Suami Misterius - Bab 743 Sifat Manusia Memang Cenderung Mengasingkan Orang Terdekat

Altria terbengong sejenak, dia berlari menghampiri mereka dengan wajah yang penuh dengan emosi, lalu mengulurkan tangan dan mendorong Samara dengan kuat.

Samara mundur terhuyung karena dorongannya, dia jatuh terduduk di lantai, air matanya langsung bergenangan di dalam mata.

“ Samara.”

Su Loran menjerit kaget, dia membungkuk pinggang dan mendirikan Samara yang jatuh terduduk, lalu bertanya dengan perhatian :” Samara kamu tidak apa-apa ? Ada terluka ?”

Altria menjadi semakin emosi setelah melihat hubungan Su Loran dan Samara yang begitu dekat, dia membentak dengan galak :” Samara, kamu wanita jalang yang tidak tahu malu, siapa yang mengizinkan kamu masuk ke rumah Sunarya, keluar sekarang !”

“Altria, kamu jangan begini, aku yang mengundang Samara.”

Su Loran berkata dengan ekspresi serius.

“Kak Loran, kamu jangan mempedulikan dia, dia paling licik dan hebat membohongi orang, dia selalu menggunakan trik menangis dan berpura-pura kasihan untuk menipu orang lain.”

Altria berkata dengan emosi.

Pada saat ini, sudut mata Samara memang sedang bergenang air mata, kelihatannya juga sangat lemah lembut dan kasihan.

Su Loran hanya mengeluh dengan tidak berdaya, dia berjalan menghampiri Altria dan menarik tangannya, lalu berkata dengan nada lembut dan tidak berdaya :” Tria, kamu sudah salah paham dengan Samara.

Mengenai kejadian sebelumnya, dia sudah menjelaskan padaku, memang hanya sekedar kebetulan dan salah paham saja.

Kamu sudah lama berteman dengan Samara dia selalu memperlakukan kamu dengan setulus hati.

Kamu sekarang tidak mau berteman lagi dengan dirinya, dia sangat sedih dan sering kemabukan di bar, pernah sekali, dia hampir diganggu sama preman kecil di sana, untung saja bertemu denganku dan bisa pulang bersamaku.”

Altria mencibir bibirnya dan berbisik dengan nada ringan, “Dia paling hebat berpura-pura.

Dia anak gadis yang taat aturan dan tidak pernah menyentuh alkohol, mana mungkin kemabukan di bar ! Kak Loran, kamu jangan mempedulikan dia, dia pasti hanya berpura-pura saja.”

“Aku, aku tidak ada, Tria, kamu harus percaya padaku !”

Samara menangis dan menjelaskannya, kesannya semakin kasihan.

Namun Altria malah mencibir bibir dan tidak mempedulikan dirinya.

Su Loran melihat demikian, hanya menghela nafas dan berkata, “Tria, aku percaya sama Samara dia gadis yang baik, bukan gadis licik yang kamu katakan.”

Su Loran menarik tangan Altria, lalu berusaha menasihatinya :" Tria, kamu tahu mengapa aku selalu membeli baju dan tas kesukaanmu ?

Semua ini berkat Samara dia yang ingat dengan semua seleramu, dia juga yang membelinya dan minta tolong aku untuk memberikan padamu, dia hanya ingin membuat kamu senang.

Tria, aku dapat menilai dengan jelas, Samara memang tulus padamu.

Kalian pasti ada salah paham.”

“Benarkah ?”

Altria sudah hampir memercayainya.

“Tria, aku mana pernah membohongimu.

Jangan-jangan kamu tidak percaya juga padaku ?”

“Tetapi, bahkan nenek juga bilang kepribadian Samara tidak baik, nenek suruh aku jangan berteman lagi dengan dia.”

Altria berkata lagi.

Samara :”……” Saat ini Samara sangat yakin sekali, Altria memang orang bodoh.

Semua daya pemikiran Altria sudah terkendali oleh Su Loran.

“Tria, kamu ya, memang hanya gadis kecil yang belum dewasa.”

Su Loran tersenyum, lalu menggeleng kepala dengan tidak berdaya, “Clara juga terlibat dalam kejadian keluarga Sun, dia menantu keluarga Sunarya, nenek tentu saja akan membela dia.

Jadi, nenek hanya bisa menuduh Samara demi membela Clara.”

“Nenek, nenek kenapa malah begitu.”

Altria berbisik dengan nada mengeluh.

“Nenek adalah kepala keluarga, dalam hatinya ada pertimbangan sendiri.

Lagi pula, sifat manusia memang cenderung mengasingkan orang terdekat, dapat dimengerti juga.”

Su Loran tersenyum dan berkata dengan nada tidak berdaya.

Su Loran menarik tangan Altria dengan satu tangannya, satu tangannya lagi menarik tangan Samara, lalu menyatukan tangan mereka berdua.

Altria mengerut bibir, lalu berkata dengan nada canggung :”Karena kak Loran sudah membelamu, aku sementara ini percaya padamu.

Hari ini ulang tahun budak kecil itu, ayo main sama-sama saja.”

“Tidak, tidak perlu lagi, rumahku masih ada urusan lain, aku pulang dulu.”

Samara menunduk dan berkata.

Su Loran juga tidak menahan Samara lagi, dia malah memerintahkan pembantu untuk mengantar Samara.

nenek Sunarya telah mengatakan bahwa kepribadian Samara tidak baik, Samara telah tergolong ke dalam tamu larangan keluarga Sunarya.

Membawa Samara datang ke taman bunga sudah merupakan tindakan yang sangat berisiko, Su Loran tidak berani membawa Samara masuk ke dalam villa lagi.

Altria gampang dibodohi, namun nenek Sunarya dan orang lainnya sangat pintar.

Su Loran tidak akan mencari masalah sendiri.

Setelah mengantar Samara, Su Loran dan Altria berjalan ke arah villa, mereka kebetulan bertemu dengan Rudy yang baru pulang dari pasukan.

Tiga mobil Jeep tentara yang berwarna hijau masuk bergiliran ke dalam halaman rumah, dua mobil pada depan dan belakangnya diduduki oleh pengawal.

Setelah pintu mobil tengah terbuka, Rudy beranjak keluar dari mobil, dia mengenakan seragam tentara yang terkesan kuat dan tegap, bagaikan pohon cemara yang berdiri tegap di pertengahan salju, menawan dan memesonakan.

Ajudan yang mengikut di sampingnya sedang membicarakan sesuatu padanya dengan gaya sopan, Rudy hanya mengangguk dengan datar, reaksinya terkesan angkuh.

“Abang sepupu.”

Altria tidak berani kelancangan di hadapan Rudy, sehingga juga menyapa dengan nada sopan.

Su Loran tersenyum manis, lengkungan bibirnya menampakkan sebuah senyuman yang paling sempurna di wajahnya, suara pembicaraannya juga sangat lembut, “Abang Rendi.”

Rudy hanya mengangguk dengan reaksi datar, wajah tampannya sama sekali tidak ada ekspresi apapun.

Gerakan dirinya masih terkesan sopan, namun segala tindakannya membawa jejak menjauh.

Su Loran jarang sekali begitu diabaikan oleh seseorang, dalam hatinya tetap saja terasa kecewa.

Namun Su Loran sudah terbiasa dengan menyembunyikan semua emosionalnya, sehingga dia tidak akan memperlihatkan isi pemikirannya saat ini.

Su Loran dan Altria mengikuti di belakang Rudy, lalu masuk bersamaan ke dalam villa.

Wilson langsung melangkahi kaki kecilnya setelah mendengar suara mobil di halaman rumah.

“Papa !”

Wilson langsung berlarian ke dalam pelukan Rudy.

Sementara Rudy sama seperti ayah biasanya, dia memeluk anaknya dari lantai dengan tatapan penuh kasih sayang, lalu beranjak ke dalam villa dengan langkah stabil.

Kedatangan Rudy langsung menjadi pusat perhatian, saudara keluarga Sunarya datang mengerumuni kepala keluarga Sunarya untuk ke depannya.

Sementara Rudy memeluk Wilson dengan satu tangannya, satu tangannya lagi langsung menggandeng tangan Clara.

Tangan Clara sangat lembut dan dingin, Rudy mengerut alis secara refleks, lalu langsung memerintahkan pembantu rumah untuk menaikkan suhu AC.

Altria yang berdiri di samping langsung tertawa setelah mendengarnya :”Memang abang sepupu yang sayang sama istri, barusan kakak iparku juga bilang dingin, lalu abangku hanya suruh dia menambah baju.

Tetapi setelah abang sepupu pulang ke rumah, malah langsung suruh pembantu menaikkan suhu AC.”

Pria yang tinggal di rumah Sunarya cenderung takut kepanasan, apalagi Bahron.

Oleh sebab itu, suhu AC di rumah selalu diatur lebih rendah dua atau tiga derajat.

Wanita yang tinggal di dalam keluarga Sunarya sudah terbiasa dengan hal ini, sehingga biasanya akan mengenakan pakaian tambahan.

Akan tetapi, pada acara seperti ini dan demi mempertahankan kecantikan, jarang sekali ada wanita yang ingin mengenakan pakaian tambahan.

Sifat Altria cenderung polos, sehingga dia langsung mengatakan isi hatinya dengan terus terang, namun malahan tidak menjaga perasaan Ahmed dan Talia.

Pada sebelumnya, seharusnya nona besar keluarga Sae yang akan menikah dengan Ahmed, namun hasilnya keluarga Sae malah menyodorkan Talia yang sebagai anak haram untuk menikah dengan Ahmed, sehingga hubungan suami istri antara Ahmed dan Talia selalu tidak baik.

Kata-kata Altria malah membuktikan bahwa hubungan mereka memang tidak baik, sehingga kata-katanya ini semakin mempermalukan mereka berdua.

Ahmed hanya batuk ringan secara sekilas, lalu diam-diam melotot Altria.

Sementara Talia terus menundukkan kepala dan tidak memperlihatkan reaksi wajahnya.

Kado yang diberikan oleh Rudy kepada Wilson adalah sebuah senapan mainan, Wilson juga bersenang ria setelah mendapatkan kado tersebut.

Wilson sangat antusias untuk belajar bermain senapan dengan ayahnya, semua hadirin di tempat juga tertawa terbahak-bahak karena tingkah lucunya.

“Wilson begitu suka sama senapan, ke depannya pasti bisa mewarisi karir ayahnya, lalu mengembangkan kebanggaan keluarga Sunarya.”

Nyonya dua Sunarya melontarkan kata sanjungan yang tepat dengan keadaannya.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu