Suami Misterius - Bab 812 Mungkin Saja, Dia Telah Salah Pada Sejak Awalnya

Setelah selesai melakukan pencatatan terdakwa, Clara dibawa ke dalam sebuah ruangan yang kosong, selagi kejadian ini belum mendapatkan hasilnya, Clara harus terkurung untuk sementara apabila berdasarkan prosedur.

Suara pintu besi sedikit menyaringkan, setelah melewati suara nyaring tersebut, keadaannya menjadi hening dalam seketika.

Di dalam ruangan tersebut sangat sunyi, kesunyian yang menyesakkan nafas.

Clara duduk termenung di atas sebuah papan kasur yang dingin, hatinya mulai terasa hening, namun pemikirannya sangat kacau.

Pernikahan harus menyesuaikan latar belakang keluarga, didikan orang zaman dulu ternyata juga masuk akal.

Mungkin saja dia telah salah pada sejak awalnya.

Seharusnya dia tidak kembali ke keluarga Sunarya bersama Rudy, mungkin saja, seharusnya dia tidak boleh menikah dengan seorang lelaki yang begitu berkedudukan, bahkan seharusnya dia tidak boleh melahirkan Wilson.

Clara merasa kelopak matanya sangat berat, dia memejamkan matanya dan membiarkan air matanya terus mengalir.

Sebelum masuk ke dalam ruangan ini, ponselnya sudah disita oleh petugas.

Oleh sebab itu, saat ini dia sama sekali tidak mengenal waktu,

Di dalam ruang penahanan kantor polisi, waktu seolah-olah juga berhenti dalam seketika.

Setelah pintu besi tersebut terbuka kembali dan seorang petugas wanita yang masuk dengan menuang makanannya, Clara baru menyadari bahwa ternyata telah waktunya makan malam.

Hidangan makan malam lumayan lezat, empat porsi lauk ditambah dengan satu porsi sup, ada daging dan juga ada sayur.

Akan tetapi Clara sama sekali tidak berselera, sehingga makanan tersebut dibawa keluar dalam keadaan utuh.

Clara berbaring di atas papan yang keras, lalu menatap plafon dan juga jendela yang berada di plafon.

Jendelanya sangat kecil, di luar jendela adalah langit yang biru, kadang kalanya ada awan yang melayang melalui dirinya.

Clara membuka matanya yang sedang termenung, lalu menatap langit di luar jendela yang berubah dari biru menjadi gelap, pada saat menjelang malam hari, terdengar suara langkah kaki mendesakkan yang berasal dari koridor luar pintu, suara langkah yang sangat tidak asing.

Setelah itu, pintu besi terbuka kembali, ketika Rudy muncul di hadapannya, Clara bahkan merasa dirinya sedang berada di dalam mimpi.

Clara hanya menatap Rudy dengan reaksi termenung, sementara Rudy juga menatap dirinya dengan tatapan yang sangat dalam.

Rudy tidak berkata apapun, dia hanya berjalan menghampiri Clara dan langsung memeluknya.

Clara membiarkan dirinya dipeluk oleh Rudy, seharusnya pelukan ini akan membawa rasa kehangatan kepada dirinya, namun tidak tahu apa yang terjadi, dia malah tidak dapat merasakan kehangatan apapun lagi di dalam pelukan tersebut.

Setelah itu, ajudan Jiang berjalan masuk, sepertinya tidak kepikiran bahwa akan menyaksikan adegan berpelukan seperti ini, sehingga dia merasa canggung dan mundur kembali ke luar pintu, setelah itu dia berkata dengan nada sopan :”Ketua, prosedur jaminan pembebasan telah selesai dilaksanakan, nyonya sudah boleh pulang.”

“Baik.”

Rudy menjawabnya, lalu dia melepaskan pelukannya dan menggandeng tangan Clara, mereka keluar dari kantor polisi dengan bergandengan tangan.

Clara yang telah mati rasa membiarkan Rudy menggandeng dirinya, setelah itu mereka masuk ke dalam mobil Jeep berwarna hijau.

Mobilnya terus berkendara dan akhirnya tiba di rumah sakit penginapan Wilson.

Pada saat kedua pintu lift terbuka dengan otomatis, Clara berlarian kecil ke depan pintu unit perawatan intensif, akan tetapi, kasur di dalam ruangan tersebut malahan telah kosong, sama sekali tidak ada bayangan Wilson lagi.

Clara menjadi panik dalam seketika, dia menarik lengan baju Rudy dan menjerit dengan hilang kendali :”Wilson di mana ? Wilson di mana ?”

“Clara, kamu tenang dulu.

Wilson tidak apa-apa.

Dua jam yang lalu, Wilson sudah sadar, sekarang sudah pindah ke kamar pasien biasa.”

Rudy menggenggam tangannya dan berkata.

“Di mana ?

Kamar yang mana ?”

Clara terus bertanya dengan hilang kesabaran.

Rudy menggandeng tangannya dan terus berjalan ke arah ujung koridor.

Ada sebuah kamar VIP di ujung koridor.

Kamar tersebut terbentuk dari dua ruangan kecil, di luar adalah area istirahat, di dalamnya adalah area kamar pasien.

Pada saat ini, Wilson sedang berbaring di atas kasur yang putih, lengannya masih tertusuk jarum infus, namun sungkup oksigen di wajahnya telah dilepaskan, nafasnya juga sangat stabil, wajahnya juga mulai merona kembali.

Meskipun kaki dan tangannya masih bengkak, namun keadaannya jauh lebih baik dibandingkan pagi tadi.

Senior Xu sedang berdiri di samping kasur pasien, dia menjelaskan sekilas mengenai kondisi anak tersebut.

“Sebagian besarnya gumpalan darah telah mulai meresap, kelihatannya program perawatan tersebut tetap saja membawakan hasil.

Anak masih kecil, mungkin proses penyembuhannya akan lebih lambat dibandingkan orang dewasa, akan tetapi kalian tidak perlu khawatir, keadaannya masih tergolong stabil.”

Akhirnya Clara dapat merasa lega setelah mendengarnya.

Dia berjongkok di samping kasur pasien dan menarik lengan Wilson, setelah merasakan kehangatan pada tangannya yang lembut, hati Clara juga menjadi lembut dalam seketika.

“Setelah Wilson sadar dan tidak melihatmu, dia juga menanya keberadaan ibunya.

Dia barusan ketiduran, jangan membangunkan dia lagi.”

Ardian berkata padanya, setelah itu dia mengingatkan Rudy lagi, “Beberapa hari ini Clara sudah kekurangan tidur, kamu membawa dia istirahat saja di rumah untuk malam ini.

Kamu juga pulang dengan mendadak, matamu sudah merah, kalian besok saja baru datang lagi, seharusnya besok Wilson telah sadar.”

Tubuh Clara memang terlalu kelelahan, bahkan tatapannya sudah hampir bengong.

Akhirnya dia tetap pulang ke rumah Sunarya bersama Rudy.

Pintu kamarnya tertutup dengan perlahan-lahan, Rudy menarik dasinya yang berwarna hijau, lalu berkata dengan lembut "Aku isi air, kamu mandi dulu baru istirahat."

Clara menunduk kepala dan berdiri di tempat, tidak menjawab apapun.

Rudy melepaskan jaketnya dan masuk ke kamar mandi.

Clara duduk di atas sofa, lalu mengeluarkan ponselnya dan bermain sembarangan.

Berita mengenai tindak kekerasan dirinya telah musnah di internet, hilang dengan tanpa jejak apapun.

Begitulah wewenang keluarga Sunarya, wewenang yang keras dan kuat.

Clara melempar ponselnya ke samping, lalu mengangkat kepala dan melihat Rudy yang telah keluar dari kamar mandi.

Rudy bejalan ke hadapan Clara, lalu berjongkok dan menatapnya.

Kedua tatapan saling bertemu, Clara melihat mata Rudy yang penuh dengan kelelahan dan urat darah kemerahan.

“Air sudah penuh, mandilah.”

Rudy berkata dengan nada lembut.

Clara tidak berkata apapun, dia berdiri dengan tampang bengong dan berjalan ke dalam kamar mandi.

Setelah melepaskan baju, dia merendamkan seluruh tubuhnya ke dalam bak mandi, permukaan airnya mengapung lapisan gelembung.

Clara terus merendam di dalam air, akhirnya dia mengeluarkan kepalanya ketika hampir sesak nafas.

Rambut yang basah menempel pada wajahnya, Clara mengulur tangan dan menghapus rambut yang kekacauan, lalu menutupi wajah sendiri dan menangis tersedu-sedu.

Clara tidak tahu seberapa lamanya dia menangis, akhirnya ada yang mengetuk pintu kamar mandi.

“Clara, baju gantinya sudah gantung di luar pintu.”

Suara Rudy muncul di luar kamar mandi.

Clara menghapus air mata di wajahnya dengan panik, lalu mengganti bajunya dan keluar dari kamar mandi.

Rudy sedang bertelepon di luar jendela, wajahnya yang tampan terkesan dingin, dan juga membawa jejak emosi.

“Masalah seperti ini masih perlu bertanya lagi ?

Kalau kamu tidak tahu bagaimana mengurusnya, langsung mundur saja…” Setelah melihat bayangan tubuh Clara yang terpapar di kaca jendela, Rudy langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Setelah berbalik badan, wajah Rudy tidak ada jejak amarah barusan, malahan memperlihatkan wajah yang tampan dan lembut.

Dia melangkahi kakinya dan berjalan ke sisi Clara, dengan biasanya menggandeng tangan Clara dan duduk di atas kasur.

“Dengar dari ibu, katanya kamu berantem dengan ayah ya ?”

Selain Clara, mungkin saja tidak ada orang yang berani menentang Bahron lagi, ayahnya yang telah terbiasa dengan sikap berkuasa, seharusnya akan sangat emosi karena hal tersebut.

“Ayah juga demi kebaikan Wilson, bagaimanapun Wilson juga cucu kandungnya, dia tidak mungkin mencelakai Wilson.

Kenyataan juga membuktikan, pilihan ayah memang benar.”

Rudy menasihatinya dengan penuh kesabaran.

Clara terus mengerut bibirnya yang pucat, dia tidak berbicara apapun, namun air matanya mulai bergenang di dalam mata.

Hati Rudy tiba-tiba merasa sakit setelah melihat reaksinya, pada detik selanjutnya, dia langsung mengulur tangan dan memeluk Clara.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu