Suami Misterius - Bab 298 Siapa Suruh Kamu Tidak Punya

“Istriku melarang aku minum bir.” Rudy melempar satu kalimat ini, lalu beranjak kaki panjangnya dan melangkah ke dalam ruangan.

“Pamer ya, punya istri.” Raymond jerit dengan kuat.

“Siapa suruh kamu tidak punya.” Rudy berkata dengan nada datar.

Raymond “Sialan”

Beberapa waktu setelah rumor Clara dan Handy Han bersebaran di internet, sudah perlahan-lahan di lupakan oleh masyarakat umum.

Selanjutnya adalah tayangan film Trik Bertahun-Tahun.

Kualitas film sutradara Guo selalu terjamin, film Trik Bertahun-Tahun adalah film drama, latar belakang ceritanya berkisar pada tahun angkatan 70 dan 80, menarik rasa simpati penonton seangkatan.

Banyak anak muda beranjak ke bioskop dengan menemani orang tuanya, ketika layar besar muncul gambar Clara sedang duduk di atas tangga, sambil makan stroberi di dalam kotak makannya, membuat penonton merasakan kembali masa muda yang indah.

Seiring dengan tayangan film Trik Bertahun-Tahun yang menghebohkan, Clara menginjak naik tingkat karirnya. Bahkan dengan mengandalkan film ini, dirinya diangkat sebagai calon penghargaan wanita pemeran utama.

Meskipun sementara hanya diangkat sebagai calon, namun ada Rudy yang berdiri di belakang Clara, seandainya dirinya ingin mendapatkan penghargaan sebagai wanita pemeran utama, hanya perlu satu perintahnya saja, tergantung apakah dirinya menginginkannya.

Namun kebetulannya adalah, Yunita juga mengandalkan sebuah film spy dan berhasil diangkat sebagai calon penghargaan wanita pemeran utama, berdasarkan sifat Yunita, demi mendapatkan penghargaan ini, pasti memanfaatkan segala daya dan upaya lagi.

Clara sementara ini tidak ada waktu untuk mempedulikan Yunita, dirinya sedang sibuk untuk menghadiri berbagai acara televisi. Setelah terbang dua bulanan di luar, baru sempat kembali ke kota A.

Pada saat pesawat mendarat, waktunya tepat pada jam sepuluh siang. Pada waktu ini, Rudy sedang rapat di kantor, Wilson juga sedang belajar untuk pelajaran pagi.

Clara tidak ingin pulang sendirian ke rumah, oleh sebab itu, dia memutuskan untuk pulang ke rumah Santoso.

Dia membawa dua kotak obat rematik dari luar negeri untuk memberikan kepada Wulan, kebetulan juga bisa sekalian mengantarnya.

Clara baru saja menginjak pintu besar rumah Santoso, sudah langsung merasakan tekanan udara rendah yang tersebar di seluruh ruangan, tidak ada satu orang pun di ruang tamu lantai satu, sunyinya menyesakkan nafas. Dia menatap Wulan dengan tampang tidak mengerti.

“Nona Ester pulang ke rumah. Wulan membungkuk pinggang dan menyediakan sendal kepada Clara, lalu merendahkan nadanya dan berkata.

“Kakak sepupu berkelahi dengan Vito ya ?” Clara bertanya lagi.

Kalau Ester pulang ke rumah untuk menjenguk nenek Santoso juga tidak ada salahnya, seandainya bukan karena suami istri ini sedang bertengkar, suasana juga tidak akan seberat ini.

“Lebih parah daripada berkelahi.” Wulan menggeleng kepala dan menjawabnya.

“Tidak mungkin ribut mau cerai kan ?” Clara berkata dengan nada tidak peduli. Masa kehamilan Ester sudah beranjak enam bulan lebih, tidak mungkin juga kalau mau cerai, kecuali dia tidak menginginkan anaknya lagi.

Clara baru berpikir sampai titik ini, langsung mendengar Wulan mengeluh dan berkata, “Nona Ester keguguran.”

“Ya ?” Clara sangat kaget, masa kehamilan Ester sudah enam bulan lebih, kandungannya juga sudah mulai stabil, mana mungkin keguguran.

“Ayo, naik ke atas baru bahas lagi.” Nada Wulan sangat rendah. Sejak dua hari yang lalu Ester keguguran dan pulang ke rumah, pembantu di rumah tidak berani mengeluarkan suara keras meskipun hanya berbicara, sangat berhati-hati juga dalam bekerja, takutnya memancing emosional nenek Santoso.

Mereka berdua masuk bersamaan ke dalam kamar Clara, setelah menutup erat pintunya, Wulan baru menjelaskan lagi, “Katanya, Pak Vito seorang manusia bajingan, sudah tahu kalau nona Ester sedang hamil, kandungan di tiga bulan awalnya masih belum stabil, masih rutin tidur dengannya, membuat nona Ester hampir keguguran karena hal ini.

Setelah itu, nenek Santoso terus memperingati kepadanya, dan juga ribut ke rumah Vito, akhirnya mereka berdua pisah kamar juga. Tetapi setelah pisah kamar, Pak Vito mulai tidak pulang ke rumah. Nona Ester mulai merasa curiga, malam beberapa hari yang lalu, dia membuntuti di belakang Pak Vito yang keluar dari rumahnya, baru menyadari bahwa ternyata dia memiliki seorang wanita simpanan di luar.

Nona Ester tidak dapat menahan amarahnya, berdebat terus karena hal ini, Pak Vito malah menjawab dengan sikap tidak bersalah bahwa nona Ester tidak mau tidur dengannya, jadi dia tidur dengan wanita lain, nona Ester tidak dapat ikut campur. Nona Ester emosi dan menangis karena hal ini, dia beranjak ke depan dan menampar wajah pelakor itu, alhasil, Pak Vito langsung memukul dan menendang nona Ester, anaknya keguguran karena tendangannya.

Setelah nona Ester keguguran, nenek Santoso langsung menjemput pulang orangnya, sampai saat ini, keluarga Maramis bahkan tidak minta maaf atau bertindak apapun.”

Wulan sudah selesai berbicara, bahkan Clara Santoos juga mengerutkan alisnya dengan tidak tega.

Lelaki bajingan yang berselingkuh saat istrinya sedang hamil, namun lelaki seperti Vito, selingkuh dan tertangkap basah, sampai melayang tangan dan menendang pada istrinya yang sedang hamil, lebih parah daripada binatang.

Meskipun pada dasarnya, Clara tidak begitu menyukai Ester, namun saat ini Ester sudah mengalami hal seperti ini, juga lumayan kasihan. Kandungannya telah enam bulan, ditendang sampai keguguran, pelakunya adalah ayah dari anak kandungnya sendiri, memang membuat orang bersedih hati.

Sama-sama sebagai seorang ibu, Clara mengerti, kehidupan Ester pada saat ini dan masa depannya, pasti tidak akan tenteram. Anak yang telah keguguran ini, akan menjadi titik kesakitan selamanya yang tidak dapat dimusnahkan.

“Kakak sepupu sudah tidur belum, aku mau menjenguknya.” Clara berkata.

Wulan buru-buru menghalanginya, “Lebih baiknya nona jangan pergi lagi, suasana hati nona Ester pada saat ini sangat tidak stabil, kamu menjenguknya, sebenarnya dengan niat naik, namun nenek cucu itu pasti merasa kamu sengaja menertawai mereka, tunggu beberapa waktu lagi saja, memberikan suplemen bergizi dan berharga akan lebih cocok."

Bagaimanapun Clara juga masih muda, mudah ceroboh dalam segi perasaan, Setelah mendengar nasihat Wulan pada saat ini, juga mengangguk setuju.

Setelah itu, mereka tidak bahas masalah Ester lagi, Clara memberikan obatnya kepada Wulan, dan saling menanya kabar. Wulan sangat perhatian dengan masalah pekerjaannya di luar, apakah rutin makan, dan bagaimana kondisi tempat tinggal, menanyakan segala hal untuk menenang hatinya.

Ketika mereka sedang mengobrol dengan akrab, tiba-tiba terdengar suara keributan di lantai bawah, apalagi, suaranya sangat keras, ada suara saling memaki, dan juga berkelahi, kondisinya sangat parah.

“Kenapa ?” Clara mendorong pintu kamar, bertanya dengan tampang bingung.

Vivi berlarian dari lantai bawah ke atas, dengan tampang bersenang hati di kemalangan orang lain, memberitahukan pada Clara dan Wulan, “Bibi, bibi, kamu sama nona cepat turun ke bawah, ramai sekali. Nyonya dan nona Elaine baru saja pulang ke rumah, nenek Santoso sedang emosi sama mereka, memaki dan berkelahi di lantai bawah, heboh sekali. Tuan yang sudah pulang juga tidak berhasil menghentikan mereka.”

“Kamu diam. Mulut tidak di jaga, hati-hati membawa bencana.” Wulan merendahkan nada untuk menegur Vivi. Namun juga ikut Vivi untuk turun ke lantai dasar.

Pada lantai dasar, memang ramai sekali, lebih ramai daripada pasar.

Hubungan Elaine dan Andika berkembang dengan baik. Elaine sangat berkemampuan dalam mengendalikan perasaan lelaki, tidak lama setelah berpacaran, Andika sudah memberikan kekuasaan keuangannya kepada Elaine. Elaine memegang kartu yang diberikan oleh Andika, langsung terbang ke Hong Kong untuk berbelanja bersama Rina.

Masalah Ester mengalami kekerasan rumah tangga dan keguguran, mereka berdua sangat jelas dengan hal ini, sebenarnya mereka pulang ke rumah dengan hati yang senang, menjinjing hasil belanjaan yang memuaskan hati, alhasil, setelah menginjak ke rumah, tamparan nenek Santoso langsung melayang pada wajah Rina.

Meskipun nenek Santoso telah berusia lanjut, namun tenaganya sangat kuat, apalagi dia bekerja keras saat masih muda, sehingga sangat bertenaga, Rina langsung terbengong karena tamparan ini, wajahnya membengkak seperti roti, ada bunyi yang bergema di samping telinganya.

Elaine baru saja ingin beranjak untuk berdebat, namun juga ditampar oleh nenek Santoso, wajah kecilnya yang cantik ditempel bekas telapak tangan.

Kedua ibu dan anak ini terus menatap tajam karena emosi, namun tidak berani melawan nenek Santoso, hanya dapat menujukan keahlian terbesarnya, yaitu menangis tersedu-sedu, kesannya kasihan sekali.

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu