Suami Misterius - Bab 742 Membalas Kejahatan Dengan Keadilan Dan Membalas Kebajikan Dengan Kebajikan

Dengan Kebajikan

Sementara pada saat yang sama, di kamar tidur lantai tiga.

Rudy melepaskan jas tentara dan menggantung sampingnya, setelah berbalik badan, Clara langsung melilit lagi ke tubuhnya bagaikan seekor gurita.

“Sayang, kenapa hari ini begitu cepat pulangnya ?”

“Menurutmu ?”

Rudy mengangkat alis, satu tangannya memeluk pada pinggang Clara, satu tangannya lagi menopang pada dagunya yang tajam.

Rudy hanya khawatir seandainya Clara bermain dengan

berlebihan.

Bagaimanapun nenek Xie sudah berumur delapan puluhan, apabila dia terjadi sesuatu karena ulah Clara, Rudy tentu saja harus pulang untuk menyelesaikannya.

Untung saja, Clara masih mengerti dengan batasannya, dan juga membawa nenek Xie kembali dengan keadaan aman.

“Kamu ya, ke depannya jangan berulah lagi, jangan membuatku mengkhawatirkan kamu lagi.”

Rudy mencubit dagu Clara dengan dua jari tangannya, dia mendekati ke wajah Clara, lalu menunduk dan mengecup ringan pada bibirnya.

Clara tersenyum manja, kedua tangannya melilit pada leher Rudy dan memperdalam ciuman ini dengan inisiatif.

Setelah menyelesaikan ciuman yang dalam, Clara menyandar di dalam pelukan Rudy, jari tangannya yang lentik melilit pada telapak tangan Rudy, lalu bergenggam dengannya.

Rudy tersenyum, lalu berkata dengan lembut :”Coba ceritakan perbuatan terpuji yang kamu lakukan pada hari ini.”

“Tidak ada apanya juga, hanya membawa nenek berkeliaran lama di museum kerajaan, lalu sengaja membuat dia kelaparan pada saat makan siang, sekedar memperingatkan saja.

Aku orangnya ya, tidak akan membalas kejahatan dengan kebajikan.”

Pada saat mereka berdua sedang mengobrol, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dari luar, Wilson berlarian ke dalam kamar bagaikan seekor burung kecil, lalu langsung melompat ke dalam pelukan mereka berdua.

“Papa Mama, kalian sedang bahas apa ?”

Clara :”Ehm, kami sedang bahas membalas kejahatan dengan kebajikan.”

“Mama, membalas kejahatan dengan kebajikan bukan tindakan yang benar.”

Wilson berkata dengan tampang serius.

“Oh ?

Kalau begitu kamu coba jelaskan, di mana yang salah ?”

Clara tersenyum sambil bertanya.

“Confucius menyebut bahwa : Seandainya membalas kejahatan dengan kebajikan, apa yang digunakan untuk membalas kebajikan.

Seharusnya membalas kejahatan dengan keadilan, lalu membalas kebajikan dengan kebajikan.”

Wilson menggoyangkan kepala dan menyebutkan dengan reaksi seperti orang tua, Clara juga tertawa terbahak-bahak karena tindakannya.

“Lihatlah, bahkan Wilson saja sudah tahu harus membalas kebajikan dengan kebajikan, nenek itu sudah betapa lama hidupnya…”Clara tidak menyelesaikan kata-katanya, sepertinya malas untuk berkata lagi.

Rudy tersenyum dan mencubit pipi Clara, setelah itu dia membungkuk pinggang dan memeluk anaknya dari lantai, lalu mengecup ringan pada pipinya.

“Sayang, cuci tangan dulu, paman Jiang ada membawa buah-buahan untukmu.”

Rudy memiliki lima orang bawahan yang sangat berkemampuan, salah satunya bermarga Jiang dan bertanggung jawab untuk pekerjaan internal.

“Ada buah persik kesukaan Wilson ?”

Wilson bertanya dengan nada manis.

“Ada.”

Rudy menjawabnya, “Ada juga nanas dan buah naga, semuanya kesukaanmu.

Tetapi, jangan makan berlebihan ya…” “Aku tahu, lelaki harus bisa mengendalikan diri sendiri, baik yang suka maupun yang tidak suka, semuanya harus ada batasannya.”

Wilson berkata dengan tampang serius.

Clara melihat anaknya yang bergaya seperti orang dewasa, tidak bisa bertahan untuk mengulur tangan dan mencubit pada hidungnya, lalu berkata, “Sejak kapan anak kecil ini jadi orang dewasa ?”

“Aku bukan anak kecil lagi, kata Papa aku seorang pria kecil.”

Wilson menegapkan dada dan membantah.

“Baiklah, pria kecil, ayo makan buah-buahan.”

Clara mengecup ringan pada pipi Wilson.

Rudy memeluk Wilson berjalan keluar dari kamar tidur, setelah itu, dia menyerahkan Wilson kepada Sus Rani.

Sus Rani membawa Wilson turun ke lantai bawah untuk makan buah, Clara melihat bayangan Wilson yang turun lantai dengan semangat, sambil tersenyum dan memeluk lengan Rudy, setelah itu dia menyandarkan kepalanya pada pundak Rudy.

“Wilson sudah mau menginjak umur empat tahun, setelah beberapa tahun lagi, dia benaran akan menjadi seorang pria kecil.”

Clara tidak bisa bertahan untuk mengeluhnya.

Rudy mengangguk, “Anak kecil selalu bertumbuh dengan cepat, setelah dia dewasa, kita sudah tua.”

Clara sedikit mencibir bibirnya, lalu menutupi wajah sendiri dengan kedua tangannya, “Setelah aku menjadi nenek tua, bisa jadi kamu tidak suka lagi padaku.”

“Setelah kamu menjadi nenek tua, aku juga sudah menjadi kakek tua, jangan lupa ya, umur aku jauh lebih besar daripada kamu.

Setelah sampai saat itu, kita sudah bisa berhidup santai, rutinitas kita mungkin hanya tinggal bergandengan tangan sambil berjalan-jalan, lalu menjemur matahari.”

Rudy tersenyum lembut dan berkata.

Setelah selesai mendengar kata-kata Rudy, Clara malahan sangat menantikannya, dia bahkan tidak terlalu takut untuk menjadi tua.

“Ulang tahun Wilson pada kali ini, nenek dan ayah tidak bermaksud merayakannya dengan heboh, bagaimanapun posisi aku dan ayah sangat sensitif, seandainya merayakan ulang tahun anak kecil dengan acara yang menghebohkan, takutnya membawa efek negatif.

Jadi maksud nenek, hanya perlu mengundang beberapa saudara saja.”

“Hanya ulang tahun anak kecil saja, memang tidak perlu terlalu menghebohkan.

Saudara keluarga kalian sudah cukup memusingkan.”

Clara berkata dengan tidak berdaya.

Rudy mengulur tangan dan mengelus pada kepala Clara, tatapannya sangat lembut namun membawa perasaan bersalah.

Clara mengeluh nafas, lalu bertanya lagi :”Kalau kamu ? Ulang tahu Wilson, kamu akan menemani kami kan ?”

“Iya, aku sudah mengosongkan jadwal di hari itu.

Tetapi, rapat wali murid di TK Wilson pada akhir bulan ini, aku….”

Rudy menatapnya dengan ekspresi perasaan bersalah.

Sejak kembali ke keluarga Sunarya, waktu dirinya dalam menemani istri dan anaknya memang sangat sedikit.

“Kamu tidak bisa menghadiri rapat wali murid lagi kan ?”

“Clara.”

Rudy mengeluh dengan nada ringan.

“Sudahlah, aku tahu, kerja lebih penting.”

Clara sedikit mencibir bibirnya, lalu melepaskan tangannya dan berkata, “Sudahlah, makan saja dulu, aku sudah lapar.”

Setelah itu, bibi Liu mengantar semua lauk ke dalam kamar, dia membawa setiap jenis sayur yang sudah terletak pada sebuah piring kecil, kelihatannya sangat mewah.

Rudy dan Clara makan di dalam kamarnya, jarang sekali bisa menyelesaikan makan malamnya dengan aman tenteram.

Setelah selesai makan, mereka membawa Wilson berjalan-jalan ke taman kecil terdekat, mereka jarang sekali bisa berkumpul bertiga, Wilson yang sedang ditemani oleh ayah dan ibunya, sepertinya juga bermain dengan senang.

Di atas rumput kehijauan, Rudy melepaskan sepatu kulitnya, lalu melipat lengan baju dan celana, setelah itu langsung menemani Wilson bermain sepak bola di lapangan rumput kehijauan.

Sinar matahari di sore hari sangat indah, Clara duduk di kursi panjang sampingnya, dia menyaksikan bayangan ayah dan anak yang saling berkejaran, wajahnya terpenuhi dengan senyuman bahagia.

Akan tetapi, bagaimanapun indahnya matahari di sore hari, tetap saja telah menjelang senja.

Tidak lama kemudian, hari menjadi gelap, mereka pulang ke rumah dengan rasa tidak tega.

Pada keesokan harinya, Rudy berangkat ke pasukan pada pagi buta.

Setelah beberapa hari kemudian, Clara baru bertemu dengannya, tepat pada hari ulang tahun Wilson, Rudy baru pulang ke rumah dengan tergesa-gesa.

Meskipun acara ulang tahun Wilson tidak terlalu menghebohkan, namun hanya saudara keluarga Sunarya saja sudah mencapai dua puluhan orang, seluruh ruang tamu telah terpenuhi dengan saudaranya, suasananya sangat ramai.

Clara mengenakan setelan jas kecil pada tubuh Wilson, Wilson berpenampilan bagaikan pria santun, kesannya sangat lucu.

“Aduh, masih kecil saja sudah begitu tampan, bagaimana kalau sudah dewasa nanti, pasti banyak gadis yang akan jatuh di bawah pesonanya.”

Nyonya dua Sunarya datang membawa seluruh anggota keluarganya, kado pemberiannya juga sangat berharga.

nenek Sunarya sangat senang, dia memeluk cucu kecilnya, reaksi wajahnya sangat lembut dan penuh kasih sayang, “Memang kamu yang hebat berbicara, jangan mengajari yang begini sama anak kecil.”

“Aku hanya berkata jujur saja, ayah sama ibunya begitu cantik, anaknya pasti juga akan cantik.

Seharusnya menyuruh Clara banyak melahirkan lagi, jangan mubazir gen yang sebaik ini.”

Nyonya dua Sunarya paling hebat dalam berkata manis, nenek Sunarya juga menjadi senang karena sanjungannya.

Awalnya Altria ikut duduk di samping nyonya dua Sunarya, namun dikarenakan sifatnya yang sangat aktif, sehingga tidak bisa duduk terdiam saja.

“Nenek, kak Loran di mana ya, kenapa tidak nampak ?”

“ Loran sedang melihat bunga di taman sama beberapa gadis kecil, kamu juga ikut saja, bosan juga kalau terus menemani orang tua seperti kami.”’

nenek Sunarya berkata dengan penuh kasih sayang.

Altria berlari ke taman dengan hati yang bersenang ria dan bermaksud untuk mencari Su Loran, akan tetapi, dia malah melihat Samara yang sedang berdiri di samping Su Loran.

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu