Suami Misterius - Bab 373 Siapa Yang Menggoda Siapa

“Rudy dan Clara mendaftarkan pernikahan, ada persetujuan aku dan Ardian, Bahkan Bahron yang di kota Jing juga tahu. nenek, bukankah kamu juga sangat puas dengan perempuan keluarga Santoso, disini semuanya tahu, kamu ingin menikahkan Putri kecil keluarga Santoso ke keluarga Sutedja. Rudy juga hanya menuruti permintaan kamu.”

“Jadi menurutmu, aku masih harus memuji Rudy berbakti?” Ekspresi wajah nenek gelap dan sulit dilihat.

“Sudah seharusnya junior berbakti padamu, mana bisa menerima pujianmu.” Nyonya Sutedja berkata sambil tersenyum.

nenek Sutedja tidak berbicara lagi, dia sudah begitu emosi sampai tidak bisa berkata lagi.

Nyonya Sutedja menarik Clara, berbicara tanpa henti.”Clara, kelak kita adalah satu keluarga, siapa yang berani mengganggumu, beritahu aku, aku akan membalasnya untukmu.”

“Baik, Bibi.” Clara berkata.

“Kenapa masih memanggil aku Bibi!” Nyonya Sutedja sengaja marah.

Wajah Clara memerah, ragu-ragu sebentar, lalu memanggil, “Ma.”

“Ya.” Nyonya Sutedja menjawab, wajahnya gembira. Lalu, memberikan sebuah dokumen padanya.”Panggilan ini tidak boleh sia-sia, ambil ini, simpan.”

Clara melihat dokumen aset yang tebal, merasa sedikit bernilai, dengan sadar menolak. “Ma, ini terlalu berharga.”

“Satu keluarga, tidak ada yang berharga atau tidak, hanya ketulusan hati saja.” Nyonya Sutedja berkata, langsung memasukkan dokumen itu ke dalam tasnya.

Clara melihat Rudy, Rudy tertawa berkata:”Karena itu adalah ketulusan hati ibu dan kakak, kamu terima saja.”

Selesai Rudy berbicara, matanya memandang Ardian. Dia tahu jelas aset itu diberikan oleh Ardian untuk Clara.

Ardian memandangnya, meliriknya dengan tidak berdaya. Dalam hatinya masih memaki dia yang tidak punya hati.

Nyonya Sutedja melihat Clara menyimpan dokumennya, lalu membawa dia berdiri, berjalan kedepan nenek Sutedja dan Arima dan yang lainnya.

“Clara, mulai hari ini, panggilan harus diubah. Cepat panggil.”

“Nenek, Pa, Kakak ipar.” Clara menurut memanggil, suaranya nyaring dan manis. Lalu, matanya menatap mereka.

Lalu, Ekspresi wajah nenek Sutedja, Arima dan yang lainnya tidak enak dilihat.

Clara mengubah panggilan pada Nyonya Sutedja menjadi “Ma”, dan Nyonya Sutedja memberikan aset yang tebal. nenek Sutedja dan Arima jika tidak memberikan apa-apa, maka akan merasa malu.

Suasana menjadi tegang. Nyonya Sutedja menarik Clara, terus berada didepan orang Keluarga Sutedja, dengan jelas bermaksud tidak akan pergi sampai memberikan.

Wajah nenek Sutedja menjadi gelap, menyuruh pelayan pergi ke kamar diatas, mengambil kotak perhiasannya.

Pelayan sudah begitu lama mengikuti nenek Sutedja, tentu saja dia bisa memahami maksud nenek dengan satu pandangan. Dia membawa kotak perhiasan dari atas, dalam kotak itu ada satu set perhiasan mutiara, mutiara laut yang bulat dan alami, meskipun bentuknya tidak begitu menarik, tapi harganya sekitar 2 miliar.

“Aku sudah tua, perhiasan seperti ini lebih cocok untuk gadis muda seperti kalian, ambil saja.” nenek berkata.

“Terima Kasih Nenek.” Clara mengambil dengan tidak sungkan.

Arima mengeluarkan kartu emas dari dompetnya dan memberikannya, tanpa mengatakan apa-apa.

Clara mengambil kartu iru, seperti tidak melihat wajah tidak senangnya, menjawab dengan tersenyum, “Terima kasih, Pa.”

Setelah nenek dan Arima memberikan, sekarang seharusnya giliran Nalan Vi.

Nalan Vi sangat menghargai uangnya, dia tidak ingin mengepalkan wajah seperti nenek dan Arima, lalu, dia melirik ke Viona Sutedja.

Viona langsung bangkit dari sofa, dengan emosi menunjuk Clara:”Clara, kamu tidak tahu malu, setelah menggoda abangku lalu menggoda paman keempatku. Sekarang masih memasuki ruangan tanpa malu.”

“Apakah Clara pantas kamu panggil. Sekarang dia adalah bibi keempatmu. Viona,a pakah tata kramamu sudah di makan anjing!” Ekspresi wajah Nyonya Sutedja dingin, berkata dengan kejam.

Walaupun Nyonya Sutedja jarang pulang, tapi martabatnya masih mada. Viona tidak berani melawan, tapi matanya melihat Clara penuh penghinaan.

Clara berdeham, merasa jika dia tidak berbicara sekarang maka akan dianggap lemah.

Tapi, dia malas beromong kosong dengan Viona, langsung melihat ke Gevin.

“Gevin, adikmu mengatakan aku menggodamu. Aku tidak tahu matanya yang mana melihat aku menggodamu, bagaimana kamu sebagai orang yang bersangkutan jelaskan? Jika tidak menjelaskan, aku sebagai bibi keempatmu, tidak akan melepaskanmu.”

Ekspresi wajah Gevin menjadi tidak enak dilihat, tidak berbicara, hanya melirik kejam Viona.

Clara melihat dia terdiam, menoleh melihat Rudy, “Rudy, aku bagaimana menggodamu?”

Rudy tersenyum ringan dan berkala lembut:”Kamu tidak menggodaku, aku yang menggodamu.”

Clara mengangkat dagunya, puas dengan jawaban yang diberikan. Matanya memandang ke semua Keluarga Sutedja, seperti sedang berkata :Sudah dengarkan, jelas-jelas Tuan Muda Sutedja keempat yang menggoda wanita polos.

“Sudah cukup, kalian berdua jangan menunjukkan kemesraan lagi. Orang muda sekarang, aku yang sebagai orang tua kalian merasa malu.” Nyonya Sutedja berkata sambil tertawa, lalu melihat ke Viona, senyuman di wajahnya langsung hilang.

“Kamu kembali ke kamarmu, lain kali jangan keluar merusak pemandangan.”

Mata Viona memerah, berlari keluar sambil menangis.

“Nenek, Kakek, aku pergi melihat Viona.” Gevin berdiri, dengan langkah lebar berjalan keluar dari vila.

nenek baru akan berbicara, langsung dipotong oleh Nyonya Sutedja, “Ma, kamu sudah tua, ada masalah yang tidak mampu. Bagaimana jika aku yang membantumu mengurus rumah ini. Viona tidak kecil lagi, jika terus membuat keributan seperti ini, kelak menikah hanya akan membuat malu keluarga Sutedja.”

“Aku belum mati, rumah ini, belum waktunya kamu menjadi kepala.” nenek berkata marah. Dia tahu dengan strategi Adisti Tikar, jika tidak, maka tidak akan menyuruh dia menjadi istri Arima.

Menantu yang hebat ini, diluar hebat, didalam rumah juga sama. Keluarga Revaldo jatuh ketangan dia, jika tidak hancur maka aneh.

nenek masih harus melindungi mereka selama dia hidup.

“Ma, kenapa berkata begitu, aku hanya ingin membantumu. Jika kamu tidak ingin ya tidak masalah.” Nyonya Sutedja berkata dengan tidak peduli, setelah itu dia membawa Clara kembali duduk.

“Clara, kakak iparmu mungkin tidak ada persiapan, hadiah tidak cukup, kamu jangan mempermasalahkan.” Nyonya Sutedja berbicara sambil tersenyum. Nalan Vi bisa pelit, tapi tidak bisa berpura-pura mati.

Nalan Vi tidak bisa mengangkat kepalanya, tangannya mengepal erat.

Dia ingin melihat, Clara masih bisa sombong sampai kapan.

Nyonya Sutedja menarik Clara dan Rudy, mendiskusikan masalah pesta pernikahan, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil.

Nalan Vi mendongak melihat keluar, melihat supir yang dia suruh keluar turun dari mobil, lalu, membuka pintu mobil, dua bayangan orang turun dari mobil.

Nalan Vi menarik kembali pandangannya, sudut bibirnya tertarik, memperlihatkan senyum dingin.

Novel Terkait

My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu