka yang mengejutkan.

Nenek Sunarya melihat tagihan itu sambil menghelas nafas. Ketika Bahron dan Adrian pulang, Nenek Sunarya memberi tahu mereka tentang hal ini.

Setelah mendengarkan, Ardian juga tidak bisa menahan cibiran. Tapi bagaimanapun Astrid dan Petty adalah putri dan cucu kandung Nenek Sunarya, ada kata-kata yang tidak bisa dikatakan Adrian secara terang-terangan, jadi dia pun hanya berkata dengan lembut, "Aku tidak mengaturnya dengan baik. Aku tidak terpikir Petty akan membawa pulang asistennya. Aku akan menyuruh pelayan untuk mengaturnya. Jika Petty suka kamar lantai tiga ..."

"Suruh pelayan membersihkan kamar di lantai tiga. Semua barang dan persediaan disiapkan sesuai dengan kebutuhan Rudy dan Clara saat tinggal di sini. Pulang atau tidak adalah urusan mereka, membereskannya atau tidak adalah urusan kita. Tunjukkan sikap kita yang peduli terhadap mereka, jangan menyakiti hati anak."

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu