Suami Misterius - Bab 1297 Dia Tidak Sanggup Menerima Budi Dari Mahen Sutedja

Kemudian, asisten berjalan ke dalam kantor, melihat barang-barang yang berserakan di lantai, dia jelas termangu.

Ekspresi wajah Mahen masih tidak begitu baik, tetapi dia sudah menyembunyikan perasaannya “Suruh orang masuk dan bereskan.”

Asisten dengan tahu diri tidak berani banyak bertanya, lalu dia memanggil sekretaris wanita ke dalam.

Sekretaris mengetuk pintu dengan pelan, dia membereskan barang-barang yang berserakan di lantai dengan gesit, lalu membawa laptop yang rusak untuk diperbaiki.

Kemudian, asisten sekali lagi berjalan masuk dan mengingatkan Mahen “Tuan Muda Kedua, masih ada lima menit lagi akan dibuka.”

Jika tidak ada keadaan khusus, pada saat pasar saham dibuka, mereka yang bekerja di pasar modal harus senantiasa memantau arah perkembangan saham.

Namun, Mahen mengambil luarannya dan bangkit berdiri dari kursi.

“Aku pergi keluar sebentar, di sini aku serahkan padamu.” Ujar Mahen.

Asisten tertegun, Mahen jarang sekali pergi keluar pada waktu pembukaan pasar saham. Melihat Mahen hendak berjalan keluar dari kantor, asisten segera meminta arahan “ Keluarga Bone ?”

“ Keluarga Bone seharusnya bagaimana, maka bagaimana.” Kata Mahen dengan suara berat.

Asisten telah mengikuti Mahen selama bertahun-tahun, tentu saja paham dengan maksudnya, Mahen tidak berencana untuk melepaskan Keluarga Bone.

Pada kenyataannya, asisten benar-benar tidak terlalu paham, juga tidak melihat seberapa dalamnya cinta Tuan Muda Kedua Sutedja kepada Ruby, sebenarnya datang dari mana api amarah yang besar itu.

Mahen meninggalkan perusahaan dan langsung menyetir kembali ke Hunian segi empat.

Mahen membeli seporsi sarapan pagi di toko sarapan pagi di tepi jalan, lalu dia berjalan masuk ke dalam halaman sambil menjinjing kotak makanan.

Di dalam halaman, Diva sedang duduk di samping meja batu, rambutnya yang panjang dan hitam tergerai dengan bebas, ujung gaun putihnya sedang beterbangan pelan karena tertiup oleh angin sepoi.

Pada biasanya, Diva suka untuk duduk di halaman sambil minum teh, tetapi sepertinya hari ini sedikit berbeda, di atas meja batu adalah wine.

Jari Diva yang ramping sedang memegangi sebuah gelas wine kristal yang indah dan dia menggoyangnya dengan pelan.

Entah kenapa, suasana hati Mahen menjadi jauh lebih baik begitu melihat Diva. Mahen melangkahkan kakinya yang panjang ke sana dan duduk di seberangnya, dia melirik santai pada wine di atas meja, lalu tersenyum dengan sedikit hawa iblis.

“Ada begitu banyak wine di dalam lemari wine, kamu justru memilih sebotol ini. Bagus sekali pandanganmu, apakah kamu tahu berapa harga dari sebotol bir ini?

Mendengarnya, Diva mengangkat gelas wine dan mencicipi sedikit, lalu dia menoleh menatap Mahen dengan ragu, nada bicaranya tetap dingin dan datar seperti biasa.

“Petrus tahun 1998, harga pasar hanya berkisar pada dua ratus juta rupiah saja. Tuan Muda Kedua Sutedja menahan aku di sini, apakah kamu tahu berapa pendapatanku untuk sehari?”

Mahen tersenyum datar, lalu dia mengambil gelas wine kosong di atas meja dan menuangkan setengah gelas untuk dirinya sendiri.

Petrus tahun 1998 sudah sangat sukar ditemukan di pasar, pada dasarnya ada harga tetapi tidak ada barang, dia juga hanya mempunyai sebotol ini saja dan selama ini tidak rela untuk meminumnya, sekarang justru Diva yang mendapat untung.

Mereka berdua duduk dengan hening, masing-masing sedang mencicipi wine, tidak ada satupun yang berbicara.

Diva mengangkat dagu, dia menatap bengong pada langit yang berbentuk persegi di atas kepalanya dan terkadang mencicipi wine di dalam gelasnya.

Sudah sangat lama dia tidak menjalani hidup yang begitu tenang, setiap harinya tidak perlu memikirkan apa-apa, hanya perlu makan, tidur dan membaca buku. Kehidupan yang indah, mungkin adalah seperti itu.

Namun bagi Diva, hanya ketika masih kecil dan lugu, barulah memiliki kehidupan yang begitu bebas. Kemudian, perlahan-lahan dia tumbuh besar, mengerti akan berbagai hal, memahami situasi dirinya dan ibunya, maka dia sama sekali tidak pernah bersantai lagi.

Selama ini, dia bagaikan orang yang berjalan di atas kawat baja, jika tidak hati-hati, maka akan terjatuh dan hancur berkeping-keping.

Diva mengangkat gelas wine dan langsung meneguk hingga habis. Petrus adalah wine ternama, setelah melalui tenggorokan, rasanya manis dan wangi, sama sekali tidak ada rasa pedas dari alkohol.

“Jangan minum terlalu banyak, wine seperti ini mudah membuat orang mabuk.” Ujar Mahen memperingatkan.

Diva tersenyum datar, sama sekali tidak menghiraukannya.

Daya tahan wine didapatkan melalui latihan, selama bertahun-tahun dia berkecimpung di dalam dunia entertainment, pada awalnya minum satu gelas saja sudah mabuk, hingga sekarang, dia sudah susah untuk mabuk.

Setidaknya, tiga atau lima botol wine seperti ini juga belum tentu bisa membuatnya mabuk.

“Keluarga Bone seharusnya tidak bisa bertahan berapa lama lagi bukan?” Diva meletakkan gelas winenya dan bertanya dengan datar.

Mahen mengangkat bahu dan menjawab dengan tak acuh “Tidak, setidaknya mengulur dua atau tiga bulan lagi juga tidak ada masalah.”

“Mengapa tidak diakhiri dengan cepat?” Tanya Diva dengan bingung sambil mengangkat alis.

Mahen menguasai pasar modal, mengakhiri dengan cepat adalah yang paling menguntungkan baginya, semakin lama terulur semakin banyak pula tenaga dan uang yang dia habiskan.

“Karena aku sudah berubah pikiran, aku berencana untuk memotong daging dengan pisau tumpul, akan lebih sakit.” Ujar Mahen.

Sementara yang tidak dia katakan adalah: Hanya jika masalah Keluarga Bone tidak berakhir, barulah Diva akan terus tinggal di sini.

Diva menurunkan matanya, setelah diam sesaat, dia tersenyum dengan datar dan mencibir “Dua atau tiga bulan kemudian, Shinee Movie akan sepenuhnya terlepas dari kendali aku.”

Berdasarkan pemahaman Diva terhadap ayahnya, Guan pasti tidak akan melewatkan kesempatan yang langka ini, untuk kembali mengendalikan perusahan.

Mahen menoleh menatapnya dengan dalam dan berkata dengan penuh pikiran “Masalah Keluarga Maveris, aku bisa membantumu.”

Hanya sekedar Keluarga Maveris, Tuan Muda Kedua Sutedja sungguh tidak memandangnya ke dalam mata.

Diva jelas tertegun, tetapi perasaan yang beriak di dalam matanya melintas dengan kilat.

Dia dan Mahen, hanyalah orang asing yang familiar saja, atas dasar apa Mahen membantunya? Diva tidak pernah percaya bahwa di dunia ini ada sesuatu yang bisa didapatkan dengan gratis.

Dia ingat ibunya pernah berkata, pria berbuat baik kepada wanita, semuannya memiliki persyaratan, pasti memiliki sebuah tujuan lain.

Dulu, Guan juga pernah bersikap lembut dan perhatian kepada ibunya, serta memenuhi seluruh keinginannya, mendapatkan banyak sumber daya dari kakek. Setelah itu, keluarga kakek jatuh terpuruk, Guan pun langsung berubah muka, bahkan ingin mengusir ibu dan dia dari rumah.

Sejak kecil hingga besar, pelajaran paling dalam yang diberikan orangtua padanya, adalah harus mengandalkan diri sendiri.

“Terima kasih atas niat baik Tuan Muda Kedua Sutedja, tetapi masalah Keluarga Maveris, aku ingin menyelesaikannya sendiri.” Kata Diva dengan datar, menolak dengan sangat halus.

Mungkin ini benar-benar hanyalah masalah sepele bagi Mahen, tetapi dia tidak sanggup menerima budi dari Mahen.

Setelah ditolak, di wajah tampan Mahen juga tidak memiliki gejolak ekspresi, seolah-olah, ditolak oleh Diva adalah hal yang berada dalam dugaannya.

Mereka berdua bukanlah pecandu alkohol, hanya menghabiskan tidak sampai setengah botol wine saja.

Diva meletakkan kembali setengah botol wine yang tersisa ke dalam lemari wine, lalu dia mencuci gelas wine dan meletakkannya ke tempat semula. Setelah Diva selesai melakukan semuanya, Mahen sudah menyajikan sarapan pagi ke atas meja.

Diva duduk di samping meja dengan hening dan menyuap bubur dengan sendok.

Mahen duduk di hadapannya, dia mengambilkan sayur untuk Diva dan berkata “Ke depannya jangan minum wine dengan perut kosong, tidak baik untuk kesehatan tubuh.”

Nada bicaranya datar, tetapi samar-samar membawa rasa perhatian.

Tangan Diva yang memegangi sendok tertegun, dia tidak berbicara, lalu lanjut menyantap bubur dengan kepala tertunduk.

Mahen juga tidak berbicara lagi, mereka menyantap sarapan pagi dengan hening, lalu Mahen pun pergi.

Ketika Mahen kembali ke perusahaan, pasar saham di pagi hari sudah ditutup, saham Keluarga Bone masih terus melorot tajam dan tetap berwarna hijau semuanya.

Asisten berkata “Bawahan kita telah menyelidikinya, Keluarga Bone sudah mulai mencari Diva ke mana-mana, jika masalah menjadi besar, apakah kita akan diselidiki?”

Mahen menyeringai, Diva sudah hilang selama berhari-hari, Keluarga Bone juga tidak mencari Diva dengan segenap tenaga, tetapi sekarang justru mencari Diva dengan begitu berusaha, ingin mengantarkan Diva ke atas kasurnya.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu