Suami Misterius - Bab 229 Kamu Anjing Ya!

Rudy mengangkat pandangan matanya lalu melihat ke Clara, matanya menggelap dan jadi sedalam lautan. Rudy bukan karena tidak senang melihat Clara mengambil rokoknya, hanya saja dia tidak terbiasa kalau ujung jarinya tidak memegang apa-apa.

“ nenek Sutedja sudah tua jadi sangat berpengalaman, tidak mungkin tidak ada syarat yang dia ajukan ketika dia mau menyerahkan harta keluarga satu-satunya dia kepadamu.” Ucap Rudy tenang.

Selesai mendengar ucapan Rudy, Clara mengangkat bahunya, “Memang ada satu syaratnya, tidak boleh bercerai dengan Gevin.”

Rudy tersenyum kecut, “Perjanjian seperti itu, apa bedanya dengan menjual diri seumur hidup?”

“Tapi perjanjian menjual diri seumur hidup ini cukup lumayan bagus. triliun loh, aku saja tidak menyangka ternyata diriku berharga begitu banyak.” Jawab Clara dengan serius dan membelalakkan mata hitam dan bersinarnya itu.

“Jika otakmu tidak bermasalah, kamu tidak akan mempertimbangkan sedikitpun perjanjian itu. Jika dalam kondisi tidak kekurangan uang, tidak seharusnya menjual diri sendiri.” Ucap Rudy lagi.

“Aku memang tidak kekurangan uang, tapi aku juga tidak punya dendam dengan uang. Walaupun sifat Gevin mungkin sedikit buruk tapi wajahnya lumayan juga. Demi triliunan menikah dengannya, menurutku tidak rugi.” Tutur Clara dengan alis terangkat.

Ekspresi Rudy perlahan jadi muram, padahal jelas-jelas tahu kalau Clara memang sengaja mau membuatnya marah, tapi masih saja dia tidak bisa menahan diri untuk tidak marah.

“Kamu berani?”

“Tunggu sampai aku menaruh buku nikah di hadapanmu....” Clara belum sempat menyelesaikan ucapannya, Rudy lebih dulu menundukkan kepala dan menciumnya.

Di kondisi seperti ini, menciumnya adalah cara tercepat membuatnya diam.

Keterampilan mencium Rudy yang mahir sering sekali membuat Clara tidak bisa menolaknya. Pikiran Clara saat ini benar-benar sudah kacau, bahkan dia sampai tidak tahu kapan dia digendong oleh Rudy sampai ke ranjang.

Clara baru saja mandi, ada aroma sabun yang merilekskan di tubuhnya. Di waktu yang bersamaan, satu tangan Rudy membuka baju Clara dan satu tangan yang lainnya jatuh di pinggang Clara membuka sabuk Clara.

Ada aroma sabun mandi yang samar yang menyerbak dari tubuh Clara. Kuncir di rambutnya juga entah kapan sudah dilepas sehingga rambut hitam itu terurai begitu saja dan membawa wangi air basah bagaikan iblis air yang mempesona.

Setelah badai ** selesai, keduanya saling berpelukan dan napas mereka terengah-engah. Suasana di ruangan pun ikut memanas.

Telapak tangan Rudy bergerak sepanjang bahu harum Clara, lalu meremas dagu lancip dan putih Clara.

“Masih berani? Em?” bibir tipis Rudi di samiping telinga Clara, suara rendah dan mempesona.

Clara memelotinya dengan tidak senang, baru mau membuka mulut, tiba-tiba terdengar peringatan dari Rudy, “Kalau mau bicara lagi perhatikan dan pertimbangkan baik-baik ucapanmu, jika kamu bicara asal-asalan tidak memperhatikan kondisi, maka kamu harus menerima resikonya.

“Kamu masih berani mengapakan aku.” Ucap Clara tidak terima. Tapi baru saja menyelesaikan ucapannya, Rudy menciumnya lagi.

“Uh!” bibir Clara terasa sakit, dia pun mendorong Rudy sekuat tenaga, “Rudy, kamu anjing apa ya!”

“Aku apa, sebentar lagi kamu juga akan tahu.” Rudy tersenyum dengan liciknya, berbalik badan lalu menjatuhkan Clara lagi.

Ketika Clara terjatuh di ranjang dengan napas terengah-engah, dia masih berpikir dalam otaknya, Pria ini bukan anjing, tapi binatang buas. Di ranjang tidak pernah sekalipun tahu apa yang namanya kelembutan, dan hari ini lebih tersiksa lagi dan semakin ganas saja.

Di sisi lain, Rudy pun duduk di sofa dan perlahan mengancingkan kancing di bagian dada kemejanya. Dia menoleh ke Clara, tersenyum lalu bertanya, “Masih berani?”

“Tidak berani, tidak berani! Selain kamu, aku tidak akan menikahi siapapun, begini cukupkan.” Clara pun meminta ampunannya. Clara merasa jika dia masih saja berdebat mulut maka pria ini jelas akan membuat Clara tidak akan bisa turun dari ranjang hari ini.

Rudy cukup puas dengan jawaban Clara. Dia pun berjalan ke dalam kamar mandi dan menyalakan air untuk mandinya Clara. Dia sendiri yang memeriksa suhu hangat airnya. Setelah yakin airnya cukup hangat, barulah dia memanggil Clara untuk mandi.

Clara berendam di dalam bathtub, sedangkan Rudy duduk di samping bathtub memandangi Clara yang berendam, senyum tipis tampak di antara alisnya yang berkerut dalam.

“Rudy, apa kamu sudah cukup puas memandangnya? Cepat keluarlah oke!” Seluruh tubuh Clara masuk ke dalam air, dan hanya memperlihatkan kepalanya saja. pipi di wajahnya memerah malu. Walaupun mereka sudah pernah melakukannya, tapi jika dilihati seperti itu oleh Rudy, Clara tidak terbiasa.

“Seumur hidup kan begitu panjang, jika sekarang cukup puas memandangi maka itu bukanlah hal yang bagus.” Ucap Rudy begitu sok benar.

Pipi Clara dikembungkan karena emosi, dia pun mengambil handuk dan menutupkan handuk itu di atas air.

Rudy sama sekali tidak keberatan, dia masih saja duduk di samping bathtub dan diam memandanginya.

“Kontrak itu, kamu berniat bagaimana mengurusnya?” Tanya Rudy tiba-tiba.

“Bagaimana mendapatkannya, ya bagaimana juga mengembalikannya. Otakku kan tidak kemasukan air, jadi kenapa juga harus masuk ke dalam air lumpur Keluarga Sutedja.” Jawab Clara cuek.

Clara merasa kehidupannya sekarang sudah lebih dari puas, punya pekerjaan yang gajinya begitu stabil, punya Wilson lucu yang selalu membuatnya bahagia, dan terkadang juga bisa mengganggu dan menggoda pengangguran, hari-hari seperti ini sungguh sangat santai.

Kalau keluarga Sutedja, memikirkannya saja sudah terlalu buruk.

Setelah mendengar itu, Rudy pun terdiam. Clara mengatakan kalau dia tidak ingin masuk ke dalam air lumpur keluarga Sutedja, sedangkan Rudy juga bermarga Sutedja.

Keluarga Sutedja memang adalah genangan air berlumpur dengan pusaran air yang dalam dan tak berdasar. Dia benar-benar seharusnya tidak begitu egois dengan menyeret Clara ke pusaran air berlumpur itu.

Mungkin juga, sebelum Keluarga Sutedja benar-benar sudah bersih, dia tidak seharusnya menarik Clara masuk ke dalamnya. Mungkin ini juga berarti dia bisa bersama dengan Clara dengan menggunakan identitas sebagai Rendi Sunarya.

“Memikirkan apa kamu?”Di saat ini, tubuh Clara sudah terbungkus dengan handuk, dan sepasang kaki putih keluar dari bathtub, dia mengulurkan tangannya dan menggoyang-goyangkannya ke depan mata Rudy.

Rudy sudah terbiasa meraih tangan Clara, mengecup sebentar di bibirnya, lalu menjawab. “Tidak ada apa-apa.”

Clara pun mengganti baju mandi dengan yang baru lalu berdiri di depan meja riasnya mengerikan rambut sambil berkata dengan santai, “ nenek Keluarga Sutedja benar-benar licik. Setiap kalimat yang diucapkan tidak sederhana, Ketika bicara dengannya, aku sungguh sangat waspada dan berhati-hati, sangat melelahkan. “

Rudy hanya tersenyum samar di sudut bibirnya tanpa berkomentar apapun.

Suara keras hair dryer masih terdengar, Tapi Clara malah menghentikan gerakannya mengeringkan rambut, lalu berkata, “Bahkan nenek Sutedja saja orang yang menghindari lawan jika bahaya, tapi langsung menyerang jika lawan sudah kelelahan, menurutmu kalau Tuan muda keempat dari keluarga Sutedja itu orangnya bagaimana ya?”

Rudy diam memandangi Clara, matanya menggelap begitu dalam.

Tuan muda keempat dari keluarga Sutedja bagaimana orangnya? Bukannya ada di depan matanya ya. Baru saja, dia malah saling berpelukan dan menempel di ranjangnya, dan mengeluarkan suara lemah yang meminta ampunannya.

Sekarang, wajahnya malah penuh dengan rasa penasaran ingin tahu dia seperti apa orangnya.

Clara melihat Rudy yang tidak menjawabnya. Clara juga tidak terlalu butuh jawaban. Dia mematikan hair dryernya, lalu menyisir rambutnya, dan lanjut berkata, “Saham Sutedja Group, ada sekitar 30 % saham di pasar saham, 10% ada di pemegang saham lainnya. Dan ada 10% di tangan nenek Sutedja. Tuan muda keempat itu mempunyai setengah saham dari Sutedja Group, dia punya hak kendali mutlak terhadap Sutedja Group.”

“Kamu sepertinya cukup memahami mereka ya.” Selesai bicara, Rudy pun tersenyum.

“ nenek Sutedja mau menggunakan aku, tentu saja setidaknya aku harus cukup memahami Keluarga Sutedja. Sama-sama memahami lawan akan menghindarkan dari keterlambatan beraksi atau melawannya.” Jawab Clara.

Sejak pesta ulang tahun nenek Sutedja, Clara sudah menebak niat wanita tua itu. Clara sudah menyuruh Miko untuk memeriksa dan menyelidiki semua hal tentang Keluarga Sutedja. Benar-benar deh kalau tidak menyelidiki, tidak akan tahu apa-apa. Tapi setelah diselidiki, malah mengejutkan tidak karuan. Dibandingkan dengan Keluarga Sutedja, Keluarga Santoso hanyalah tanah bersih biasa, yang bukan apa-apa untuk Keluarga Sutedja.

Dari kecil sampai dewasa, tidak ada satupun dari keluarga Sutedja yang merupakan orang yang meresahkan dan tak berguna. Satu persatu dari mereka berjuang merebut hak dan kekuasaan sampai berdarah-darah. Tapi, tuan muda keempat ini terlalu rendah hati. Bahkan sedikit saja informasi mengenainya yang akan berguna saja tidak mendapatkannya. Satu-satunya yang Miko tahu adalah tuan muda keempat itu mungkin memiliki pangkat militer.

“Apa lagi yang kamu tahu?” Lengan Rudy melingkari pinggang Clara dari belakang, dan ada napas yang kuat, dewasa, dan maskulin dalam napasnya.

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu