Suami Misterius - Bab 428 Wanita Sok Lemah Yang Buat Pusing

Satu tangan Rudy menggendong anaknya dan satu tangannya yang lain menggandeng Clara lalu mereka pun berjalan masuk ke dalam vila.

Amy mengikuti mereka dari belakang. Tampak kekecewaan yang terlihat di matanya.

Segala perhatian dan upaya sengaja Amy menyenangkan Wilson, semuanya itu dilakukan demi mendapat perhatian Rudy. Tapi jelas sekali kalau dia tidak mencapai hasil yang diinginkannya.

Sekeluarga itu yang terdiri dari tiga orang pun masuk ke dalam vila.

Kebetulan sekali, Ardian sedang berjalan turun ke lantai bawah. Dia melihat Wilson yang ada di pelukan Rudy tapi tidak melihat Sus Rani di sana. Dia pun akhirnya bertanya, “Dimana Sus Rani?”

“Kakak sepupu bilang kalau pembantu di dapur tidak sengaja mengiris tangannya jadi Sus Rani dipanggil untuk membantu di dapur.” Jawab Amy.

Mendengar ini, Ardian mengerutkan keningnya. Bisa-bisanya mengambil kesempatan ketika dia menjawab telepon lalu memisahkan Sus Rani dari Wilson. Nalan Vi ini mau merencanakan apa agi hah!

“Cepat kamu pergi ke dapur dan panggil Sus Rani ke sini. Di dapur tidak hanya ada satu orang pembantu. Keluarga Sutedja mempekerjakan Sus Rani sebagai pengasuh anak bukan untuk membantu memasak. Pembantu dan pengasuh itu punya gaji yang berbeda.”

Kata Ardian tanpa rasa tidak enak sedikitpun.

Amy merasa kalau ucapan Ardian ini sedang ditujukan padanya. Wajah Amy pun memerah, dia berbalik dan pergi ke dapur.

Setelah Amy pergi, Ardian memanggil Rudy naik ke atas.

Clara mengambil remot di meja lalu menemani Wilson nonton kartun.

Kartun《Peppa Pig》baru saja menyiarkan episode pertamanya. Amy kembali dan membawa nampan yang di atasnya terdapat empat cangkir teh hijau.

“Dimana kakak Ardian dan Kakak Rudy?” tanya Amy.

“Kakak Ardian dan Rudy pergi ke ruang kerja.” Jawab Clara asal-asalan sambil menggendong Wilson dan duduk di sofa.

“Ini Tehnya, kalau sudah dingin nanti rasanya hilang.” Kata Amy dengan wajah kasihan. Lalu, dia pun mengambilkan satu cangkir dan memberikannya ke Clara.

“Kakak coba bagaimana rasanya?”

Clara tidak terlalu tertarik dengan teh. Jika disuruh memilih, dia lebih memilih kopi.

Hanya saja, Amy sudah menghidangkan teh itu ke depannya. Jika tidak mengambilnya itu tidak terlalu sopan jadinya.

Akhirnya Clara pun mengulurkan tangan dan mau mengambilnya. Hanya saja, belum sempat dia menyentuh cangkir itu, Amy tiba-tiba melonggarkan tangannya dari cangkir itu.

Cangkir teh itu pun jatuh. Jika cangkir itu jatuh ke tanah jelas air panas itu akan terciprat dan mengenai tubuh Wilson.

Clara terkejut, dia langsung menarik Wilson ke pelukannya lalu melindunginya dengan tubuhnya sendiri.

Kemudian, Amy tiba-tiba menjerit. Dia mengeluarkan tangannya menangkap cangkir yang jatuh. Air panas di cangkir teh itu pun mengenai punggung tangan Amy dan menyisakan luka bakar yang cukup besar di tangannya.

Tangan Amy yang terkena air panas pun terus gemetaran. Dia malah berjongkok dulu lalu bertanya ke Wilson apakah dia tersiram atau tidak.

“Untung saja Wilson tidak tersiram. Kalau tidak, bibi pasti akan sangat khawatir.” Amy mengulurkan tangan dan mau menyentuh rambut Wilson tapi Clara langsung menghalanginya.

Tatapan mata Clara langsung menatap tajam dan dingin ke wajah Amy yang tampak kasian dan ingin menangis itu, tampak sekali kewaspadaan di mata Clara.

Dengan sengaja menumpahkan air di teh itu dan sekarang berakting dengan wajah sangat kasian karena terkena luka bakar. Clara tidak bisa menebak jelas apa yang diinginkan atau dipikirkan Amy tapi Clara sangat yakin kalau itu bukanlah hal yang baik.

“Wilson tidak apa-apa. Adik sepupu kalau membawa teh kedepannya hati-hati ya.” selesai bicara, Clara menggendong Wilson dan berniat pergi dari sana.

Yang paling dipusingi oleh Clara adalah berhadapan dengan wanita yang sok lemah seperti itu, yang menggunakan air mata sebagai senjatanya. Kemampuan membunuh yang sangat hebat dan membuat orang tak berdaya.

Clara merasa jika tidak bisa dihadapi maka lebih baik dihindari. Bagaimana pun juga keluarganya sendiri tidak sering datang ke rumah Keluarga Sutedja jadi juga tidak akan banyak bertemu atau bergaul dengan Amy.

Hanya saja, ketika Clara baru berdiri dengan menggendong Wilson. Terdengar jeritan yang masuk ke dalam telinganya.

“ Amy !” Nalan Vi membawa dua pembantunya berjalan keluar dari dapur lalu menghampiri mereka dengan cepat.

Begitu Nalan Vi meraih tangan Amy lalu menatap lengan baju itu dengan hati-hati dan penuh kekhawatiran. Dia menyadari lengan Amy semuanya sudah memerah karena terkena air panas. Dia pun meneteskan air mata karena sedih melihatnya.

“Kamu ini bagaimana bisa sebodoh ini sih. Tidak memedulikan tubuhmu sendiri hanya untuk melindungi orang lain dari terkena air teh panas. Kamu ini gadis yang belum menikah, kalau nanti lukanya meninggalkan bekas bagaimana.”

Selesai bicara, Nalan Vi memerintahkan pembantu untuk mengambilkan obat. Di dalam rumah pun langsung jadi kacau.

Di ruang tengah lantai satu ribut seperti ini, Ardian dan Rudy pun turun setelah mendengar semua suara ini.

Rudy melihat Clara yang berdiri di samping sambil menggendong Wilson. Wajah ibu dan anak itu tampak sedang tidak senang. Dia pun buru-buru menghampiri dan bertanya.

“Ada apa ini?”

Hanya saja, belum sempat Clara menjawab. Nalan Vi sudah membuka mulutnya dulu dengan nada bicara menyalahkan yang mematikan, “Rudy, istri yang kamu nikahi ini benar-benar nona besar yang manja ya. Memegang cangkir saja bahkan tidak bisa seimbang dan hampir saja cangkir teh itu jatuh ke lantai dan melukai Wilson. Untung saja tangan Amy cukup sergap dan cepat sehingga bisa menangkap cangkir teh yang jatuh. Coba kamu lihat ini, dia jadi seperti ini hanya demi melindungi anakmu!”

Nalan Vi meraih tangan Amy dan mengisyaratkan Rudy untuk melihatnya sendiri.

Amy tampak seperti mau menangis. Dia mengangkat wajahnya memandang Rudy dan berkata dengan sedihnya, “Wilson masih sangat kecil dan begitu lucu. Mana mungkin aku tega melihatnya terluka tersiram air panas. Selama Wilson tidak terluka, aku tidak masalah kalaupun harus meninggalkan bekas luka di kulitku.”

Selesai bicara, Rudy hanya melirik sebentar ke dia. Lalu mengalihkan pandangannya ke istrinya. Rudy pun jadi tenang ketika melihat Clara dan Wilson tidak terluka.

Hanya saja, wajah Clara sangat tidak senang, muram dan tampak mendung.

Nalan Vi mengoleskan obat ke lengan Amy sambil berkata tanpa hentinya, “Kamu ini hatinya terlalu baik. Ada ibu kandung Wilson, untuk apa kamu ikut campur yang bukan urusanmu sih.”

“Kakak sepupu.” Panggil Amy serius.

“Jarang sekali ucapan kakak ipar benar ya.” Clara tiba-tiba berkata dengan dinginnya.

Begitu mendengar ini, Nalan Vi langsung emosi. Maksud Clara ini sedang menyalahkan Amy yang sok ikut campur urusan orang.

“Dulu, aku hanya merasa cara mendidik keluarga Santoso yang harus dipertanyakan. Kelihatannya sekarang karakter nona besar keluarga Santoso yang memang bermasalah ya. Amy sudah berniat baik menyelamatkan Wilson, kamu tidak mengucapakan terima kasih, malah menyalahkannya sok ikut campur urusan orang!”

Selesai bicara, Nalan Vi mengalihkan tatapannya ke Rudy, “Rudy, ternyata begini istri yang kamu nikahi dan bawa pulang!”

“Kakak sepupu, jangan bicara lagi.” Amy dengan lembut menarik ujung baju Nalan Vi dengan ekspresi wajah yang baik hati dan pengertian dan hanya ingin situasinya jadi tenang saja.

Nalan Vi pun tidak mengatakan kata-kata tajam lagi. Dia hanya melihat ke tangan Clara lalu berkata, “Apa gunanya punya tangan yang begitu indah dan cantik, kalau memegang cangkir teh saja tidak bisa. Sungguh tidak berguna sekali!”

“Kakak sepupu, sudah jangan bicara lagi. Akulah yang tidak memegang cangkir teh dengan benar. Ini tidak ada hubungannya dengan kakak ipar.” Kata Amy melanjutkan ucapannya.

Semakin dia membantu Clara bicara semakin memperlihatkan dia begitu lembut. Dan malah memperlihatkan Clara yang semakin egois.

Nalan Vi melotot ke Clara dengan penuh emosi lalu mengalihkan tatapannya ke Wilson, dan berkata dengan, “Wilson, kamu kan anak yang baik. Barusan tadi tangan bibi terluka dan tersiram air panas karena menyelamatkanmu. Ayo katakan ‘terima kasih’ ke bibi. Bibi sangat menyukaimu.”

Wilson masih berumur tiga tahun. Dia hanya mengedipkan mata besarnya tidak tahu dan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Dia merangkul erat leher Clara dan tidak mengatakan apapun.

“Dasar kamu anak ini, kenapa kamu juga tidak sopan dan tidak berpendidikan sih!” selesai bicara, Nalan Vi mengulurkan tangan dan mau meraih Wilson tapi Clara langsung menghindarinya.

Clara pun langsung emosi dan marah.

Bagaimana Nalan Vi mau menyakiti atau mengomel dengannya, Clara tidak masalah dan akan menemaninya. Tapi jika dia mau menggunakan Wilson sebagai batu loncatan, Clara tidak akan mengijinkan.

Amy dengan sengaja menjatuhkan cangkir tehnya. Jika saja dia tidak bisa menangkap cangkir teh itu dengan tepat lalu air tehnya tersiram dan melukai Wilson bagaimana. Anak sekecil ini jika tersiram air panas, bukan lagi masalah yang kecil.

Novel Terkait

Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu