Suami Misterius - Bab 1035 Sepertinya Tidak Mengunci Pintu

Malamnya, setelah Wilson tertidur, Clara dan Wulan makan malam dan minum sedikit anggur sambil mengobrol tentang masa lalu.

Masa lalu dalam ingatan Clara, ada Ibu, Evi, ada Yanto dan juga Rina, Yunita dan Elaine bertiga.

Sekarang mereka semua sudah tiada, Clara tiba-tiba menyadari bahwa cinta, benci dan dendam itu telah dicairkan oleh waktu, Clara tidak lagi membenci dan bahkan tidak begitu mempedulikannya lagi.

Wulan juga minum sedikit anggur, meratapi bahwa dirinya sudah tua dan selalu suka mengingat masa lalu.

Clara tersenyum dan berpikir, karena ini sudah berlalu, mengapa masih merasa begitu emosional sesekali.

Clara merasa pusing sehabis minum, kemudian kembali ke kamar dan berbaring di tempat tidur, terasa seperti dunia berputar.

Clara mengulurkan tangannya dan menekan pelipis mata yang sakit, dalam hatinya berpikir, mungkin karena sudah lama tidak minum, makanya menjadi sangat pusing.

Clara melepas sepatunya, lalu menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya dan hendak tidur. Clara sepertinya mendengar ponsel berdering dengan samar-samar.

Clara memaksakan diri untuk bangkit dan duduk, kemudian mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya dan menjawab.

"Belum tidur?"

Suara Rudy terdengar dari ujung telepon, suaranya rendah dan lembut, sangat enak di dengar.

Clara baring kembali ke tempat tidur sambil memegang ponsel, matanya sedikit kabur dan sudut bibirnya sedikit tersenyum.

"Aku akan tidur, minum sedikit bersama Bibi Wulan dan mengobrol sebentar."

"Kamu sudah lama tidak minum. Minum sesekali mungkin akan sakit kepala. Minumlah obat sebelum tidur agar besok terasa sedikit nyaman."

Rudy menasehati.

"Oh."

Clara menanggapinya dengan acuh tak acuh.

"Pergi makan sekarang dan tidurlah setelah makan."

Rudy berkata lagi, nadanya sedikit lebih kuat, karena tahu bahwa Clata pasti tidak akan melakukannya.

Clara duduk dengan goyah dari tempat tidur, kemudian mengeluarkan kotak obat dan mengambil dua pil anti-alkohol, lalu mengirimkan gambar kotak obat ke Rudy dengan pesan: Tugas selesai.

Rudy menjawab: Baik.

Tidak tahu apakah karena minum alkohol atau bukan, Clara tidur dengan sangat nyenyak. Tempat tidur yang telah dia tempati selama lebih dari sepuluh tahun ini tiba-tiba terasa sangat nyaman.

Keesokan harinya cuaca sangat cerah dan tidak berawan.

Clara bangun pagi-pagi, sarapan dan setelah semuanya dikemas, Clara lalu berangkat pergi ke pemakaman bersama Wilson.

Sebelah tangan Clara memegang Wilson dan satunya lagi memegang karangan bunga lili besar, menaiki tangga yang panjang.

Tiba di nisan. Yang mengejutkan adalah di depan batu nisan sudah ada seikat krisan putih. Di depan tangga, ada seorang pria jangkung berdiri.

"Ayah!"

Wilson berlari dengan gembira dan mengulurkan tangannya untuk memeluk pinggang Rudy.

Rudy tersenyum hangat, mengulurkan tangannya dan menyentuh kepala putranya, lalu mengangkat matanya melihat istrinya yang berdiri tidak jauh dari sana, dengan tatapan lembut.

"Bagaimana kamu datang?"

Clara agak terkejut, oh, bisa dianggap sebagai kejutan.

"Aku menyelesaikan pekerjaanku lebih awal dan tadi malam bergegas kemari."

Nada suara Rudy sangat santai, tapi merah pucat di matanya tidak bisa disembunyikan.

Clara mengangkat sudut bibirnya, sangat terharu.

Clara berjalan ke sisi Rudy, kemudian membungkuk dan meletakkan bunga lili di tangannya di samping buket krisan putih Rudy.

Kemudian, mengeluarkan sapu tangan sutra putih dan dengan hati-hati menyeka debu di batu nisan.

Clara dengan tenang melihat foto di batu nisan dan hening sejenak.

Evi tersenyum ringan di batu nisan dan hidupnya berhenti di sana selamanya.

"Bu, apa yang sedang kamu pikirkan?"

Wilson melihat Clara tidak berbicara cukup lama, kemudian mengulurkan tangannya dan menarik ujung pakaian Clara.

"Aku sedang memikirkan nenek."

Clara menekan sudut bibirnya dengan ringan dan berkata dengan nada lembut.

"Nenek itu orangnya seperti apa?"

Wilson memiringkan kepalanya dan bertanya dengan bingung.

"Nenek adalah orang yang sangat baik, tapi kepribadiannya lemah."

Clara selesai berbicara, kemudian memegang bahu Wilson dan berkata, "Wilson sudah besar dan harus bersikap baik seperti nenek, tetapi kamu tidak boleh menjadi lemah, karena yang lemah akan ditindas.

"Aku mengerti."

Wilson mengangguk dengan serius, "Wilson akan menjadi orang yang baik dan kuat saat besar nanti dan akan melindungi ibu dan adik."

"Wilson sangat baik."

Clara menjangkau dan memeluk Wilson.

Rudy berjalan mendekat, memeluk istri dan putranya.

Mereka tinggal di Kota A selama dua hari, karena Key masih di rumah, jadi tidak mungkin tinggal di luar terlalu lama.

Clara tidak melihat gadis kecil itu selama tiga hari. Bagaimanapun juga, itu adalah daging yang jatuh dari tubuhnya dan Clara sangat merindukannya.

Clara memegang Key dan mencium wajah dan tangan kecil anak itu dengan penuh kasih.

Namun, Key tampak setengah mengantuk dan menguap, bahkan tidak mengangkat kelopak matanya.

Tetapi, Key sangat menghargai kakaknya. Saat Wilson menggodanya di samping tempat tidur, Key terkikik dua kali.

Ketika giliran Rudy menggendongnya, ayah dan putri itu saling memandang, menatap dengan penuh kasih sayang.

Key bersandar di lengan ayahnya, mulutnya tidak berhenti mengoceh, seolah sedang mengatakan pikiran yang tak ada habisnya.

Clara : "..." Clara berjalan keluar dari kamar bayi tanpa suara dan kembali ke kamar sendirian.

Setelah membuat Key tertidur, Rudy kembali ke kamar.

Begitu membuka pintu, Rudy melihat Clara berdiri tanpa alas kaki di depan jendela Prancis, mengenakan rok sifon putih, mungkin karena barusan selesai mandi, rambut panjang yang basah disampirkan.

Rudy berjalan mendekat dan memeluk pinggang Clara dari belakang.

"Apakah kamu tidak perlu pergi kerja hari ini? Mengapa punya waktu untuk menemani anakmu. "

Clara berkata, nada lembutnya terdengar sedikit masam, ternyata cemburu lagi sama gadis kecil itu.

Rudy tertawa dan menjawab: "Ambil cuti tahunan dan ingin menemanimu."

Clara berbalik, lengan lembutnya melingkari leher Rudy.

Clara mengangkat pipi putihnya, sengaja memanjangkan nada suaranya, suaranya yang lembut bercampur dengan sedikit kemesraan: "Menemaniku, bagaimana caranya?"

Rudy tertawa kecil, mengulurkan jari-jarinya yang panjang dan mencolek ujung hidungnya dengan ringan, "Sudah mulai nakal."

Clara tertawa dan tidak berkata-kata, ujung jari menggoda dada Rudy.

Jakun Rudy terus bergerak dan pengendalian dirinya yang sombong dengan mudah runtuh di depan Clara.

Terlebih lagi, setelah Clara hamil, Rudy hampir tidak pernah menyentuhnya, terutama pada tahap akhir kehamilan, perilaku paling intim antara keduanya hanya pelukan dan ciuman.

Jika di hitung-hitung, sudah lebih dari setengah tahun.

Rudy menunduk, bibirnya menempel di telinga Clara dan bertanya dengan suara serak, "Apakah boleh?"

Rudy selalu khawatir karena Clara belum pulih setelah melahirkan, jadi Rudy tidak pernah mengambil inisiatif untuk meminta kasih sayang yang intim.

Clara menjawabnya dengan mencium bibir Rudy.

Keempat bibir saling menekan bersama, Rudy hanya merasakan semburan arus listrik mengalir ke tubuhnya secara instan. Rudy dengan kuat menggendong Clara dan melemparkannya ke tempat tidur besar yang nyaman... (10.000 kata dihilangkan di sini, lengkapi plotnya sendiri).

Setelah selesai, Clara memakai selimut dan menyandarkan kepalanya di pangkuan Rudy, ujung jarinya yang pituh masih menggambar lingkaran di perut Rudy dengan gelisah.

Punggung lurus Rudy setengah bersandar di kepala tempat tidur, satu tangan mengancingkan kancing baju dan tangan lainnya meraih tangan Clara yang gelisah, kemudian mengangkat alisnya dengan sedikit pesona jahat.

"Tidak lelah? Nyonya ingin mengundangku sekali lagi? "

"Jahat."

Clara melihat bahwa Rudy akan menerkam, kemudian tertawa dan menghindar, lalu melompat dari tempat tidur sambil menarik selimut.

Keduanya sedang bermain-main, saat pintu kamar diketuk dari luar dan suara ketukan di pintu bercampur dengan suara Wilson.

Clara tiba-tiba menyadari bahwa dia sepertinya... lupa mengunci pintu.

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu