Suami Misterius - Bab 700 Peperangan Mengizinkan Strategi Licik, Sayang

Clara minum teh bunga yang wangi sambil menikmati pertunjukan tradisional.

Sebagian tamu di dalam restoran ini adalah orang yang telah lanjut usia, setelah pensiun dan tidak ada kesibukan lainnya, mereka sanggup duduk di dalam restoran sambil menikmati teh untuk sepanjang sore.

Clara menopang pipi dengan satu tangan, gayanya terkesan malas, dia duduk berhadapan dengan Rudy, tiba-tiba ada sejenis rasa masa keindahan dalam seumur hidupnya.

“Bagus sekali tempat ini, Rudy, kita mempercepat pensiun saja, lalu menikmati hidup.”

Rudy tersenyum keceplosan setelah mendengarnya.

Namun pemikiran seperti ini juga hanya sekedar berpikir saja, tidak mungkin untuk dilaksanakan.

“Bisa main catur ?”

Rudy bertanya.

“Bisa sedikit.”

Clara mengangguk menjawabnya.

Sisi lain dari meja sudah terletak sebuah papan catur, Rudy meletakkan gelas lalu mendorong papan catur ke sisinya, “Kita main sekali.”

Clara mengangguk, lalu mengambil catur dan letak di atas papan catur.

“Kamu dulu.”

Rudy berkata.

Clara mulai melangkah buah caturnya.

Mereka bermain dengan seru, Rudy tiba-tiba menyadari bahwa Clara lumayan hebat dalam bermain catur.

Bahasa ‘bisa sedikit’ sudah terlalu merendahkan diri.

Meskipun Clara hebat dalam main catur, namun tetap saja tidak sanggup melawan Rudy, sehingga hanya dihantam habis-habisan oleh Rudy.

Clara menopang pipi dan mencibir bibir sendiri, lalu berkata dengan nada manja, “Rudy, kamu tidak boleh sedikit mengalah ya padaku.”

Rudy tersenyum keceplosan, lalu mengangguk, “Sesi selanjutnya akan mengalah.”

Setelah itu, mereka mulai sesi baru lagi, kali ini Clara tidak begitu kasihan lagi, namun tetap saja kalah.

Nyonya Sutedja menjadi tidak senang, lalu mengacaukan posisi catur di hadapannya.

“Rudy, mana ada suami yang seperti kamu !”

Rudy tersenyum, lalu memulihkan posisi catur yang dihancurkan Clara dengan gerakan elegan.

“Atau, kita ganti cara main.

Bisa juga sambil taruhan.”

Rudy berkata.

“Rudy, menurutmu aku seperti orang bodoh ya ?”

Clara melirik sekilas.

“Tidak, kelihatannya lumayan pintar.”

Rudy tersenyum berkata.

“Jarak kemampuan kita begitu jauh, masih mau bertaruh lagi, aku mana mungkin bertaruh permainan yang pasti akan kalah.”

Clara menopang pipi sambil menjawab.

Rudy mengeluarkan dua buah catur dari papan catur, satu buah catur benteng, satu buah catur gajah.

“Begini sudah adil kan.”

Clara dengan tampang tidak terlalu sudi dan berkata, “Satu sesi enam juta, tidak terima utang.”

“Membosankan.”

Rudy lanjut berkata, “Kamu yang kekurangan uang, atau aku yang kekurangan uang ?”

“Kalau begitu kamu ingin taruhan apa ?”

Clara bertanya.

“Orang yang kalah harus melakukan sesuatu sesuai permintaan orang yang menang.

Tiga sesi dua kali kemenangan, bagaimana ?”

Clara berpikir sejenak, lalu mengangguk, “Setuju.”

Dia selesai bicara, lalu mengulur tangan dan mengeluarkan lagi dua buah catur milik Rudy.

Rudy :”….Clara, kamu mendingan keluarkan saja buah catur raja.”

“Boleh begini ya ?”

Clara malah benar-benar mengulurkan tangan untuk mengambil buah catur ‘raja’, namun langsung dihalangi Rudy.

Clara tersenyum dengan tampang licik.

“Mulai.”

Clara langsung majukan buah catur setelah selesai bicara.

Rudy :”…” Sesi permainan kali ini berlanjut dengan lambat, Rudy kekurangan empat buah catur, sehingga kemampuan mereka pada sesi ini hampir setara.

Satu sesi permainan berlanjut hingga waktu dua jam, namun Clara tetap saja kalah.

“Rudy, kamu menyembunyikan kemampuan asli !”

Clara menatapnya dengan tampang merajuk.

“Peperangan mengizinkan strategi licik, sayang.”

Rudy tersenyum, lalu mengangkat gelas dan memberikan kepada Clara.

Clara mengulurkan tangan untuk mengambil gelasnya, lalu meneguk teh di dalam gelas, berusaha meredakan api amarah di dalam hatinya.

Clara selesai bicara, dengan reflesknya mengulurkan tangan untuk menutupi dompet sendiri, “Rudy, jangan-jangan kamu mau rebut kembali kartu ATM cadangan ya ?”

Di dalam mata Rudy muncul tatapan bengong sejenak, lalu tersenyum dan menggeleng kepala, setelah itu Rudy mengeluarkan sebuah dompet hitam dari saku baju, dia membuka dompet dan mengeluarkan sebuah kartu ATM dari dompetnya, akhirnya letak di telapak tangan Clara.

“Besok aku sudah harus kembali ke pasukan, ini gajinya, uangnya tidak terlalu banyak, kamu yang pegang saja.”

“Sayang baik sekali.”

Clara menyimpan kartu tersebut, lalu menghampiri dan mengecup ringan pada pipi Rudy.

Senyuman di wajah Rudy semakin menghangatkan.

Rudy mengetahui kalau Clara bukan wanita yang tamak, juga tidak kekurangan uang.

Akan tetapi, rata-rata lelaki memberikan uang kepada wanita menandakan sikap menghargainya.

“Rudy, kamu ingin aku melakukan apa ?”

Clara bertanya lagi.

“Sementara ini masih belum tahu, aku pikir dulu baru memberitahumu.”

Rudy menjawabnya.

Clara :”…..” Hukum mati yang tertangguh, pisaunya sudah terletak di atas kepalanya, belum tahu lagi kapan akan melayang turun.

Teh selesai minum, kue juga sudah selesai makan.

Rudy membawa Clara mengelilingi kota Jing, setelah itu, membawa mobilnya pulang ke rumah Sunarya.

Rudy memarkir mobilnya di dalam garasi, lalu mereka masuk bergiliran ke dalam villa.

Ketika Clara baru menginjak masuk, sudah mendengar suara tertawa dan berbicara yang berasal dari dalam, suara tersebut adalah suara Altria yang nyaring dan manis, dia tidak mungkin salah mendengarnya.

Bibi Liu kebetulan keluar menyambut mereka, Clara bertanya pada Bibi Liu dengan tatapannya.

Clara menghampiri telinga Clara dan berkata dengan suara ringan :”Nona Altria membawa pacarnya datang untuk makan malam, nenek tidak mungkin mengusir orangnya juga.

Nona Altria dibesarkan juga dalam keluarga Sunarya ini, sebentar saja sudah berhasil menghibur nenek, sekarang mereka sedang mengobrol dengan senang di dalam ruang tamu.”

Clara :”…” Rupanya nona sepupu di keluarga Sunarya tidak dapat diusir lagi, bahkan dapat lengket kembali dengan alasan sembarangan.

Mubazir sekali rencana dirinya pada pagi ini.

Bibi Liu membungkuk pinggang untuk memberikan sendal untuk mereka, lalu diam-diam menyelip ke dalam rumah.

Rudy sambil mengganti sendal, sambil tersenyum dan berkata :”Datang memberi informasi ya, kamu sudah menyogok ya ?”

Clara tersenyum dengan ekspresi bangga, “Menjelaskan secara logika, lalu menyentuh dengan perasaan.”

“Logika dan perasaan yang bagaimana ?”

Rudy mengangkat alis dan bertanya.

“Kasih tahu dia kalau ke depannya aku adalah nyonya kepala keluarga, agar dia memiliki kesadaran dan menuruti saja kata-kataku.”

Clara berkata dengan ekspresi bangga, nada bicaranya penuh dengan kesan bercanda.

Rudy tersenyum keceplosan, jarinya menjentik ringan pada dahi Clara.

Bibi Liu memang sadar diri sekali, akan tetapi, Rudy tidak memberitahukan bahwa, Bibi Liu adalah bawahan Rudy, tentu saja akan membela Clara.

Jika tidak, dia tidak akan menyesuaikan drama Clara di pagi ini.

“Masuklah.

Meskipun Altria tidak bisa diandalkan, tetapi sifat pacarnya lumayan baik, aku bawa kamu kenalan dulu.”

Rudy memeluk pinggang kecil Clara, lalu masuk bersamaan ke dalam ruang tamu lantai dasar.

Di dalam ruang tamu, ada satu set kursi kayu merah yang tersusun bentuk bundaran.

nenek Sunarya duduk di tempat pertengahan, nyonya kedua Sunarya duduk di samping nenek Sunarya.

Altria menggandeng seorang pria dengan tampang tersipu, dan duduk di sisi lain dari kursi.

Rudy berjalan masuk dengan membawa Clara, pria tersebut langsung berdiri dari kursi, lalu menyapa Rudy dengan nada sopan.

“Abang Rendi.”

Rudy mengangguk dengan ramah, lalu memperkenalkan Clara, “Ini istriku Clara.”

“Kakak ipar.”

Pria itu mengangguk dengan segan, “Aku Ruben, pacarnya Altria.”

“ Ruben, salam kenal.”

Clara tersenyum, lalu mengangguk dengan sopan.

Pada saat yang sama, Clara diam-diam menilai pria di hadapannya.

Pria ini kelihatannya berumur kisaran dua puluh lima, penampilannya sangat bersih, pipi yang sedikit merona membawa kesan tersipu.

“ Ruben tamatan dari jurusan pertunjukan universitas institusi film, kalian satu profesi juga.

Hanya saja Ruben masih baru, Clara, bisa jadi ke depannya masih perlu bimbinganmu.”

nyonya kedua Sunarya tersenyum dan berkata.

Clara juga tersenyum lembut dan mengangguk.

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu