Suami Misterius - Bab 249 Kalah Sebelum Berperang

Clara berpikir, lalu menggelengkan kepalanya, “Lupakanlah, si kecil Wilson itu kalau tinggal disini, botol-botol dan guci-guci di ruang tamu dan ruang kerja itu pasti akan tidak terselamatkan. Bagaimana mungkin hatimu tidak sakit.”

Barang- barang antik itu adalah emas dan perak asli.

“Tidak perlu sampai merasa sakit hati.” Jawab Rudy acuh tak acuh, “Namun, benda peninggalan jaman kuno, rusak satu berkurang satu, sedikit banyak pasti disayangkan.”

Clara juga mengangguk setuju, “Kamu sangat mengerti barang antik?”

“Aku tidak begitu mengerti. Kebanyakan dibeli oleh ayahku. Dia seorang kolektor,” jawab Rudy.

“Tuan Sutedja lumayan baik kepadamu. Namun, aku belum pernah melihatnya,” kata Clara dengan santai.

Membicarakan Arima Sutedja, Rudy tanpa sadar mengerutkan keningnya, “Dia bukan ayah kandungku.”

“Ah? Oh.” Clara baru teringat bahwa dia pernah mengatakan kepadanya bahwa kedua orang tuanya sudah tidak lagi bersama. Jika Tuan Sutedja bukan ayah kandungnya, maka seharusnya ia bukan bermarga Sutedja.

“Lalu ayah kandungmu?” Tanya Clara.

“Kamu sudah pernah melihatnya.” Jawab Rudy, karena dia telah berjanji tidak akan berbohong padanya, maka ia akan jujur dengan setiap kata yang ia katakan padanya.

“Di apartemen, kalian sudah pernah bertemu. Aku menyuruhmu memanggilnya paman.”

“Paman yang memberiku sebuah properti bernilai ratusan miliar itu!” Clara tiba-tiba paham, tidak heran paman itu sangat bermurah hati, sepertinya dia sudah menganggapnya sebagai menantunya.

“Apakah ingin melihat-lihat ke lantai atas? Teras di lantai paling atas bisa melihat laut.” Rudy berkata lagi, ia tidak ingin melanjutkan topik pembicaraan ini.

Clara mengangguk, ikut dengannya ke lantai atas.

Berdiri di teras lantai paling atas, Clara baru menyadari kalau vila mereka tidak jauh dari pantai.

Dia bersandar di pagar balkon, lalu menutup matanya, ia bisa mendengar suara ombak yang samar-samar, napasnya terasa lembab.

Tubuh tinggi Rudy memeluknya dari belakang, lengannya dengan kuat merangkul pinggangnya, dan membawanya ke dalam pelukannya.

“Di lantai atas agak dingin, bersandar denganku seperti ini akan membuatmu lebih hangat,” ia berkata dengan suara lembut itu, terdengar begitu menggoda.

Clara juga bersandar di pelukannya, ia menempelkan wajah di dadanya. Ia memejamkan matanya, bulu matanya yang tebal dan panjang berbayang di kulitnya yang putih.

“Rasanya seperti mimpi,” katanya pelan.

Pengangguran yang berada di rumahnya ini tiba-tiba berubah menjadi seorang pria kaya raya diatas populasi manusia yang begitu tinggi, meskipun Clara telah menerima kenyataan ini, tetapi ia selalu merasa kurang nyata.

Rudy tidak berbicara, hanya memeluknya dengan erat, berusaha keras untuk membuatnya merasa nyata.

“Rudy, saat aku meninggalkan Sutedja Group hari itu, aku pergi ke rumah keluarga Sutedja.” Clara perlahan membuka matanya, bola matanya yang hitam, menatapnya dengan sungguh-sungguh, ”kata Nyonya Sutedja, kamu hanya bermain-main denganku.”

Rudy tidak berbicara, matanya yang hitam menatap dengan dalam.

“Bagaimana membuktikan bahwa aku bukan main-main?” Rudy bertanya dengan suara lembut dan serak. “Clara, ayo kita menikah.”

Pada saat ini, Clara tidak merasa tersentuh itu bohong, tetapi, ia dengan tegas menggelengkan kepalanya.

“Apakah kamu tidak ingin menikah denganku?” tangan Rudy memegang bahunya, ia tidak dapat mengatakan apakah itu kecewa atau terluka.

Clara menggenggam tangannya, alisnya melengkung, dan menatapnya sambil tersenyum, “Setidaknya untuk sekarang belum.”

Dia hampir bisa membayangkan jika seorang Yanto Santoso memiliki menantu seperti Rudy Sutedja, untuk orang yang serakah seperti dia, mungkin dia akan berusaha dan mencoba menghisap darahnya seperti lintah. Meskipun Rudy memiliki banyak darah, Clara juga tidak ingin memberikannya dengan cuma-cuma untuk lintah darat seperti Yanto Santoso.

“Ada terlalu banyak hantu di keluarga Santoso, hantu rakus, vampir, dan hantu menyeramkan lainnya. Aku takut kamu terjerat dan tidak dapat lari dari mereka.” Clara mengatakan yang sebenarnya.

Rudy tersenyum hangat dan dengan lembut mengelus ujung hidungnya dengan jarinya yang panjang. “Aku tidak mudah terjerat.”

“Urusan keluarga Santoso, aku ingin mengurusnya sendiri, kamu jangan menambahkan masalah untukku.” Clara berjinjit lalu mengecup pipinya ringan. “Maaf, Tuan muda Rudy harus terus menjadi pacar rahasiaku.”

“Keras Kepala.” Rudy menggelengkan kepalanya tidak berdaya, dia selalu membuatnya tak berdaya. “Apakah kamu tidak keberatan dengan kata-kata wanita tua itu?”

Clara menginjak punggung telapak kakinya yang tidak beralas kaki, lalu bergumam di dalam dekapannya, “Aku tidak bodoh, mana mungkin aku tidak bisa melihat bahwa nenek Sutedja dan Gevin sengaja memprovokasi kita. Jika otakku sudah bodoh, baru mereka bisa berhasil.”

“Kalau begitu kenapa masih mencari masalah denganku?” Rudy bertanya sambil tersenyum masam.

“Kamu sudah begitu lama menipuku, bukankah sudah seharusnya kamu dihukum sedikit.”Clara berkata dengan lugas, memperlihatkan sederet gigi putih kecilnya lalu menggigit pundak Rudy, tapi kali ini tidak kencang.

Rudy memeluknya erat-erat, membenamkan kepala di rambutnya, dengan serakah merasakan aroma tubuhnya, ia menempelkan bibirnya, dan berkata dengan suara serak, “Ini bukan hukuman namanyanya, kamu itu sedang menyiksaku.”

Clara meringkuk didalam pelukannya, tertawa terkikik.

“Kembalilah ke dalam, berlama-lama terkena angin laut tidak baik.” kata Rudy sambil membelai kepalanya.

Angin laut di musim ini lumayan dingin, apa lagi, Clara hanya mengenakan baju yang tipis.

“Baiklah.” Clara mengangguk, ia bersandar di punggungnya dan membiarkannya menggendongnya kembali ke kamar.

Begitu keduanya masuk ke kamar, bel pintu di lantai bawah berbunyi.

Rudy turun membuka pintu.

Yang berdiri di luar pintu bukan sekretaris, tetapi Raymond yang membawa satu kantung berisi pakaian di tangannya dan sebatang rokok di tangan lainnya.

Punggung tegak Rudy bersandar di pintu, menatapnya dengan malas, “Apakah menurutmu sekretaris itu tidak bisa diandalkan, jadi kamu sendiri yang mengantar baju?”

“Kamu memang mengerti aku.” Raymond tertawa, ia tidak bisa mengatakan bahwa ia datang untuk menonton keributan.

Raymond mengabaikan tatapan Rudy yang tidak senang dan masuk ke dalam tanpa sungkan, ia membawa kantung dan duduk di sofa, lalu mengangkat satu kakinya.

“Kamu ini sudah kalah sebelum berperang? Rudy, apa kamu tidak bisa sedikit lebih kuat.”

Raymond kenal dengan Rudy hampir sama lamanya dengan usia mereka. Tentu saja, ia tahu apa makna villa ini bagi Rudy. Rudy membawa seseorang ke sini, dia juga meminta sekretaris untuk membawakan pakaian, berpikir dengan menggunakan ujung jari juga tahu apa yang sudah mereka lakukan semalam.

Villa ini sudah kosong selama bertahun-tahun, villa bernilai tinggi ini akhirnya memiliki nyonya rumah.

Rudy mengabaikannya, ia berjalan mengambil kantung sambil memeriksa isinya sebentar.

“Sus Rani yang menyiapkannya, dari dalam dan luar, tidak kurang satu macam pun.” Kata Raymond.

“Baju sudah diantar, kamu boleh pergi.” Rudy melemparkan kalimat itu dengan dingin dan berbalik naik ke atas.

Sore hari, Clara harus pergi ke studio rekaman untuk rekaman, setelah ia berganti pakaian, keduanya pergi bersama.

Mobil yang dibawa Rudy adalah Maybach hitam, di dalam garasi juga masih ada satu mobil Bentley dan Lamborghini Murcielago, tapi ia jarang membawanya.

Clara duduk di kursi depan, dan menyaksikan pemandangan di kedua sisi jalan yang terus berlari mundur, ia merasa tidak perlu khawatir mobilnya tergores.

“Aku mendengar bahwa di dalam garasi Tuan muda keempat memiliki banyak mobil yang harganya melebihi harga sepatu di lemari sepatu wanita.” Clara memiringkan kepalanya sambil bercanda.

“Tidak selebay itu.” Rudy menjawab sambil mengkerutkan bibirnya, ia telah melihat sepatu di lemari sepatu Clara, meskipun tidak mencapat ratusan tapi paling tidak puluhan.

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu