Suami Misterius - Bab 1373 Malam Pernikahan

Kamar pernikahan mereka berada di vila yang baru direnovasi.

Saat rumah baru saja selesai direnovasi, Diva pernah melihatnya. Gaya dekorasinya terasa sangat hangat, bernuansa seperti rumah pada umumnya. Mahen menyewa desainer interior terbaik di dalam negeri, sehingga tidak ada yang bermasalah dengan desain rumah.

Kamar bayi ada di lantai dua, di sebelah kamar tidur utama. Itu adalah kamar suite, sehingga nantinya pengasuh anak bisa tinggal bersama dengan anak. Di lantai satu, selain ruang tamu, ruang aktivitas dan ruang gym, ada juga ruang aktivitas untuk bayi.

Di halaman terdapat area istirahat dan tempat berteduh yang dilapisi rerumputan hijau, ada juga stand bunga dan tanaman rambat. Selain itu, ada fasilitas permainan outdoor, perosotan, ayunan dan jungkat-jungkit.

Mungkin karena ada banyak barang anak-anak, sehingga rumah ini terlihat lebih nyaman dan hangat.

Diva sangat suka.

Meski Mahen tidak banyak minum, tapi dia tetap ada minum. Demi menghindari mengemudi dalam keadaan mabuk, dia menyewa sopir untuk menyetir mobil.

Mahen dan Diva kembali ke rumah.

Setibanya di rumah, Mahen langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang penuh dengan bau alkohol. Dia membuat dirinya sewangi mungkin.

Ketika dia keluar dari kamar mandi dengan tubuh setengah telanjang dan handuk membungkus bagian bawahnya, dia melihat Diva duduk di depan meja rias sambil menghapus riasan muka.

Sekarang Diva mengenakan cheongsam merah, cheongsam bersulam tradisional, menampilkan lekukkan tubuh Diva yang indah dan sempurna.

Diva duduk di sana dengan tenang sambil melepaskan anting mutiara dari telinga. Dia melihat Mahen dari cermin, tersenyum padanya. Senyumannya samar, tapi sangat lembut.

Mahen berhenti mengambil langkah, berdiri di sana dan menatap Diva. Diva duduk di depan meja rias, duduk dalam cahaya redup, indah seperti mimpi.

Diva melepas anting-anting, menghapus riasan dari muka, menoleh untuk melihat Mahen, bertanya dengan bingung "Ada apa?"

Mahen menghampiri Diva, berjalan ke arahnya, meletakkan kedua tangan di atas pundaknya, menunduk, mencium pipinya dengan lembut "Tidak apa-apa, hanya saja aku baru sadar bahwa aku menikahi istri yang begitu cantik."

Diva terkekeh, menepuk punggung tangan Mahen, berkata "Ada begitu banyak wanita cantik yang pernah bersama dengan Tuan muda kedua Sutedja, apakah aku bisa menyaingi mereka?"

“Diva, untuk apa kamu membahas masa lalu di hari besar kita?” Mahen mengerutkan kening.

Diva menarik tangan Mahen, tersenyum sambil berdiri, mengambil kemeja bersih dari lemari dan menyerahkannya pada Mahen.

Mahen mengenakan kemeja. Diva berdiri di depannya sambil membantunya mengancing baju, berkata "Aku cuman bercanda, kenapa Tuan muda kedua Sutedja tidak bisa diajak bercanda?"

Mahen menggenggam tangan Diva, berkata dengan ekspresi tegas "Kedepannya jangan bercanda dengan hal ini lagi."

“Oke.” Diva mengangguk, membiarkan Mahen menarik tangannya.

Mahen menarik Diva ke sisi ranjang, duduk bersamanya.

Tadinya Diva membantu Mahen mengenakan kemeja, sekarang Mahen tanpa segan-segannya mengulurkan tangan dan melepaskan kancing di kerah Diva.

Tuan muda kedua Sutedja sangat menikmati proses membuka kancing baju Diva, tapi hasilnya sungguh tidak memuaskan. Di malam pernikahan, dia hanya bisa mengobrol dengan Diva di dalam selimut. Selain berciuman dan pelukan, dia tidak berani melakukan apapun.

Mahen tidak berani melakukan hal-hal seperti terakhir kali lagi.

Sebenarnya mereka tidak punya banyak topik yang bisa dibicarakan. Mereka tidak berani berbicara tentang masa lalu. Masa lalu Diva terlalu sengsara, sementara masa lalu Tuan muda kedua Sutedja terlalu konyol. Tidak ada satupun dari mereka yang bakal mengungkit topik ini.

Namun, membicarakan urusan kerja dan hal-hal yang tidak relevan di malam pernikahan terlalu tidak menyenangkan. Jadi, mereka berdua berbicara tentang cinta. Setelah beberapa saat, Diva pun mengantuk.

Tuan muda kedua Sutedja mengambil buku cerita, memulai pendidikan pranatal lagi.

Sebuah buku cerita hanya terdiri dari dua puluhan halaman, kebanyakan berisi gambar, tulisannya sangat sedikit. Mahen bercerita dengan suara yang menarik, menyelesaikan cerita dalam lima menit.

Dia meletakkan buku cerita, melihat wanita yang bersandar di pangkuannya. Diva sudah tertidur. Dua baris bulu mata panjang yang tebal seperti sayap kupu-kupu, sangat indah.

“Selamat malam, istriku.” Mahen membungkuk, mengecup kening Diva.

Dia meletakkan telapak tangan di perut Diva lagi, mengelusnya dengan lembut. Hanya saja usahanya selalu bertepuk sebelah tangan, si kecil di perut Diva tidak pernah memberinya respon.

“Pemalas, tidurlah.” Mahen berkata dengan tak berdaya. Kemudian dia sepertinya teringat sesuatu, menambahkan “Baik-baik di dalam, jangan mengusili ibumu. Kalau tidak, ketika kamu keluar, ayah akan memukulmu.”

Diva sudah tertidur pulas, tidak mendengar perkataan Mahen yang tertuju pada anak di perutnya. Jika dia dengar, dia bakal terbengong.

Beginilah cara mereka menghabiskan malam pernikahan mereka.

Diva tidur dengan nyenyak. Dia tidur sampai keesokan paginya dan bangun di bawah sinar matahari yang hangat.

Ruangan sangat sunyi, hanya ada sinar matahari, angin sepoi-sepoi, serta kicauan burung yang sewaktu-waktu terdengar. Diva mengulurkan tangan ke posisi di sampingnya, namun posisi di sampingnya sudah kosong.

Dia duduk dari tempat tidur, menggosok mata yang mengantuk. Kemudian, dia mengesampingkan selimut, berjalan ke arah jendela, memandangi pemandangan di luar.

Cuaca hari ini bagus seperti kemarin, langit terlihat biru, rerumputan tampak hijau, udara mengandung aroma samar dari bunga dan rerumputan. Itu semua membuat orang merasa sangat nyaman.

Diva menopang dagu dengan tangan, melihat ke luar jendela, tetapi dia tidak dapat menemukan sosok Mahen. Dia agak sedih. Dia kira dia bisa melihat Mahen pada pandangan pertama setelah bangun.

Diva berdiri di dekat jendela sambil melamun, tiba-tiba sebuah mantel dikenakan di bahunya. Dia menoleh secara naluriah, wajah tampan Mahen terlihat di matanya.

Mahen memakai kemeja biru, warna yang sama dengan warna langit.

“Sudah bangun?” Bibir Mahen melengkung, tangan membelai rambut Diva dengan lembut, lalu mengelus wajahnya. "Begitu bangun, kamu langsung berdiri di jendela dan meniup angin. Bagaimana kalau kamu flu."

“Sekarang adalah musim panas, lagian aku tidak terbuat dari kertas.” Diva tertawa, bersandar di dada Mahen.

Mahen memeluk Diva, perasaan saat ini benar-benar tenang dan damai.

Momen tenang dan damai selalu berlalu dengan cepat. Dalam sekejap, tiga bulan telah berlalu.

Diva hamil 21 minggu, perut sudah membuncit, tapi tubuhnya masih sangat langsing, lengan dan kaki sangat kurus, hanya bagian perut saja yang tampak seolah ditutupi sebuah wajan.

Semakin besar, si kecil dalam "wajan" semakin tidak bisa diam. Dia sering bergerak-gerak di dalam perut.

Ketika Diva pertama kali mengalami pergerakan janin, bahkan dia sendiri pun terkejut. Dia dan Mahen seolah-olah menemukan dunia baru, sangat senang.

Seiring bertambahnya usia janin, gerakan janin semakin sering terjadi. Barulah Mahen dan Diva benar-benar menyadari bahwa anak di perut benar-benar merupakan nyawa yang hidup.

Si kecil paling aktif ketika Diva berbaring di tempat tidur pada malam hari.

Terpisah oleh dinding perut, Mahen berinteraksi dengan si kecil di dalamnya.

Telapak tangan Mahen menempel di perut Diva, si kecil di dalam perut terus menendang telapak tangannya. "Nak, apakah kamu sedang berjabat tangan dengan Ayah? Baik-baik di dalam, Ayah akan bercerita."

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu