Suami Misterius - Bab 197 Akan Lebih Lembut Sedikit

“Rudy, Aku sudah turun pesawat, kamu dimana?”

Rudy baru ingat, dia sudah berjanji kepada Clara untuk menjemputnya. Hanya saja, dia tidak bisa pergi dengan kondisinya sekarang.

“Clara, aku sekarang sedikit tidak enak badan. Apa kamu bisa pulang sendiri?”

“Rudy, sebelum aku naik pesawat tadi kamu baik-baik saja, kenapa tiba-tiba setelah dua jam kamu tidak enak badan? Kamu ini mempermainkanku ya.” jawab Clara tidak senang.

Clara padahal sudah tidak sabar kembali untuk menemuinya, tapi ucapan ‘tidak enak badan’ langsung membuat kesal Clara. Clara jadi marah.

“Clara, patuhlah ya. Besok baru aku akan menemuimu lagi.” kata Rudy dengan suara serak dan beratnya.

Setelah menutup telepon, Rudy berbaring di sofa. Selama dia menutup matanya, yang ada di dalam pikirannya hanya bayangan Clara saja. Setelah baru saja mendengar suara Clara, ada gejolak dalam dirinya yang tidak bisa ditahan lagi olehnya. Yang ada di pikiran Rudy saat ini adalah adegan pertama kali mereka. Adegan dimana Clara ditindih di bawah tubuhnya, begitu harum dan lembut, tak hentinya menangis terisak dan menjerit seperti kucing kecil.

Sia-sia saja Rudy tadi mandi air dingin, karena api dalam dirinya berkobar sekali lagi.

Rudy pun kembali masuk ke dalam bathtub, memasukkan lagi dirinya ke dalam bathtub yang penuh dengan air dingin.

Akhirnya Rudy keluar dari bathtub, dan merasa pikirannya kembali sangat jernih.

Dia kembali ke ruang tamu untuk menonton TV, dia berniat menyaksikan berita malam sebentar untuk mengalihkan perhatiannya sementara waktu.

Baru saja Rudy duduk di sofa, terdengar suara bel dari pintu utama. Kemudian, pintu pun didorong oleh seseorang dari luar, Clara menggeret kopernya dan masuk ke dalam rumah.

“Kenapa kamu kembali ke sini?” Rudy mengerutkan keningnya memandang Clara.

Clara menaruh kopernya di samping, lalu seperti biasa melepas jaketnya, melemparkan sepatunya dan kemudian masuk tanpa alas kaki ke dalam.

Setelah melepaskan jaketnya, tampak Clara yang mengenakan dress pendek dengan potongan rendah di bagian dadanya. Dress itu tidak sepenuhnya menutpi kaki, sehingga memperlihatkan kaki ramping indah yang panjang.

“Kembali untuk melihat kamu sudah mati atau belum!” kata Clara marah dengan memanyunkan bibirnya.

Clara awalnya berencana untuk tidak memedulikan Rudy, tapi juga khawatir kalau saja Rudy benar-benar tidak enak badan, jadi dia pun tidak bisa menahan diri kembali untuk menengoknya.

“Bukannya tidak enak badan? Kenapa masih nonton TV.” Clara berjalan ke depan Rudy, mengulurkan tangannya dan menyentuh kening Rudy dengan telapak tangan yang hangat dan lembutnya.

“Kenapa bisa sedingin ini?” kata Clara khawatir, alis cantik Clara mengkerut.

Kemudian, baru saja kata-kata Clara terucap dan belum sempat menarik tangannya, tiba-tiba Rudy sudah menarik Clara dengan sekuat tenaga hingga masuk ke dalam pelukannya.

Kedua tubuh mereka menempel begitu dekat. Rudy hampir mencium dengan serakahnya kelembutan dan wangi manis wanita yang hanya ada pada tubuh Clara. Tenggorokan Rudy menegang, bahkan dia sampai bisa mendengar degup jantung di dadanya yang melompat-lompat tidak karuan, berteriak dengan gilanya di dalam diri menginginkan Clara.

Hasrat dalam tubuhnya yang baru saja ditahan dan ditekan dengan air dingin serta logikanya pun kembali keluar dan membara lagi, berubah menjadi semakin tak terkendali. Tatapan mata Rudy yang menggelap dan begitu dalam pun menatap tajam ke bibir cemberut Clara, dia merasa bibir Clara begitu indah dan lembut bagaikan bunga yang mekar.

“Rudy sebenarnya kamu kenapa? Apa perlu pergi ke rumah sakit..” Clara memandangi Rudy dengan sangat cemas. Belum sempat dia menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba pria di depannya menciumnya dan mendorongnya ke sofa.

Ciuman Rudy begitu mendesak dan liar tidak seperti sebelum-sebelumnya, sehingga membuat napas Clara terengah-engah.

Clara yang tidak senang mencoba memberontak, tangan dan kakinya tak henti-hentinya bergerak mencoba melepaskan diri dari pelukan Rudy.

Sedangkan pria yang menindih tubuhnya sekarang seolah tidak ada niatan untuk melepaskannya, malah dia berubah lebih ganas lagi dan membuka baju di tubuh Clara.

“Rudy, kamu kenapa? Kenapa kamu jadi menggila begini!” teriak Clara.

“Clara, aku menginginkanmu.” Suara berat, rendah dan serak Rudy terdengar. Tubuhnya begitu panas dan tatapan matanya yang sedang melihat Clara menggelap begitu dalam.

“Tidak mau!” Clara menolak tanpa berpikir panjang.

“Kenapa tidak mau.” Lengan kuat Clara memegangi pundak Clara seperti mau melahapnya.

“Perkem, perkembangan kita ini apa tidak terlalu cepat, aku masih belum siap.” Kedua tangan Clara sudah diletakkan di depan dada Rudy meremas kemeja Rudy untuk menghentikan Rudy.

“Tidak perlu menyiapkan diri, ayo yang patuhlah, pejamkan matamu.” Telapak tangan besar Rudy menutup mata indah dan bersinar Clara.

Tubuh Clara gemetar tidak terkendali, sudut matanya basah, lalu suara yang begitu pelan dan lemah terdengar bergetar, “Rudy, aku takut.”

Pertama kalinya mereka melakukan ini, Rudy sama sekali tidak memberikan kesan baik untuk Clara, sehingga ada trauma dan bayangan tidak kecil dalam benak Clara.

Rudy mencium air mata di mata Clara dengan penuh kasih sayang, lalu bergumam dengan suara serak dan tertekan, “Jangan takut, Clara, aku akan lebih lembut.”

Clara mengerti, kali ini dia tidak akan bisa melarikan diri. Dia tidak lagi melakukan perlawanan yang tidak berarti, dia perlahan membuka tubuhnya.

Rudy seolah menerima undangan dari Clara, lengan yang dilingkarkan di pinggang Clara pun perlahan mengerat dan tidak berniat melonggarkannya sedikitpun.

Ketika Clara dilahap dan disiksa habis sampai sedikit pusing, yang ada dalam pikiranya yaitu, tadi bilang akna lebih lembutkan? Sudah tahu dari awal ucapan pria tidak bisa dipercaya!

Belitan yang mendalam dan tak terlupakan terus tak berhenti, sampai akhirnya **yang gila berhenti, Clara sudah sangat lelah pusing dan akhirnya tertidur.

Rudy menggendongnya dan memasukkan dia ke dalam bathtub untuk dimandikan, lalu Clara tersadar sebentar.Tapi alhasil Rudy malah sekali lagi membelit dan menyiksanya lagi di dalam bathtub.

Clara sampai curiga, jangan-jangan cara membelit pria ini cepat atau lambat malah akan membuatnya mati terbelit olehnya.

....

Ketika membuka mata lagi, sudah besok paginya.

Jendela-jendelanya ditutupi tirai tebal, dan cahaya di ruangan itu begitu redup.

Clara berbaring di atas ranjang, menatap langit-langit di atas kepalanya dengan pikiran yang kosong. Apa yang terjadi semalam seperti mimpi indah, seolah tidak begitu nyata bahkan absurd.

Clara menggerakkan tubuhnya, tapi dia malah merasakan sakit yang menggila bagaikan dilindas roda mobil, bahkan tenaga untuk bangun saja tidak ada.

“Sudah bangun?” dari telinganya terdengar suara rendah, serak dan menggoda pria itu, yang sama merdunya dengan bass cello.

Clara tanpa sadar langsung menoleh ke arah suara itu, terlihat sisi wajah besar dari seorang pria yang masuk ke dalam penglihatannya. Mungkin karena dia baru bangun di pagi hari, penampilannya tampak agak malas.

Setelah melihatnya sebentar, Clara membalikkan tubuhnya. Dia tidak ingin melihatnya dulu sekarang.

Tangan Rudy menyentuh pundak Clara, berkata dengan suara yang lembut, “Ayo yang patuh, bangun dulu makan baru nanti tidur lagi.”

Kemarin malam sudah disiksa sampai langit kembali cerah, Clara jelas sangat capek saat ini. Jika dia tidur lagi tanpa makan, maka dia bisa-bisa lebih tidak enak badan lagi.

Clara berpura-pura seolah tidak mendengar apa-apa, dia masih saja berbaring tak bergerak.

Rudy merapatkan bibirnya tak berdaya, dia malah begitu sabarnya mengulurkan lengan dan melingkarkannya ke pinggang Clara. Setelah itu menggendongnya dari ranjang.

Clara bersandar di dekapan Rudy, dan tidak melawan sama sekali. Bukan karena tidak ingin, tapi karena dia saat ini sama sekali tidak punya tenaga untuk melawan.

“Rudy, apa kamu tidak merasa harusnya kamu menjelaskan sesuatu dulu ya?” tanya Clara dengan ekspresi wajah yang begitu dingin.

Bibir tipis Rudy merapat, keningnya berkerut dan tersenyum samar, “Menjelaskan apa? Menjelaskan kenapa aku memaksa menidurimu? Atau menjelaskan kenapa aku menyiksamu begitu lama?”

Clara sedikit kesal dan menggertakkan giginya dan mengigit bibir merah muda itu. Wajahnya memerah tapi pucat.

Rudy khawatir Clara bisa-bisa melukai bibirnya sendiri, jari panjangnya pun diletakkan di bibir Clara menahan digigit olehnya.

“Jika pertanyaan pertama. Sebenarnya, aku dari awal sudah ingin melakukannya. Kalau pertanyaan kedua, ada orang yang meletakkan obat perangsang nafsu di tehku, reaksi obat itu begitu kuat. Apalagi pasanganku kemarin adalah kamu, jadi aku sudah tidak bisa menahannya lagi.

Novel Terkait

Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu