Suami Misterius - Bab 564 Menjamin

Clara Santoso merasa sedikit canggung, mengulurkan tangan mencubit hidung putranya, “Tukang makan.”

Sekeluarga baru saja bersiap mau makan kue, ponsel Rudy Sutedja langsung berdering.

Dia memegang ponsel, berdiri di depan jendela Perancis untuk menjawab panggilan telepon.

Wajah terdapat senyuman, juga sedikit tidak berdaya.

Pandangannya terus tertuju pada ibu dan anak yang ada di ruang tamu.

Tangan Wilson penuh dengan krim, sedang membuat wajah serem untuk menakuti Clara Santoso.

Ujung jari Clara Santoso juga terkena krim kue, langsung digosokkan ke atas hidung Wilson.

Kemudian, ibu dan anak mulai membuat keributan lagi.

Rudy Sutedja selesai telepon dan kembali, duduk di sofa samping mereka.

“Kenapa?”

Clara Santoso bertanya.

“Telepon dari paman kedua.

Tante kedua pergi mencari Ahyon.

Paman kedua takut Hyesang membuat keributan, ingin menyuruhku ke sana membujuk.”

Rudy Sutedja berkata.

“Lalu kenapa kamu masih belum pergi?”

“Masalah keluarga orang lain, aku tidak nyaman ikut terlibat.

Apalagi, Hyesang sudah membulatkan tekad menikahi Ahyon.

Ketika seorang pria tulus mencintai seorang wanita, siapa pun yang bujuk juga tidak berguna.

Misalnya, pada saat itu jika ada yang mengatakan padaku, kita berdua tidak terlalu cocok, aku juga tetap akan menikahimu tanpa ada keraguan sedikit pun.”

Rudy Sutedja menjawab dengan mudah.

…...Dan pada saat bersamaan, Ahyon dan Tary Cut sedang berada di kafe seberang perusahaan GR.

Di dalam ruang pribadi dengan lingkungan elegan, Ahyon melihat Tary Cut yang duduk di depannya, rambut panjang diikat, mengenakan gaun panjang model vintage, sangat cantik dan elegan, perawatannya lebih baik dibandingkan orang seusianya.

Selama beberapa tahun ini, kelihatannya tidak terlalu banyak perubahan padanya.

Ahyon sedikit menyipitkan mata indahnya, pandangan tertuju pada kopi yang ada di depan, asap putih perlahan sedang naik dari cangkir, di dalam ruangan, aroma kopi sangat menyenangkan.

Sebenarnya, Ahyon sama sekali tidak terkejut dengan kedatangan Tary Cut untuk mencarinya.

Hyesang Sutedja sudah memesan gaun pengantin dan pakaian formal, juga sudah memesan hotel dan tanggal pernikahan, masalah sampai begitu heboh, dari awal hingga akhir hanya dia sendiri yang melakukannya.

Orang dalam keluarga Sutedja, pasti tidak akan diam dan tidak peduli, juga pasti tidak akan membiarkan mereka bersama.

"Ahyon, sudah lama tidak bertemu, kelihatannya kamu tidak banyak perubahan.”

Wajah Tary Cut membawa senyuman yang sama.

“Tante Cut, kamu juga tidak ada perubahan, masih tetap begitu muda.”

Ahyon berkata dengan datar, kata basa basi, tentu saja siapa pun bisa mengatakannya.

“Apakah kesehatan mamamu baik-baik saja?”

Tary Cut bertanya lagi.

“Baik-baik saja, terima kasih atas perhatiannya.”

Ahyon menjawab dengan datar, tidak banyak bicara terhadap hal ini.

Tary Cut mengangguk, mengangkat kopi yang ada di depan, mencicipi seteguk dengan anggun, kemudian, terlihat sangat santai bertanya, "Aku dengar, Hyesang sedang sibuk membagikan undangan ke mana-mana."

Sudah basa basi begitu lama, akhirnya masuk ke topik utama.

Kedengarannya?

Ahyon merasa, Tary Cut sangat terampil dalam berbicara.

Hyesang menikah, dia sebagai ibu kandung malah hanya mendengarnya saja, ini sudah sangat jelas menyatakan sikap dari Tary Cut dan keluarga Sutedja.

Mereka tidak mengakui dan mengizinkan pernikahan ini.

"Seharusnya iya, aku tidak pernah bertanya.

Dia juga tidak mengatakannya padaku."

Ahyon melihat mata nyonya Sutedja, menjawab dengan tenang.

Tary Cut tetap tersenyum, secara tidak sadar jari-jari menggesek gelas kopi yang ada di tangan.

Dia tahu, meskipun Ahyon gadis ini sifatnya pendiam, terlihat sangat rendah hati, tapi sebenarnya dia sangat pintar.

Sata kalimat yang mudah, malah membuat dia tidak bisa berkata apa-apa.

Senyuman di sudut bibir Tary Cut semakin mendalam, ekspresinya tetap tidak berubah.

“Kamu dan Hyesang, apa lagi yang sedang kalian lakukan?

Ahyon, aku tahu kamu adalah anak baik yang berbakti, kondisi mamamu saat ini, mengadakan pernikahan untuk membuatnya senang memang baik.

Hanya saja, masalah ini semakin besar, kelak akan semakin sulit mengakhirinya.”

Satu kalimat ‘masalah semakin besar, semakin sulit mengakhirinya’ sungguh sebuah kalimat memiliki dua makna.

Ahyon tidak bodoh, tentu saja mengerti dengan maksud Tary Cut.

Sikap keluarga Sutedja sudah terpampang jelas di sini, jika masalah semakin besar, sampai terdengar oleh Saras Yang di rumah sakit, siapa pun tidak bisa tenang.

“Tante, kamu ingin aku melakukan apa, bisa langsung katakan.”

Nada bicara Ahyon sangat tenang, bahkan tidak terdengar ada gejolak apa pun.

Asap putih kopi menyebar di udara, membuat paras wajah halus Ahyon sedikit samar-samar, Tary Cut tidak bisa melihat jelas ekspresinya.

“Ahyon, dulu kamu selalu tinggal di luar negeri, seharusnya sangat terbiasa dengan lingkungan luar negeri bukan.”

Tante berharap, kamu bisa terus tinggal dan belajar di luar negeri.

Ketika mamamu masih muda, harapan terbesarnya adalah menjadi perancang busana papan atas, tante berharap, kamu bisa mewujudkan impiannya.

Tary Cut selesai bicara, mengeluarkan sebuah dokumen dari tas tangan, dan memberikannya ke hadapan Ahyon.

Ahyon melihat sekilas, informasi dalam dokumen sangat lengkap, sekolah untuk studi lanjutannya, apartemen tempat tinggalnya, perusahaan untuk magang juga sudah diaturkan, bahkan tiket keberangkatan juga sudah dipesankan.

Ahyon mengambil tiket pesawat itu, sekilas melirik tanggal yang ada di sana, satu minggu kemudian.

He, keluarga Sutedja sungguh tidak sabar ingin menyuruhnya pergi.

“Tante, aku bisa pergi, tapi bukan sekarang.”

Ahyon meletakkan tiket pesawat ke atas meja, nada bicara tetap datar dan tenang.

“Tante, kamu juga jelas dengan kondisi mamaku saat ini.

Dia tidak mungkin kuat melakukan perjalanan jauh seperti ini, dan aku pasti tidak mungkin meninggalkannya saat ini lalu seorang diri keluar negeri.”

“Ahyon, kamu adalah orang pintar, kita adalah orang yang jujur dan terbuka tidak akan berbicara terbelit-belit.

Tante juga tidak ingin mengusirmu.

Kamu tahu, tante benar-benar menyukaimu, dulu, juga sepenuh hati ingin kamu menikah dengan Hyesang.

Tapi, Ahyon, seharusnya kamu pernah mendengar sebuah kata, ‘waktu sudah berbeda, situasi juga telah berubah’.

Pada waktu itu, kamu kecelakaan dan keguguran, tante sungguh sangat kasihan padamu, juga bersimpati padamu.

Tapi kamu dan Hyesang, benar-benar sudah tidak cocok lagi.

Sekarang kalian masih muda, pria, dalam usia yang penuh energi, sangat mudah bersikap impulsif, selain cinta, yang lain semuanya bisa diabaikan.

Tapi saat umur perlahan bertambah, pelan-pelan akan menyadari betapa kesepian hanya hidup berdua saja.

ketika sahabat dan kerabat di sekeliling sudah memiliki anak sendiri, rasa itu semakin tidak nyaman.

Ahyon, tante juga demi kebaikanmu.

Kamu pergi sekarang, di antara kalian masih akan meninggalkan kenangan indah, jangan tunggu sampai kelak kalian putus karena dendam, maka tidak akan tersisa apa pun lagi.”

Ahyon selesai mendengarnya, akhirnya di wajah memiliki ekspresi, dia menekuk sudut bibirnya, tersenyum tipis, bercampur sedikit ejekan dan kepahitan.

Tary Cut demi menyuruhnya pergi, sungguh sudah menggunakan perasaan untuk menyentuh hati orang, dan menggunakan teori agar orang paham.

“Tante, aku sudah mengerti maksudmu.

Tapi kamu memintaku untuk pergi sekarang, aku memang tidak bisa melakukannya.

Aku tidak mungkin bisa meninggalkan ibu yang sedang sakit parah, ini tidak masuk akal.

Tapi aku bisa menjaminnya padamu……” “Kamu ingin jamin apa?”

Suara yang dingin tiba-tiba terdengar dari depan pintu.

Pintu ruang pribadi telah didorong terbuka oleh orang, Hyesang Sutedja berdiri di depan pintu, aura di sekelilingnya sangat dingin.

Begitu Tary Cut melihatnya, raut wajah langsung berubah jadi buruk sekali, menatap Ahyon dengan pandangan yang dingin.

Jelas sekali, dia berpikir Ahyon menyuruh Hyesang Sutedja datang untuk membantunya.

Ahyon juga tidak bermaksud menjelaskannya, perlahan-lahan dia berdiri dari tempat duduk, mata dengan tenang menatap Hyesang Sutedja, mengatakan: “Aku jamin, walaupun kamu berada dalam satu kota, aku juga tidak akan berinisiatif untuk bertemu dengannya, lebih tidak mungkin menikah dengannya.”

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu