Suami Misterius - Bab 813 Buat Apa Kamu Pulang Sekarang

Hati Rudy tiba-tiba merasa sakit setelah melihat reaksinya, pada detik selanjutnya, dia langsung mengulur tangan dan memeluk Clara.

“Jangan menangis, Clara, aku sudah pulang.”

Rudy berusaha menghiburnya, namun pada detik selanjutnya, Clara malah mendorongnya dengan hilang kendali.

“Buat apa kamu pulang ?

Rudy, buat apa kamu pulang sekarang.”

“Clara….” Rudy menatapnya dengan tatapan bersalah dan tidak berdaya, namun dia masih belum selesai berbicara, Clara sudah terlanjur memotongnya.

“Sudah cukup ! Rudy, aku tidak ingin mendengar kata ‘maaf’ dari mulutmu lagi, ‘maaf’ tidak ada gunanya ! Saat ayahku meninggal dunia, kamu tidak ada di sisiku, saat pamanku terjadi masalah, kamu juga tidak ada di sisiku, aku sakit dan terluka, kamu tidak ada di sisiku juga, bahkan saat Wilson sudah masuk unit perawatan intensif dan hampir mati, aku juga tidak tahu keberadaanmu… Rudy, apa gunanya aku mempunyai suami seperti kamu !”

Clara hampir saja menjerit pada akhir pembicaraannya.

Setelah selesai menjerit, dia baru menyadari bahwa ternyata dirinya telah menghabiskan seluruh tenaganya.

Dia jatuh terduduk di atas kasur, rambutnya yang basah masih terurai kacau, dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, lalu terus menangis dengan gemetar.

Rudy setengah melutut di hadapannya dan terus mengerut alis, bola matanya sedang menekan emosional yang dalam.

Dia tidak berbicara apapun, orang yang pintar seperti Rudy juga menyadarinya, pada saat ini, Clara tidak akan mendengar penjelasannya lagi.

Rudy diam-diam menatap Clara yang sedang menangis, setelah Clara merasa kelelahan menangis, dia mengulur tangan dan memeluk dirinya.

Namun Clara malah memberontak dengan hilang kendali, satu tangannya terus menangkap pada lengan Rudy, air matanya terus berjatuhan pada punggung telapak tangan Rudy, air yang hangat dan membakar.

“Rudy, aku benaran capek sekali.

Keluarga Sunarya seolah-olah ada permasalahan yang tidak habis diselesaikan, aku harus waspada di kapan saja agar tidak dimanfaatkan atau diperhitungkan orang lain.

Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, seluruh tenagaku sudah habis terpakai.

Ada lagi, setiap kalinya kamu bertugas di luar, aku bahkan tidak berani bertanya apapun, aku hanya merasa ketakutan dan tidak akan pernah lega, aku khawatir kalau kamu akan terluka, khawatir kalau kamu akan terjadi sesuatu.

Kehidupan seperti ini, aku sudah cukup merasakannya.”

“Clara.”

Rudy mengulur tangan dan menopang wajah Clara, lalu mencium air mata di wajahnya dengan sakit hati.

Pada kali ini, Clara tidak memberontak.

Dia sedikit mengangkat kepala, lalu menatapnya dengan air mata yang bergenang.

Emosionalnya sudah lumayan terkendali, hanya saja seluruh tubuhnya menebarkan rasa kesedihan yang mendalam, dan juga rasa yang sangat menyedihkan.

“Rudy, aku tahu, kamu ada ambisi dan cita-cita.

Akan tetapi, aku hanya menginginkan hidup yang tenang.

Aku ingin mencintai seseorang dan dicintai,

Aku dapat membagikan rasa kesenanganku ketika merasa senang, saat merasa sedih, aku bisa menyandar di dalam pelukannya dan menangis dengan sepuas hati.

Aku tidak menginginkan ketua tentara, aku hanya menginginkan penganggur milikku.. Rudy, kamu sudah bukan penganggur yang aku cintai pada sebelumnya lagi….” Clara berkata dengan suara serak, lalu menggeleng kepalanya dengan rasa sakit hati.

“Sejak awalnya hingga saat ini, kamu memang bukan penganggur milikku, aku yang salah, aku yang salah jatuh cinta…kamu tahu tidak, mengapa aku tidak pernah menyebutmu dengan nama Rendi ?

Karena aku sama sekali tidak kenal dengan Rendi, aku tidak tahu siapa dirinya.”

Mungkin saja sejak awalnya, hubungan perasaan ini hanya sekedar mimpi indahnya saja.

Seandainya memang mimpi, maka ada saatnya sadar terbangun.

Mungkin saja, saat inilah dirinya harus bangun dari mimpi tersebut.

Rudy mengerut alis dan terus menatapnya, sepertinya dia telah menyadari dengan apa yang akan dikatakan oleh Clara.

Akan tetapi, dia tidak ingin mendengarnya, sama sekali tidak ingin mendengarnya.

Rudy memeluknya dengan erat, seolah-olah ingin merasuki seluruh daging dan darahnya, agar selamanya tidak pernah berpisah lagi.

Clara merasa nafasnya menjadi susah, seolah-olah akan mati menyesakkan di kapan saja.

Clara menggunakan seluruh tenaganya untuk bernafas, lalu berusaha mengumpulkan semua keberaniannya, akhirnya baru berkata dengan penuh kesengsaraan :”Rudy, aku tidak ingin melanjutkan kesalahan ini lagi…. Kita, cerai saja.”

Setelah Clara selesai berbicara, Rudy tidak menjawab apapun.

Suasana di dalam kamar mengalami kesunyian sementara, seolah-olah seluruh udaranya akan membeku seketika.

Setelah keheningan sejenak, Rudy baru berbicara dengan nada ringan, suaranya tetap saja rendah dan datar, “Clara, hari ini kamu tidak tenang, setelah kamu bisa menenangkan diri, kita baru bahas lagi.”

Setelah selesai berbicara, Rudy membalikkan badan dengan kesan buru-buru, dia sangat berusaha untuk mempertahankan ketenangannya, sementara tangan yang berada di sisi tubuhnya telah mengepal dengan erat, seluruh lengannya tidak bisa bertahan untuk gemetaran.

“Kamu cepat istirahat, aku mandi dulu.”

Setelah selesai berbicara, Rudy langsung melangkah cepat ke dalam kamar mandi.

“Setelah Wilson keluar dari rumah sakit, aku akan pindah dari tempat ini.”

Clara berkata lagi, namun yang menjawab dirinya hanya suara pintu kamar mandi yang telah tertutup.

Pada saat Rudy keluar dari kamar mandi, Clara sudah berbaring di atas kasur.

Clara meringkuk badannya dan berbaring di satu sisi kasur, sama sekali tidak bergerak.

Rudy membuka selimutnya dan juga berbaring di satu sisi kasur, sama seperti biasanya, dia mengulur tangan dan memeluk Clara ke dalam pelukannya.

Clara tidak memberontak, dia membiarkan Rudy memeluk dirinya, namun tubuhnya menjadi sangat kaku.

Ini pertama kalinya, Clara telah berbaring di dalam pelukan yang hangat, namun tetap saja tidak bisa ketiduran hingga pagi hari.

Setelah pagi hari, Clara turun dari kasur, kepalanya terasa sedikit pening.

Dia juga telah lupa, sudah seberapa lamanya dia tidak pernah tidur yang baik.

Clara menahan tubuhnya untuk turun dari kasur dan mandi, setelah selesai mengganti baju, dia siap-siap untuk keluar rumah.

Pada saat dia menginjak tangga kayu untuk turun dari lantai atas, dia melihat Rudy yang sedang duduk di sofa ruang tamu, Rudy duduk dengan tegap, namun hanya sekedar duduk, tidak tahu apa yang sedang direnungkan dirinya.

Rudy mengangkat mata setelah mendengar langkah kaki, tatapannya sangat dalam.

“Sudah bangun ya, makanlah.

Selesai makan baru ke rumah sakit, barusan ibu ada telepon, katanya Wilson sudah bangun, kondisinya lebih baik dari semalam.”’

Rudy berkata dengan nada lembut.

Clara turun dari tangga, lalu menjawab dengan suara serak, “Aku tidak lapar.”

Pada saat Clara baru melangkahi kakinya, dia langsung berhenti setelah mendengar suara di belakang tubuhnya.

Clara mendengar Rudy berkata lagi :”Makan dulu.

Clara, aku tidak suka mengucapkan kata-kata yang sama untuk ketiga kalinya.”

Nada bicaranya tetap saja lembut dan datar, namun membawa kesan keras yang tidak menerima penolakan.

Clara terbengong dan menatapnya, setelah terbengong sejenak, dia menarik senyuman sindir.

Inilah tuan muda Sunarya yang sebenarnya, sikapnya sangat keras, aura sejak kelahirannya sangat angkuh.

Clara tidak membantah maupun berdebat, seolah-olah perdebatan telah tidak berarti apapun lagi antara mereka.

Dia berjalan ke dalam dapur, dia atas meja makan telah tertata berbagai lauk.

Clara duduk di kursi panjang samping meja makan, bibi Liu menuangkan bubur hangat kepadanya.

Clara meminum sekilas, lalu meletakkan sendok garpunya.

Clara berjalan keluar ruang tamu, Rudy telah berpakaian rapi dan mengenakan jaket.

“Ayo.”

Nada bicara Rudy sangat datar, setelah melirik sekilas ke arah, dia berbalik badan dan berjalan ke arah pintu.

Clara mengganti sepatunya di gerbang pintu, lalu terus mengikuti di belakang Rudy.

Tidak ada supir yang duduk di depan mobil, Rudy sendiri yang membawa mobilnya.

Pada perjalanan dari villa keluarga Sunarya hingga rumah sakit, tidak ada yang berbicara sama sekali.

Rudy fokus berkendara mobil, seolah-olah hanya dirinya saja yang berada di dalam mobil tersebut.

Clara duduk di tempat samping pengemudi dan sedikit memiringkan kepalanya, dia terus menatap pemandangan di luar jendela mobil dengan tatapan bengong, otak pemikirannya juga sedang kosong.

Mobil berhenti di depan pintu rumah sakit, Clara mendorong pintu dan turun dari mobil, lalu menginjak sepatu tumit untuk naik tangga.

Rudy mesti memarkir mobilnya di tempat parkir terdekat, oleh sebab itu, mereka tidak masuk bersamaan ke rumah sakit.

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu