Suami Misterius - Bab 615 Membunuh Suami Sendiri

Kehidupan yang tenang dan datar bagaikan air biasa, membuat Rahma melewatinya dengan penuh rasa sengsara.

Sementara tiba-tiba Santos muncul pada saat seperti ini, Santos berkata bahwa di dalam hatinya, Rahma selalu saja menjadi gadis kecil yang bermain piano.

Bagi Rahma, Santos adalah air soda rasa jeruk yang menggodakan dirinya.

Akhirnya Rahma tidak sanggup menahan godaan tersebut.

Namun Rahma juga mengetahui bahwa sebenarnya dirinya juga salah karena diam-diam berpacaran dengan Santos, dia selalu berpikir untuk menyelesaikan hubungan yang salah ini, namun rasa gairah dan kesenangan yang diberikan oleh Santos bagaikan sebuah narkoba, Rahma merasa dirinya bagaikan orang yang mengonsumsi narkoba, meskipun mengetahui kesalahannya, namun bagaimanapun juga tidak sanggup melepaskannya.

Hanya saja, tidak ada rahasia yang dapat disembunyikan selamanya, ketika Rahma nekat putus dengan Santos pada kencan terakhir kalinya, malah tertangkap basah oleh Rudy.

Saat itu Rudy sangat emosi, dia menyeret Santos yang tidak memakai baju dari atas kasur, lalu terus memukul dan menendangnya.

Dalam kesan ingatan Rahma, sepertinya Rudy selalu bersikap dingin, tidak ada orang maupun masalah yang dapat mempengaruhi emosionalnya.

Rahma juga pertama kalinya melihat Rudy emosi separah ini, bagaikan seekor binatang buas yang terpancing amarahnya, kesannya sangat mengerikan.

Pada saat itu Rahma sangat kaget dan terkejut, dia hanya melihat tubuh Santos yang telah berlumuran darah, dan di antar masuk ke rumah sakit.

Setelah kejadian ini dia baru mengetahui bahwa, Santos menjadi cacat karena pukulan Rudy.

Pada detik itu Rahma menangis tragis, sampai detik itu dirinya baru mengetahui bahwa, ternyata Rudy mempedulikan dirinya, dan juga mencintai dirinya.

Hanya saja, kedua kaki Santos telah menjadi cacat, melukai secara sengaja tentu saja akan bertanggung jawab secara hukum.

Meskipun kekuasaan keluarga Sutedja yang begitu besar, namun tetap tidak bisa mengelak dari tanggung jawabnya.

Rahma tidak tahu bagaimana menyelesaikannya, sehingga hanya bisa memohon pada Santos, meminta Santos mempertimbangkan perasaan masa lalu mereka dan jangan menuntut tunangannya.

Pada saat itu, Santos berkata padanya,”Rahma, aku benaran mencintaimu, kalau kamu menikah denganku, aku tidak akan menuntut Rudy.”

Demi menyelamatkan Rudy, Rahma memilih untuk menikah dengan Santos, setelah itu, dirinya diusir oleh Rendi dari keluarga Mirah, dirinya jatuh dari nona keluarga kaya menjadi orang biasa yang bekerja keras demi mempertahankan hidupnya.

Rahma menatap kotak musik piano yang tidak terlalu baik pengerjaannya, air mata bergenang di matanya, sudut bibirnya juga menarik sebuah senyuman menyindir.

Sudah berapa lama dia tidak pernah menyentuh piano lagi, dia juga telah tidak menyukai barang mewah yang samar lagi.

“Melamun terus, memikirkan apa ?”

Tiba-tiba terdengar suara Santos yang berasal dari pintu kamar, dan telah memutuskan renungan kenangan Rahma .

Rahma menoleh dengan ragu, lalu menatapnya dan berkata dengan nada datar :”Kepikiran beberapa kejadian masa lalu saja.”’

Santos tidak bertanya apa yang telah dipikirkannya, malahan memutarkan kursi roda untuk menghampirinya, tersenyum lembut dan menatap kotak musik yang terletak di atas meja.

“Elanos yang kasih.”

Rahma berkata.

Santos mengangguk kepalanya, senyumannya semakin dalam, “Hadiah Elanos ini lumayan bagus, kita menjadi lebih mengenal karena piano, barang ini sebagai saksi yang mengesahkan perasaan kita.”

Rahma tidak menjawab lagi, hanya menarik sudut bibir dengan datar, senyuman sangat pahit dan terpaksa.

“Janjinya jam lima mau latihan pemulihan ya, aku yang temani kamu saja.”

Rahma mengalihkan pembicaraannya.

“Kamu jarang sekali tidak perlu lembur, temani Bobo saja di rumah.

Ibu yang temani aku saja.”

Santos berkata.

“Umur ibu juga sudah besar, tangga di depan rumah sakit begitu curam, susah sekali bagi ibu untuk mendorongmu.

Aku yang temani kamu saja.

Lagi pula, luka di kakimu juga karena aku, aku yang paling harus menemanimu.”

Rahma mendirikan badan, mengeluarkan sebuah jaket besar dari lemari dan mengenakan pada tubuh Santos.

“Kamu pakai dulu jaketnya, aku ke toilet dulu.”

Rahma berbalik badan dan keluar dari kamarnya, tidak menyadari reaksi wajah Santos yang telah berubah, dan juga tinjuan tangan yang gemetaran di sisi badannya.

Setelah itu, Rahma keluar dari toilet dan mendorong Santos keluar dari kamarnya.

Ketika Santos keluar dari kamar, dia tidak melihat adiknya Elanos, sehingga dia bertanya lagi :”Elanos di mana ?

Jarang-jarang bisa pulang, lari ke mana lagi.”

“Elanos bilang besok ada film yang perlu disyuting, buru-buru kembali lagi ke tim syuting mereka.”

Ibunya Elanos mengangkat dagu, berkata dengan tampang bangga.

Reaksinya seolah-olah Elanos telah menjadi artis yang sangat terkenal, namun pada kenyataannya, adegan syuting Elanos pada besoknya, hanya sekedar duduk di dalam kelas, bertugas jadi latar belakang saja.

Elanos buru-buru kembali ke hotel, ketika masuk sudah melihat tumpukan es krim hagendas di meja, ada kopi starbucks dan juga cake tiramisu yang enak.

“Bonus dari tim syuting ya ?”

Kedua mata Elanos terbuka lebar, dia mengambil cake dan langsung menyumbat masuk ke dalam mulut sendiri.

Milan duduk di sofa samping meja, lalu berkata dengan nada datar, “CEO Sutedja datang berkunjung ke tim syuting, mulai dari semua pemeran sampai petugas, semuanya dapat hargendas dan kopi, memang benar-benar kaya.”

Kamu tidak ada, aku sudah bungkus untukmu.

“Rudy traktir ?”

Elanos hampir tersedak, dia meletakkan cake ke atas meja, lalu berbalik badan dan ingin beranjak ke luar pintu.

“Ei, kamu mana ke mana ?”

Milan meneriaknya.

“Pergi cari Rudy.”

Elanos selesai berkata, tiba-tiba kepikiran sesuatu, buru-buru merapikan rambut sendiri dan berkata, “Penampilan aku sekarang, tidak terlalu kacau kan ?”

Milan yang mendengarnya tidak bisa bertahan untuk melototnya, “CEO Sutedja sedang berada di dalam kamar Clara, kalau kamu masuk sekarang pasti hanya diusir keluar saja.”

Milan selesai berkata, menepuk pundak Elanos dengan tatapan dalam, “Kamu sekarang satu tim syuting dengan Clara, bagaimanapun Rudy juga harus membujuk istrinya dulu.

Apalah dayanya, beginilah keuntungan sebagai istri yang sah.

Kamu perlahan-lahan juga akan terbiasa.”

Reaksi wajah Elanos berubah sejenak, dia berdiri di depan pintu kamar, menatap kamar 601 di hadapannya yang hanya dibatasi oleh koridor sempit.

… Dengan sebuah pintu kamar yang menghalanginya, Rudy sedang berdiri di hadapan jendela besar, menatap pemandangan luar jendela dengan tatapan dalam.

“Lokasi hotel lumayan bagus, lapangan di depan adalah lokasi syuting kalian kan.”

Dia selesai bicara, berbalik badan dan menatap Clara.

Clara duduk di atas sofa, kedua tangannya melingkar di depan dada, lalu melototnya dengan tampang emosi, “Rudy, kamu mesti ya ! Aku baru satu hari masuk tim syuting, kamu sudah berkunjung ke sini, terus masih lengket di kamarku tidak mau pulang, bagaimana pandangan orang lain padaku !”

“Aku datang menjenguk istriku sendiri, masih perlu memikirkan pandangan orang lain ?”

Rudy tersenyum lembut, lalu mengulurkan tangan untuk mengelus sudut dahinya.

Namun Clara malah memiringkan kepalanya, “Paman Sutedja, kamu begitu lengket, jangan-jangan kamu masih belum menyapih ya !”

Rudy memasukkan satu tangan ke dalam saku celana, dia sedikit memejamkan matanya, tatapan senyum jatuh di atas dada Clara, “Anggap saja aku belum menyapih, apa kamu masih ada ya ?”

“Kamu !”

Wajah Clara langsung merona merah, dia marah dan malu, lalu mengepalkan tangan kecilnya untuk memukul pada dada Rudy.

Rudy malah balik menangkap pergelangan tangannya dan langsung menarik Clara ke dalam pelukannya.

Clara masih sedang emosi, dia mengangkat kakinya dan menendang langsung pada selangkangan Rudy, gerakkan yang cepat dan tepat.

Nona besar Santoso tidak sia-sia juga belajar karate.

Akan tetapi, seberapa hebatnya gerakkan Clara, hanya sekedar bagaikan serangan anak kecil saja bagi Rudy.

Rudy menangkap pergelangan kaki dan tangan Clara dengan lincah.

Rudy mengambil kesempatan ini untuk menariknya, mereka jatuh berduaan ke atas kasur.

Tubuh Rudy yang berat sedang menindih di atas tubuh Clara, membuat Clara hampir sesak nafas karenanya.

“Budak kecil, kamu mau membunuh suami sendiri ya.

Kamu tidak takut ya kalau aku menjadi cacat karena tendanganmu, sudah tidak mau kebahagiaan masa depanmu lagi ya !”

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu