Suami Misterius - Bab 312 Melawan Badai Bersama

Pada saat yang sama, Rudy baru saja menyelesaikan rapat dan berjalan keluar dari ruang rapat.

Raymond dan Johan berjalan di kedua sisinya, Raymond memegang dokumen di tangannya sambil membisikkan sesuatu kepada Rudy, Rudy mendengarnya dengan penuh perhatian dan sesekali mengangguk.

Rudy berjalan dengan mantap menuju kantornya, baru saja berjalan sampai pintu, sekretaris menyambutnya dengan terbata, “Presdir Sutedja, Ros, Nona Rosa telah menunggumu di ruang tamu, ia sudah menunggu lebih dari dua jam.”

“Siapa yang mengijinkan Rosa masuk kemari” Tanya Rudy dengan nada tegas. Nada bicaranya datar, namun terasa begitu berbahaya.

Sekretaris itu gelisah dan terbata. Rosa digosipkan akan menjadi calon istri presdir, siapa yang berani melawannya. Departemen Security dan Departemen Sekretaris di meja resepsionis hanya bisa membiarkannya masuk.

“Hari ini, pecat semua departemen security dan departemen sekretaris.” kata Rudy kepada Johan, lalu berjalan masuk ke kantor.

Mengenai Rosa, ia masih digantungkan di ruang rapat, ia meminum kopi secangkir demi secangkir, dan sudah pergi ke kamar mandi lima sampai enam kali. Dan sampai tengah hari Rudy baru menemuinya.

Sekretaris mengantarkan Rosa ke kantor Presdir.

Rosa mengenakan rok panjang berwarna hijau air dan sepatu hak tinggi tiga inci, ia berjalan sambil berlenggak-lenggok. Meskipun wajahnya tidak terlalu menarik, tubuhnya montok dan berisi, sehingga cukup untuk menggoda para pria.

Ini adalah pertama kalinya ia datang ke kantor Rudy, sebelumnya, ia tidak berani datang, ia takut Rudy akan berpikir ia terlalu agresif dan menjadi tidak menyukainya. Tapi sekarang, jika ia lebih agresif dan membiarkan Clara menjadi istrinya, maka dia benar-benar sudah tidak ada kesempatan lagi.

Rosa berjalan masuk ke kantor Rudy, matanya terus melihat kesekeliling. ternyata Sutedja Group lebih kaya dari yang ia kira.

Rudy sedang duduk di meja eksekutif yang lebar, matanya masih tertuju pada komputer di depannya. Mendengar suara sepatu hak tinggi yang mengetuk di lantai marmer, ia tidak mengankat kepala, tetapi berkata dengan acuh tak acuh, “Duduklah.”

Rosa duduk di sofa ruang tunggu, ia menyilangkan kakinya dengan anggun, matanya menatap Rudy dengan tatapan penuh cinta. Namun, Rudy tidak meliriknya sama sekali.

Jari panjang Rudy mengetik dengan cepat di atas keyboard, setelah beberapa saat kemudian, ia menutup laptopnya. ia masih duduk di kursi kerjanya, lalu meraih kotak rokok dan korek api di atas meja, dan menyalakan sebatang rokok dengan terampil.

Asap rokok menyebar di ruangan, ia memandang Rosa dengan acuh tak acuh. "Beberapa saat yang lalu, kamu menemui Clara?”

“Hmm.” Rosa mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Sejak ia pergi mencari Clara, ia tahu ia tidak bisa menutupinya dari Rudy, alasannya sudah ia siapkan terlebih dahulu.

“Aku tahu tentang kalian, dan aku merasa sedikit takut. Sebelumnya, kamu adalah pria lajang. Kamu mau sebaik apa padaku, tidak ada yang akan mempermasalahkannya. Tapi sekarang kamu sudah punya pacar, dan hubungan kita sudah tersebar sampai kemana-mana, aku khawatir Clara salah paham. Jadi, sebelum aku pergi keluar negeri, aku sengaja menjelaskannya dahulu. “

“Kalau begitu, aku harus mengucapkan terima kasih padamu.” Rudy meletakkan jarinya di tepi asbak kristal dan menjentikkan abu rokoknya, “Kalau begitu katakanlah, apa saja yang telah kamu katakan pada Clara.”

“Apakah dia tidak memberitahumu?” Rosa tiba-tiba merasa menang. Yang dia pikirkan ternyata benar, Clara terlahir I keluarga yang kaya raya, sejak masih muda sudah terkenal, sifatnya pasti sangat angkuh, Rudy juga orang yang angkuh dan berkepribadian keras, sifat kedua orag ini hanya akan membuat salah paham diantara mereka semakin dalam.

“Aku mengatakan pada Clara, kamu dan kakakku adalah kawan seperjuangan, oleh karena itu kamu merawatku. Jika bukan karena kamu, aku pasti masih berada di desa dan menjalani kehidupan yang sangat keras. Aku..”

Rosa berbicara sambil terisak-isak.

Rudy menyaksikan sandiwaranya, untuk pertama kalinya ia melihat keahlian Rosa saat menyangkal. Aktingnya sangat meyakinkan.

“Rosa, berdasarkan apa yang kamu katakan, gadis-gadis di kampung halamanmu, mereka sepanjang hidup yang tinggal di tempat itu, menjalani kehidupan yang biasa dan sederhana, apakah mereka semua tidak beruntung?”

“Aku, aku tidak bermaksud begitu. Rudy,” Rosa mencoba menjelaskan, tetapi ia tidak tahu harus bagaimana membantahnya. Ia dengan cemas menitikkan air matanya.

Namun Rudy tetap acuh tak acuh sambil menjentikkan abu rokok, lalu melanjutkan ucapannya, “Mungkin, yang Clara katakan benar, aku seharusnya tidak membawamu keluar dari tempat asalmu. Aku seharusnya tidak mengubah jalan kehidupanmu dengan paksa.”

“Rudy, jangan bicara seperti itu. Sekarang aku sangat baik, kamu juga selalu baik padaku.” Rosa berkata dengan sangat cemas.

Rudy mengerutkan keningnya,terlihat agak tidak sabar. “Aku merawatmu karena memandang Gendis, tapi setelah dipikir-pikir, mungkin aku sudah terlalu memperdulikan hal yang tidak penting. Pengorbanan saudaramu adalah untuk negara, bukan mati karena aku. Aku merawat keluarganya itu untuk persahabatan kami. Tetapi aku sudah terlalu berlebihan merawatnya, sehingga terkesan aku yang berhutang budiku pada kalian. Sekarang, kamu sudah menghabiskan rasa persahabatanku dengan Gendis. Mulai sekarang, kamu bisa menjalani hidupmu sendiri.”

Mendengar itu, Rosa terkejut. Rudy sudah mengatakan dengan sangat jelas. Maksudnya untuk selanjutnya Rudy tidak akan mengurusnya lagi.

Beberapa tahun ini, dibawah dukungan Rudy ia bisa berkarir dengan lancar dan berada diatas awan. Namun, begitu pelindung ini hilang. Dia bukanlah siapa-siapa.

Rosa berdiri dengan cemas dan segera berjalan kehadapan Rudy, kemudian meraih tangan Rudy dengan emosi yang tidak terkendali. “Rudy apakah Clara telah mengatakan sesuatu kepadamu, dia pasti merendahkanku, kamu harus percaya padaku. Rudy, kita sudah kenal selama bertahun-tahun, hanya karna Clara kamu memperlakukan aku seperti ini, bagaimana bisa kamu melakukan ini padaku.”

Karena dia terlalu panik, Rosa berkata tanpa menyaring dulu ucapannya.

Rudy mengerutkan kening dan menepis tangannya, ia mengambil interkom di atas meja.

Kemudian, sekretaris masuk dan dengan hormat mempersilahkan Rosa untuk pergi.

Rosa menolak untuk pergi, tangisannya pecah.

Rudy menjadi semakin tidak sabar, dan benar-benar sudah membuat masalah untuk dirinya sendiri. Rosa ini sudah memutuskan untuk mengikatnya.

Rudy berdiri, ia berdiri di depan jendela yang tinggi. “Tidak perduli dirimu atau keluargamu, kesabaranku sudah sampai titik terakhir. Apa yang kamu miliki sekarang sekarang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Aku tidak mengerti apa yang kamu tangisi, atau, hanya dengan menitikkan beberapa tetes air mata bisa membuatmu terlihat kasihan.”

Mata Rosa terasa buram oleh airmata, ia tercengang sampai tidak bisa bersuara.

Rudy melirik sekretaris ke sampingnya dan berkata, “Antarkan tamu keluar.”

Sekretaris itu menarik Rosa keluar dari kantor presdir. Rosa tidak membuat keributan lagi. Jika ia tetap membuat kekacauan, bukan sekretaris presdir yang mengantarnya, tetapi seluruh security di departemen keamanan yang akan dikerahkan.

Pada saat itu, ia hanya akan terlihat lebih memalukan.

Setelah Rosa pergi, situasi di dalam kantor seketika hening.

Rudy berdiri di depan jendela, ia menyipitkan matanya dan melihat ke luar jendela, ia mengingat kembali wajah muda Gendis yang sederhana. Membuatnya menghela nafas pelannya.

Selanjutnya, Raymond mengetuk pintu dan masuk. Ia berkata sambil tersenyum, “Akhirnya berhasil menyingkirkan Rosa si penipu itu. Ini patut di rayakan.”

Rudy menatapnya dengan dingin tanpa bicara. ia berbalik dan kembali ke meja, lalu memadamkan rokok di dalam asbak.

“Ada urusan apa?” ia menatap Raymond dan bertanya datar.

Raymond mengambil jurnal di tangannya dan meletakkannya di atas meja. “Yunita ditangkap. Clara sangat mahir dalam membuat strategi. Apakah kita perlu menambah api dan langsung membuat Yunita divonis supaya dia tidak menimbulkan masalah lagi.”

Rudy agak ragu-ragu sejenk, ia menggelengkan kepala dan menolaknya. “Clara tidak ingin aku ikut campur. Serahkan saja padanya untuk menyelesaikan masalah itu.”

Keluarga Santoso adalah keluarga iblis, mereka cocok untuk melatih Clara, Keluarga Sutedja adalah kolam naga dan sarang harimau, Clara harus tumbuh dengan cepat, sehingga mereka bisa melawan badai bersama.

Novel Terkait

1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu