Suami Misterius - Bab 481 Clara, Sini

Setelah Clara selesai mengurus prosedur rawat inap, Ardian menyeretnya untuk pergi melakukan pemeriksaan.

Kenzy membaca setiap laporan pemeriksaan, tidak terdapat masalah.

"Untungnya, semuanya hanyalah luka ringan pada kulit, cukup mendatangi spesialis untuk dilakukan pembersihan dan pengobatan pada luka."

“Dia dilindungi oleh Rudy dalam pelukan, tentu saja tidak apa-apa.” Ardian melontarkan sebuah kalimat sebelum berbalik dan berjalan keluar dari kantor Kenzy.

Clara merapatkan bibir tipisnya dengan erat, menundukkan kepala tanpa mengatakan apa-apa, wajahnya tampak canggung.

"Itu, kamu jangan merasa kesal. Kak Adrian memang seperti ini, bermulut pisau, tapi kenyataannya berhati lembut." kata Kenzy sambil tersenyum malu.

Clara melengkungkan bibir, dia tentu mengerti. Ardian hanyalah tidak mau kalah di mulut, tapi hatinya sangatlah lembut. Kalau tidak, ia tidak akan menyeret dirinya untuk melakukan pemeriksaan.

“Rudy seharusnya sudah bangun, aku kembali ke bangsal dulu.” Clara bangkit dari kursi, meninggalkan kantor wakil kepala rumah sakit, kantor Kenzy, lalu naik lift untuk kembali ke area bangsal.

Saat dia kembali ke bangsal, Rudy sudah bangun, Raymond juga telah datang, keduanya sedang berbicara.

"Kepalamu dibalut seperti bakcang, kamu tidak tertabrak sampai jadi bodoh, kan." kata Raymond sambil tersenyum, tangan menopang pipi.

Rudy memberinya tatapan dingin, memegang dahinya dengan satu tangan. Dia masih merasakan sakit kepala yang hebat.

"Untungnya, fungsi keamanan mobilmu yang diimpor itu adalah yang terbaik, jika tidak, kamu yang sekarang mungkin tidak hanya sekadar mengalami gegar otak, kepalamu bisa saja pecah. Menjadi hero juga harus tahu batas. Rudy, kita sudah kenal selama bertahun-tahun, kenapa aku tidak tahu bahwa kamu juga memiliki semangat tak kenal takut dalam mengorbankan diri untuk menyelamatkan kekasih.”

Raymond melipatkan kaki, duduk di kursi sebelah tempat tidur, mengolok-olok dengan ekspresi penuh ejekan.

Rudy agak mengernyit, dia merasa sakit kepala dengan omelannya yang berisik, bertanya dengan sedikit jengkel: "Bagaimana penyelidikannya?"

"Orangnya telah dikendalikan, seorang peminum yang menimbulkan kecelakaan setelah minum, dia sudah mengakui kesalahannya." jawab Raymond dengan santai.

"Peminum?" Rudy mendengus dingin, "Kulihat dia tampak sadar. Kelihatannya dia sengaja berhenti di persimpangan itu untuk menungguku. Aku memutar arah untuk menghindarinya, dia malah ikut putar dan menabrak kami. Jelas, dia tidak akan berhenti jika tidak berhasil menabrakku."

Raymond mengangguk, "Aku pergi ke tempat kejadian untuk memeriksa, tanda-tanda mobil di tanah sangat jelas, dia memang sengaja menabrakmu. Selain itu, konsentrasi alkohol dalam darahnya tidak akan membuatnya mabuk hingga tidak bisa melihat jalan dengan jelas. Namun, bagaimana bisa seorang pemabuk berurusan dengan kamu, kelasnya sama sekali tidak mungkin berhubungan dengan orang seperti kita."

“Apakah penginterogasian mereka tidak mendapatkan hasil?” Rudy bertanya lagi.

"Mulutnya sangat rapat, dia tidak mengatakan apa pun. Beberapa orang yang hebat dalam interogasi bergiliran menginterogasinya. Bagaimanapun cara mereka, pemabuk itu hanya mengaku bahwa dirinya mengendara mobil setelah minum." Raymond melambaikan tangan.

“Jangan omong yang tidak guna lagi, cepat katakan apa yang ditemukan, aku masih mau istirahat.” Rudy bertanya dengan tidak sabar.

Dia mengenal Raymond dengan baik, jika Raymond tidak menemukan apa-apa, ia tidak akan berani muncul di depannya.

Raymond tersenyum, kebanggaan meliputi seluruh wajahnya.

"Berkat kewaspadaanku, aku bahkan memeriksa semua generasi keluarga si pemabuk ini, termasuk kehidupan sehari-harinya, tidak peduli seberapa kecil hal itu, semuanya telah diperiksa olehku. Barulah kemudian aku menemukan bahwa dia sebenarnya adalah pengejar fanatik Yunita. Masalah ini kemungkinan besar diinstruksikan oleh Yunita.

Tapi pemabuk ini benar-benar terobsesi padanya, tidak peduli seberapa besarnya intimidasi dan godaan, dia tetap tidak menghianati Yunita, kita benar-benar tidak bisa menyaingi wanita itu. Apakah kita hanya membiarkannya begitu saja. Menurutku, bunuh saja dia secara langsung."

Kerutan pada alis tajam Rudy semakin dalam, bertanya dengan mata menyipit, "Apakah orang ini tidak punya keluarga?"

"Ada, ada istri dan anak. Istrinya adalah pencatat persediaan di supermarket. Putranya berusia tujuh atau delapan tahun, masih berada di sekolah dasar." Selesai berkata, Raymond tiba-tiba berubah ceria, "Aku akan menangkap istri dan anaknya kemari."

Rudy tidak berbicara, termasuk memberikan persetujuan.

Pria itu jelas mencintai Yunita tanpa batas, sehingga bersedia mengambil risiko untuknya, bersedia masuk penjara untuknya. Jika ada sesuatu di dunia ini yang dapat bersaing dengan cinta, maka itu adalah keluarga.

Sekalipun Rudy, jika dia diminta untuk mengorbankan nyawanya untuk Clara, dia akan setuju tanpa ragu. Tetapi jika dia diminta untuk memilih antara Clara dan Wilson, itu adalah pilihan yang paling sulit.

"Bagaimana jika pemabuk itu saking terobsesi pada Yunito hingga tidak memedulikan istri dan anaknya?" Raymond bertanya lagi.

“Lakukan apa yang seharusnya dilakukan.” Mata hitam Rudy tiba-tiba menjadi sangat dingin, tidak ada kehangatan dalam suaranya.

Raymond mengangguk, " Yunita, si wanita yang kehilangan akal itu, membunuhnya tidak perlu menaruh belas kasihan. Jika dia tidak dibunuh, sulit untuk memastikan bahwa momok ini tidak akan membunuh istrimu."

Rudy merapatkan bibir tipisnya dengan dingin, Yunita benar-benar membuatnya marah kali ini.

“Aku akan segera mengurusnya, aku akan memberitahumu jika ada kabar baru.” Raymond perlahan berdiri, baru saja mendekati pintu, suara Rudy terdengar lagi dari belakang.

“Blokir berita yang mengabarkan perihal diriku yang dirawat inap.” Tatapan Rudy dingin saat berkata.

Sebagai direktur Sutedja Group, setiap gerak-gerik Rudy akan berdampak pada perusahaan. Jika perihal kecelakaannya dibesar-besarkan dan dilebih-lebihkan oleh orang, mudah untuk menyebabkan fluktuasi pada harga saham perusahaan, kepanikan pada para pemegang saham, bahkan tindakan Revaldo dan yang lainnya untuk mengambil kesempatan dalam merealisasikan niat buruk mereka.

Raymond memberinya gerakan ok, mengisyaratkan pemahamannya. Kemudian, barulah dia mengulurkan tangan untuk membuka pintu bangsal.

Setelah pintu bangsal dibuka, Clara langsung muncul dalam garis pandang Raymond. Clara berdiri diam di sana, tampaknya sudah berdiri untuk waktu yang lama. Entah berapa banyak kata mereka yang terdengar Clara.

"Oh, Nyonya Sutedja ya." Raymond tertegun sejenak, lalu berkata dengan blak-blakan.

"Tuan Raymond, maaf telah merepotkanmu" kata Clara kepadanya dengan serius.

Raymond meraba-raba hidung, agak tidak nyaman. "Kamu terlalu segan-menyegan."

Setelah Raymond selesai berbicara, dia melangkahkan kaki panjangnya keluar dari, lalu menutup pintu.

Di atas ranjang, mata Rudy menatap Clara dengan hangat, dia mengangkat tangan dan meraih ke arahnya, "Clara, sini."

Mendengar itu, Clara mengambil langkah dan berjalan ke arahnya langkah demi langkah.

Namun, dia merasa kakinya sangat berat seperti timah, pandangannya menjadi semakin kabur, dia hampir tidak bisa melihat Rudy dengan jelas.

Air mata Clara jatuh tak terkendali, dia akhirnya menyerbu ke pelukan Rudy sambil menangis.

Lengan merangkul erat-erat dada hangatnya, kepala menempel di area jantungnya, dia bisa mendengar detak jantung mereke berdua, berdetak demikian kuat, tak terkendali.

Rudy menghela nafas dengan tak berdaya, mengangkat wajah kecilnya dengan tangan yang tidak terluka, dengan lembut menyeka air mata di pipinya.

"Gadis bodoh, untuk apa kamu menangis, bukankah aku baik-baik saja?"

"Rudy, kenapa kamu baru bangun? Apakah kamu tahu betapa takutnya aku…..." Clara tersendat-sendat, kata-katanya belum terucapkan semua, suaranya sudah hilang.

Ketika mata Rudy terpejam dan tidak bisa mendengar suaranya, ketakutannya mencapai titik ekstrim. Pada saat itu, dia bahkan merasa sangat sakit hingga tidak bisa bernapas.

Dia takut Rudy akan tertidur untuk selamanya, dia takut Rudy akan meninggalkannya, seperti apa yang dilakukan ibunya, meninggalkannya sendirian di dunia ini.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu