Suami Misterius - Bab 143 Tuan Sutedja Keempat Datang

"Nenek, kamu jangan paksa aku lagi. Aku tidak mau pergi ke pameran. Sungguh memalukan jika pergi ke sana. Nyonya Besar Sutedja juga tidak akan menyukaiku."

" Ester, Sekarang bukan saatnya bersikap keras kepala. Aku mendengar dari pamanmu bahwa Nyonya Besar Sutedja ingin mengambil kesempatan pameran ini untuk memilih cucu dari menantu lelaki tertua dari keluarga Sutedja. Tidak penting apakah Nyonya Besar Sutedja menyukaimu atau tidak, asalkan Tuan muda Sutedja menyukaimu sudah boleh." Tangan Nenek Santoso yang keriput menompang wajah cucunya. Wajah Ester tampak seperti ibunya, bentuk wajah bulat-bulat. Di mata Nenek Santoso ini adalah wajah mensejahterakan suami.

“Keluarga Sutedja adalah empat keluarga besar, tuan muda keluarga Sutedja terbiasa melihat wanita cantik, bagaimana mungkin dia akan menyukaiku,” kata Ester pasrah dan masih terlihat lesu.

Nenek Santoso tidak mengatakan apa-apa, langsung menekannya tepat di depan meja rias. "Hanya terjadi sedikit permasalah di pelelangan kemarin, mengapa kepercayaan dirimu hilang. Lihatlah dirimu, terlihat sangat cantik, terlahir untuk menikah ke keluarga yang kaya menjadi Nyonya. "

Ester sedikit mengerutkan bibirnya dan menatap dirinya di cermin.

Penampilan Ester cukup indah, tetapi masih ada jarak tertentu dibandingkan dengan Clara dan Elaine.

Dia secara tidak sadar menghela nafas, bukan karena dia tidak percaya diri, tetapi karena kakak sepupu dan adik sepupunya di rumah membuatnya minder.

“Apakah kakak Elaine dan adik Clara juga pergi ke pameran seni?” Tanya Ester.

“Iya.” Nenek Santoso menjawab dengan nada yang pelan. Jelas sangat tidak puas dengan hal ini.

Elaine saat ini berada dalam periode jendela kosong. Tentu saja, kesempatan yang baik untuk bertemu Tuan Sutedja memilih istri, pasti tidak akan dilewatkannya. Dua hari ini sibuk belanja di pusat perbelanjaan dan salon kecantikan.

Dan mengenai Clara, dia bersumpah bahwa dia benar-benar hanya ingin bergabung dalam keramaian saja.

Pameran seni Keluarga Sutedja relatif dikontrol secara longgar, dan tidak seperti lelang amal yang ingin masuk perlu menggunakan tiket masuk. Selama hanya berpakaian bagus, pintu akan terbuka.

Namun, tidak semua pengunjung beruntung disapa oleh keluarga Sutedja. Mereka yang identitasnya tidak mencapai level, bahkan tidak dapat berada didepan Nyonya Besar Sutedja dan Tuan Sutedja.

Rina tampaknya sangat beruntung hari ini, karena hadiah yang diberikan, dia diundang oleh Nyonya Besar Sutedja untuk berbicara dikamar di lantai dua.

Rina awalnya ingin mengambil kesempatan ini membawa Elaine menjumpai Nyonya Besar Sutedja, tetapi Nenek Santoso dan Ester seperti plester menempel padanya, dan mengikutinya tidak bisa menyingkirkannya.

Tak berdaya, Rina hanya bisa memimpin mereka untuk bertemu Nyonya Besar Sutedja, lagi pula ada Ester sebagai perbandingan, jauh lebih baik bisa menunjukkan keunggulan Elaine.

Di kamar yang diperaboti dengan indah, ada meja besar di tengahnya, dikelilingi oleh beberapa set sofa mahoni, yang memberikan perasaan sederhana dan elegan. Seperangkat teh indah diletakkan di atas meja, dan Nyonya Besar Sutedja duduk di samping, membuat teh dengan sabar.

Rina membawa Elaine, Nenek Santoso membawa Ester masuk ke dalam ruangan bersama, dan seketika begitu banyak orang memasuki ruangan itu sekaligus, bahkan aroma wangi tehnya menghilangkan, Nyonya Besar Sutedja mengerutkan dahi tanpa sadar.

Rina telah menjadi nyonya rumah dikeluarga Santoso selama bertahun-tahun, dan telah berpartisipasi dalam banyak perjamuan masyarakat kelas atas. Dan melihat Nyonya Besar Sutedja beberapa kali, sehingga dengan ramah sambil tersenyum dia berkata, "Elaine, ini adalah Nyonya Besar Sutedja, segera menyapanya"

Pada saat ini Elaine berperilaku sangat baik, sangat patuh, dengan sopan memberikan hormat kepada Nyonya Besar Sutedja.

Setelah melihat ini, Nenek Santoso mendorong Ester keluar." Nyonya Besar Sutedja, anak-anak di rumah tidak sopan, dan menyinggungmu saat lelang amal. Aku mewakilinya minta maaf kepadamu. anda berlapang dada memafaatkannya."

Ester berdiri di samping neneknya, matanya sedikit memerah. Neneknya sangat tegas sepanjang hidupnya, tetapi karenanya dihadapan orang lain merendahkan diri seperti itu.

“Sudah tua, tidak mempedulikan hal itu lagi.” Nyonya Besar Sutedja mengangkat kelopak matanya dengan malas, matanya yang tua dan ligat menatap Elaine dan Ester, nadanya sangat cuek, “Duduklah semuanya.”

Rina dan yang lainnya duduk di sofa, tetapi mereka semua sedikit berhati-hati.

“Seingat aku bahwa Keluarga Santoso seharusnya memiliki tiga gadis.” Nyonya Besar Sutedja meneguk teh dan sepertinya bertanya dengan santai.

Seperti yang kita ketahui semua, tujuan pamerannya kali ini adalah untuk menemukan menantu perempuan untuk cucunya. Dikota A gadis-gadis dari keluarga bangsawan dapat dihitung olehnya dan dia juga sekilas mengetahui mereka.

Elaine pernah menolak pernikahan, dan identitasnya adalah anak tiri, dia tidak pantas. Dan Ester, dia tidak termasuk dalam pertimbangannya. Hanya ada satu yang masuk ke dalam daftarnya yaitu Clara.

Clara adalah putri dari wakil walikota, dan merupakan cucu dari keluarga Pipin. Kekayaan yang ditinggalkan oleh keluarga Pipin hanya memiliki satu pewaris, dan maharnya mesti sangat besar. Kakek Qin memiliki reputasi yang sangat tinggi ketika masih hidup. Evi juga seorang wanita yang bermartabat dan elegan, dan putrinya pasti juga hampir sama.

"Putri pertama saya Yunita sedang sibuk syuting film, hari ini tidak datang. Lain kali jika memiliki kesempatan aku akan membawanya untuk menyapamu. Putri bungsu Clara sedang menonton pameran di lantai bawah." Jawab Rina dengan sopan.

Tentu saja, Yunita tidak akan menghadiri pameran ini untuk menghindari kesalahpahaman Nalan Qi. Dan Clara, tentu saja Rina tidak akan memberinya kesempatan ini.

Tetapi karena sekarang Nyonya Besar Sutedja menanyakan hal ini, ia juga tidak bisa berpura-pura bodoh, dan bertanya dengan ragu-ragu, "Apakah anda ingin melihat?"

“Iya.” Nyonya Besar Sutedja mengangguk.

Rina hanya bisa menelepon memanggil Clara.

Pada saat ini, Clara dan Luna sedang menonton pameran di ruang pameran dilantai pertama.

Clara hanya datang untuk bergabung dalam keramaian, dan Luna datang untuk melihat lukisan. Ketika Luna masih kecil, ia pernah belajar melukis selama beberapa tahun, sangat tertarik melukis dan kaligrafi. Dan pameran lukisan keluarga Sutedja merupakan karya lukis tangan semua orang, tentu saja dia tidak akan melewatkannya.

Clara mengikuti Luna selangkah demi selangkah, dan berkata dengan bosan, "Aku benar-benar tidak mengerti keindahan lukisan-lukisan ini, apakah kamu harus begitu serius?"

Clara melihat lukisan dengan suasana hati yang gembira, sementara Luna tetap berada didepan berhenti disetiap lukisan setidaknya selama sepuluh menit, ada beberapa bahkan setengah jam.

“Orang awam melihat keramaian, orang yang mengerti melihat arti, dan jika kukatakan kamu juga tidak mengerti.” Luna menjawabnya satu kata kemudian lanjut menatap lukisan di dinding dengan serius.

Setelah melihat lukisan di depannya, Luna kemudian lanjut ke lukisan berikutnya, "Ya Tuhan, itu adalah " Taman Bunga Persik "karya Zhang Daqian."

Meskipun terdapat banyak lukisan dan kaligrafi terkenal, sebagian besar pameran adalah karya pelukis kontemporer, karya pelukis terkenal seperti Zhang Daqian dan Qiao Baishi hanya satu atau dua saja.

"Taman Bunga Persik" ini merupakan karya diatas terbaik.

“Yiiii?” Clara mengeluarkan suara yang mencurigakan disampingnya.

“Apakah kamu juga melihat keindahan dan esensi dari lukisan ini?” Luna berkata dengan penuh semangat.

Clara menggelengkan kepalanya, "Aku pernah melihat gambar ini."

"Bagaimana mungkin, mendengar bahwa lukisan ini adalah salah satu koleksi dari Tuan Keempat Sutedja," kata Luna.

"Aku melihat karya tiruan, dan tiruannya persis sama seperti lukisan ini," kata Clara.

Luna mendengus. Tidak mengherankan bahwa karya tiruan ada di mana-mana sekarang.

Dua orang berjalan dari ruang pameran pertama, tetapi hendak berjalan ke ruang pameran kedua dihentikan oleh penjaga.

“Apa situasinya?” Luna sedikit kesal. Menundanya melihat pameran.

“Tampaknya Tuan Keempat Sutedja datang, di ruang pameran kedua.” Seseorang bergumam.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu