Suami Misterius - Bab 500 Pinjam Banyak Bayar Lebih Sedikit

Meskipun berita tentang Yanto dikendalikan oleh pihak kepolisian sudah ditekan oleh Rudy, dan tidak menyebabkan dampak apapun di masyarakat, tapi kalangan sosial kelas atas selalu mendapatkan kabar dengan cepat, ingin sembunyikan juga tidak bisa.

Arima Sutedja menelepon Rudy khusus menanyakan masalah ini, dalam kata-kata penuh sindiran kasar dan rasa senang di atas penderitaan orang.

Rudy tidak menjelaskan apapun, setelah menutup telepon, memerintahkan Raymond mengirimkan bukti pencucian uang dan suap Revaldo pada Arima Sutedja, Arima Sutedja hampir saja terkena serangan jantung.

Kemudian, keluarga Liu juga mendapatkan kabar. Keluarga Liu tidaklah mudah diajak bicara.

Nyonya Liu langsung memerintahkan pelayan membuang pakaian Elaine keluar, mengancam Andika Liu agar bercerai dengannya.

Elaine pulang ke rumah orang tuanya sambil menangis. Begitu masuk rumah langsung lari ke dalam pelukan Rina.

“Kenapa menangis hingga seperti ini? Apa yang terjadi?” Rina bertanya dengan sedih.

Dalam waktu dekat ini, Yunita dan Yanto satu demi satu masuk penjara, dalam sekejap Rina juga menua hingga lebih dari sepuluh tahun.

“Ma, Andika, Andika Liu, dia mau bercerai denganku! Ma, bagaimana ini?” Elaine menangis dan panik tidak tahu harus bagaimana.

“Bukannya baik-baik saja kenapa tiba-tiba malah mau cerai?” Rina memapah Elaine duduk di sofa, memberikan sebungkus tisu padanya, menyuruh dia menyeka air matanya dulu, pelan-pelan menceritakannya.

Elaine bercerita sambil menangis, satu bungkus tisu sudah dipakai setengah bungkus. “Kami sudah menikah setahun, aku belum hamil juga, ibu mertuaku langsung bersikap tidak baik padaku, mengatakan aku wanita yang tidak bisa melahirkan.”

“Banyak suami istri yang menikah dua atau tiga tahun baru hamil, kalian baru menikah belum setahun, untuk apa terburu-buru. Apalagi, kamu juga bukannya tidak pernah hamil, kemungkinan Andika Liu yang ada penyakit, kenapa ibu mertuamu tidak menyuruh putranya ke rumah sakit untuk periksa.” Rina berkata dengan marah.

Elaine menggigit bibir, raut wajah agak pucat, “Ma, aku, aku pernah diam-diam ke rumah sakit melakukan pemeriksaan. Dokter mengatakan aku pernah keguguran dua kali, dinding rahim menipis, tidak mudah untuk hamil lagi.”

“Bagaimana bisa seperti ini! Setiap kali setelah kamu keguguran, selalu melakukan pemulihan dengan baik.” Rina mengerutkan kening, “Apakah Andika Liu mengetahui masalah ini?”

“Aku tidak berani memberitahu dia, tapi, tidak tahu bagaimana dia bisa mengetahuinya.” Elaine selesai bicara, lalu mulai menangis lagi.

“Walau dia tahu juga bisa bagaimana. Sekarang udah zaman apa, dia menginginkan perawan, suruh cari dia TK saja.” Rina menyindir.

“Kata-kata ibu mertuaku sangat tidak enak didengar, dia berkata: keluarga Liu membayar harga tinggi tapi malah membeli rumah bekas. Sudahlah kalau hanya rumah bekas, bahkan masih pernah ada dua orang yang meninggal di sana, sungguh sangat sial sekali.” Elaine menggoyangkan tangan ibunya, menangis tersedu-sedu.

Rina merasa kesal dan kacau dengan tangisannya, “Nangis Nangis, kamu hanya tahu menangis, menangis bisa selesaikan masalah tidak! Di mana Andika Liu? Apa yang dia katakan?”

“Andika mendengar semua kata-kata mamanya.” Elaine menjawab sambil terisak.

Rina mendengarnya, ekspresinya berubah dan mencibir, “Berkata tidak suka padamu karena tidak bisa melahirkan anak, keluarga Liu sungguh pintar mencari alasan. Bukankah pada akhirnya hanya karena ayahmu sudah hancur, takut kamu melibatkan mereka. Benar-benar penampilan seorang pengusaha, dalam pandangan hanya ada keuntungan saja!”

“Ma, harus bagaimana ini, aku tidak ingin bercerai.” Elaine masih memiliki kesadaran diri, begitu dia bercerai maka dia tidak punya apa-apa lagi.

Dia bahkan tidak memiliki pekerjaan tetap, untuk menghidupi diri sendiri saja sulit, apalagi ingin seperti kehidupan sekarang yang penuh kemakmuran dan limpahan harta.

Rina menghela nafas, untuk sementara ini juga tidak ada ide apa-apa. “Hari ini aku membuat janji dengan paman sepupumu, kamu ikut aku pergi ke sana, lihat masih ada cara lain tidak.”

Rina mengganti pakaian, lalu pergi bersama Elaine.

Elaine yang mengemudi, langsung menuju kantor pusat Tianxing media.

Ketika mereka tiba, Heru masih sedang rapat, sekretaris yang melayani mereka.

Sekretaris sangat sopan mengundang mereka ke ruang tamu kecil, dan menyajikan dua cangkir kopi.

“Presdir Heru masih rapat, dia memerintahkanku untuk memberikan ini padamu.” Sekretaris memberikan sebuah kartu emas ke hadapan Rina.

Rina tersenyum tipis, sangat alami menerima kartu dan dimasukkan ke dalam tasnya.

Ini sudah bukan pertama kalinya dia meminta uang pada Heru, dulu, ketika perputaran uangnya terhambat, juga sering ‘pinjam uang’ pada Heru, hanya saja pinjamnya banyak bayarnya lebih sedikit.

Setelah diusir dari keluarga Santoso, dia lebih tidak memiliki sumber penghasilan lagi. Tabungannya dulu hampir semua diberikan pada Yunita dan Elaine sebagai mas kawin, sekarang bahkan biaya hidup sehari-hari saja dia minta dengan Heru, dan, minta dengan alasan yang bagus seperti sudah seharusnya begitu.

Dalam pandangan Rina, dirinya adalah orang tua kedua Heru. Jika bukan dia yang membantu membiayai Heru, membiarkan dia bersekolah, lalu mengaturnya masuk ke Tianxing media, mungkin sekarang dia masih mencuci mangkok dan piring di kampung, bagaimana mungkin bisa menjadi pemimpin dengan pandangan tak terbatas di Tianxing media.

“Nyonya, aku masih ada pekerjaan yang harus dikerjakan, kamu dan nona Muray……” Sekretaris tersenyum sopan, meskipun belum selesai bicara, tapi jelas sekali bermaksud meminta tamu pulang.

Heru hanya memerintahkannya memberikan uang pada Rina, Rina sudah ambil uang tapi masih tidak mau pergi, ini membuat Sekretaris merasa sangat sulit.

“Kamu pergi sibuk saja, aku dan mama tunggu paman sepupu di sini. Seharusnya dia rapat tidak terlalu lama kan.” Elaine tetap menunjukkan sikap nona besarnya di hadapan sekretaris.

“Presdir Heru kalau rapat selalu tidak ada batas waktu, aku juga tidak terlalu jelas kapan rapat akan berakhir.” Sekretaris menjawab.

“Sudahlah, percuma juga bertanya padamu.” Elaine bergumam dengan rasa tidak puas, lalu memerintahkan lagi, “Bawakan dua cangkir kopi lagi ke sini. Tambah lebih banyak gula.”

Sekretaris merasa tidak berdaya membawa cangkir kopi dan pergi. Kemudian, berjalan ke ruang pantry, sambil menyeduh teh, sambil mengeluh pada staf satu lagi, “Katanya wakil walikota Santoso sudah diinvetasi dengan metode khusus, kenapa ibu dan anak ini masih menyombongkan diri dimana-mana. Presdir Heru memiliki temperamen yang baik, hati juga terlalu baik, baru bisa terjerat oleh kerabat yang tidak tahu malu ini. Berulang kali datang minta uang dengan presdir Heru.”

“Aku dengar presdir Heru sudah mengajukan surat pengunduran dirinya pada dewan direksi, benar apa bukan?” Seorang staf bertanya lagi.

Sekretaris menganggukkan kepala, “Tentu saja benar. Paling lambat presdir Heru akan mengundurkan diri pada kuartal berikutnya.”

“Presdir Heru pergi, bagaimana dengan perusahaan? Apakah akan ada perubahan personel?” Satu staf berkata dengan wajah penuh kekhawatiran. Mereka para karyawan tingkat bawah ini, paling takut jika sampai kehilangan pekerjaan.

Sekretaris menggeleng kepala, menghela nafas mengatakan, “Akan ada hujan badai yang kuat.”

Sekretaris selesai bicara, membawa kopi keluar dari ruang pantry, dari depan bertemu dengan presdir Heru yang baru keluar dari ruang rapat.

"Data yang aku suruh kamu rapikan kemarin, segera kirim ke emailku." Heru memerintahkan.

Sekretaris sedikit tertegun, satu tangan membawa satu cangkir kopi, gayanya terlihat agak lucu. "Itu, presdir Heru, nyonya Rina masih menunggumu di ruang tamu kecil."

"Kamu tidak memberikan kartu pada dia?" Heru bertanya sambil mengerutkan kening.

"Sudah diberikan padanya, tapi dia dan nona Muray bersikeras mau menunggu kamu." Sekretaris berkata jujur.

Ekspresi di wajah Heru sedikit tidak sabar. Setiap kali Rina mencarinya, jika bukan demi uang, pasti mencari dia menyelesaikan kekacauan yang mereka lakukan."

"Mereka ingin tunggu biarkan saja mereka menunggu." Heru selesai bicara, berbalik dan jalan ke dalam kantor.

Dia terus sibuk menyelesaikan pekerjaannya, ketika hampir benar-benar melupakan Rina dan putrinya, Rina penuh amarah membawa Elaine menerobos ke dalam ruang kantornya.

Novel Terkait

My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu