Suami Misterius - Bab 835 Rudy Memang Sebuah Potongan Daging Besar

“Tidak penting juga ganggu atau tidak, hanya saja, diam-diam berdiri di belakang orang dan mencuri dengar pembicaraan orang lain bukan sebuah kebiasaan yang baik.” Clara selesai berbicara, langsung meletakkan ponsel ke saku bajunya dengan perlahan-lahan, lalu berbalik badan dan berjalan ke arah ruangan.

Reaksi wajah Shenri berubah seketika, namun dia tetap melangkah ke arah ruangan.

Mereka tiba bergiliran di depan pintu, ketika masih belum sempat mengetuk pintu, sudah langsung terdengar suara mengobrol antara Nenek Sunarya dan bibi sepupu ini.

“ Riri memang sangat pengertian sejak kecil, aku bahkan tidak pernah risau dengan masalahnya. Aku sekarang ya, hanya merisaukan masalah pernikahannya saja…haih, awalnya aku masih berpikir, setelah Riri sudah dewasa, aku akan mengenalkan dirinya untuk menjadi cucu menantumu, agar dia bisa berbakti padamu, ternyata malah…”

“Jangan terlalu cemas lagi.” Nenek Sunarya langsung memotong pembicaraannya, setelah itu tertawa dan memuji :”Karakter Riri sangat baik, pastinya juga sangat pengertian meskipun telah menikah, tidak perlu merisaukan pernikahannya.”

Di luar pintu, Clara melirik sekilas ke arah Shenri , dalam hatinya berpikir : Rudy memang sebuah potongan daging besar, meskipun telah menjadi milik orang, namun tetap saja ada berbagai anjing yang ingin datang menggigitnya.

Clara merasa dirinya harus menyiapkan sebuah tongkat untuk mengusir para anjing tersebut.

Dia mendorong pintu ruangan dengan sedikit emosi, lalu menginjak sepatu tumitnya dan masuk ke dalam ruangan, setelah itu duduk di samping Nenek Sunarya.

“Kenapa begitu lama keluarnya ?”

“Telepon dari Rudy, dia tidak mau habis berbicara, aku hanya bisa mendengar dengan sabar. Sudah begitu besar, tetapi tingkahnya masih seperti anak kecil.” Clara berkata dengan tampang tersipu, namun tidak menyembunyikan rasa kemesraannya.

“Pria kadang kalanya memang seperti anak kecil, ingin dibujuk sama wanita sendiri.” Nenek Sunarya tersenyum sambil menepuk tangan Clara.

Shenri dan ibunya duduk di samping, senyuman di wajahnya sangat palsu.

Clara mengangkat gelas dan meneguk sekilas, lalu bertanya dengan nada santai, “Nenek, nenek sama bibi sepupu sedang bahas apa ? Saat masuk hanya mendengar kata tidak perlu merisaukan pernikahannya, adik sepupu sudah mau menikah ya ? Kalau begitu memang kabar gembira, sampai nanti jangan lupa mengundang ya.”

Saat ini masalah pernikahan Shenri masih belum ada perkembangan apapun, kata-kata Clara pada saat ini membuat Shenri dan ibunya menjadi sangat canggung.

Nenek Sunarya melihat demikian langsung meredakan suasana :”Kamu ya, masing ada kebiasaan curi dengar ya, patut dipukul.”

“Tidak berani lagi, nenek, nenek benaran tega memukul aku ya.” Clara tersenyum manja da memeluk lengan Nenek Sunarya.

Setelah selesai minum teh dan mengobrol, Clara membawa Nenek Sunarya pergi meninggalkan kedai teh tersebut.

Di dalam ruangan yang bergaya klasik, reaksi wajah Shenri dan ibunya sangat tidak senang.

“Ibu, Anda mendapat kabar dari mana kalau suami istri Rendi sedang ribut bercerai ? Hubungan orang sangat harmonis pula.” Nada bicara Shenri terkesan menyalahkan.

“Mungkin aku yang salah tangkap. Kamu emosi apanya, bagus juga kalau tidak menikah ke dalam keluarga Sunarya, Clara itu bukan orang yang gampang diatasi, ada mantan istri seperti ini dan juga ada anak yang berumur empat tahun, kamu belum tentu bisa berhidup senang meskipun berhasil menikah, menjadi ibu tiri tidak begitu mudah.”

Setelah selesai berbicara, dia baru menyadari kejanggalannya, bukannya dirinya sendiri sudah sebagai ibu tiri ?

…….

Pada sisi lainnya, Clara mengantar Nenek Sunarya ke dalam villa, dikarenakan mesti menjemput Wilson, sehingga dia tidak masuk ke rumah Sunarya, malahan langsung menyerahkan Nenek Sunarya kepada pembantu, setelah itu dia langsung pergi dengan membawa mobilnya.

Nenek Sunarya masuk bersama pembantu, setelah masuk ke dalam rumah, dia langsung melihat wajah suami istri Bahron yang sedang cemas dan panik.

Bahron sedang mengenakan jaketnya dan bersiap-siap untuk berangkat, pada saat Ardian menyerahkan kopernya ke tangan pengawal, tidak lupa juga untuk mengingatkan sesuatu.

“Kenapa tiba-tiba mau berangkat ?” Nenek Sunarya bertanya dengan kebingungan.

“Rendi terluka, aku buru-buru menjenguknya.” Bahron menjawab.

“Terluka ? Terluka di mana ? Parah ? Sebelum aku pulang, Clara masih sedang bertelepon dengan Rendi, kenapa bisa terluka pula.” Wajah Nenek Sunarya menjadi pucat dalam seketika, setelah itu langsung bertanya dengan panik.

“Budak ini, masih ada selera untuk menelepon istri, kelihatannya lukanya tidak parah.” Bahron tersenyum sinis, lalu berkata lagi, “Para pengedar narkoba itu adalah penjahat yang tidak takut mati, mereka sudah menganggap Rendi sebagai musuh terbesar dan bersikeras untuk membunuh Rendi.”

“Jadi harus bagaimana ? Berarti Rendi sedang dalam keadaan bahaya, atau mending mutasi ke sini saja, kalau sampai kehilangan nyawanya, perjuangannya juga sudah tidak berguna lagi.” Wajah Nenek Sunarya penuh dengan reaksi cemas, sepertinya sangat khawatir.

Bahron tersenyum dan menghiburnya :”Tidak ada yang bisa merengut nyawa Rendi dengan semudah itu. Budak ini sangat hebat sekali, ibu tidak perlu khawatir lagi. Setelah Rendi tiba di wilayah perbatasan, dia masih belum menemukan titik penyerangan, kali ini kebetulan bisa menyiapkan sebuah perangkap untuk balik menyerang mereka, aku kali ini pergi ke sana hanya demi menyesuaikan dramanya. Kalau sampai aku yang turun tangan, para penjahat itu baru bisa percaya bahwa Rendi sedang dalam keadaan krisis. Masalah selanjutnya juga akan menjadi gampang.”

“Asalkan Rendi tidak apa-apa.” Akhirnya Nenek Sunarya dapat merasa lega.

“Hanya bergesekan dengan peluru dan sedikit berdarah saja, akting juga harus berkesan nyata. Ibu jangan khawatir, setelah menyelesaikan urusan di sana, aku akan pulang bersama Rendi. Meskipun anak Keluarga Xu itu sangat bodoh, tetapi ada bagusnya juga bagi keluarga Sunarya, dengan adanya perbandingan seperti ini, malahan bisa menonjolkan keunggulan Rendi.”

Nenek Sunarya mengangguk setuju, dalam hatinya sangat bangga sekali.

“Masalah Rendi terluka di kali ini, pasti harus sembunyikan dari Clara, daripada dia merasa khawatir, dan mungkin saja bisa menimbulkan kekacauan yang tidak diperlukan.” Bahron sengaja mengingatkannya sebelum berangkat.

Ardian mengangguk, tidak lupa juga untuk mengingatkan Raymond.

…….

Masalah Rudy telah terluka adalah sebuah rahasia di pasukan, informasi ini tidak menyebar luas, sehingga hanya diketahui oleh beberapa orang saja.

Sementara di dalam sebagian orang ini, tentu saja juga termasuk Ahmed.

Ahmed memiliki sebuah apartemen pribadi yang tidak terlalu besar, luas lantai atas dan bawah hanya berkisar tiga ratusan meter, akan tetapi, suasana di sekelilingnya sangat baik, paling cocok untuk berkencan maupun berselingkuh.

Oleh sebab itu, apabila Ahmed merasa kangen dengan Su Loran, dia akan mengajak orangnya ke tempat ini untuk bermesraan.

Namun pada setiap kalinya, Su Loran akan bereaksi bagaikan diperkosa, dan juga tidak pernah bersikap baik terhadap Ahmed, setiap selesai bermesraan, dia akan langsung memakai bajunya dan pergi meninggalkan tempat.

Ahmed masih belum mengenakan bajunya, saat ini dia sedang menyandar di kasur dan merokok. Tatapannya yang sinis dan santai terus memperhatikan Su Loran yang sedang mengenakan pakaian.

Su Loran sedang duduk di samping kasur dan memasang kancing bajunya, sepertinya terlalu disiksa oleh Ahmed pada barusan, sehingga tangannya yang masih sedikit gemetaran.

Gorden yang tebal telah menutupi sinar matahari yang menembus di luar jendela, saat ini hanya menyisakan sedikit cahaya lampu kuning di atas kasur. Di bawah cahaya yang tidak terlalu terang ini, kulit Su Loran telah mendekati warna putih transparan, bagaikan telur ayam yang telah terlepas dari cangkangnya, membuat orang yang melihatnya tergiur untuk menggigitnya.

Pada kenyataannya, tingkat kecantikan Su Loran hanya termasuk tingkat menengah, banyak sekali wanita yang lebih cantik dari dirinya, namun Ahmed tetap saja tidak bisa melupakannya, hatinya akan langsung tergiur apabila bertemu dengan dirinya.

Mungkin saja dikarenakan mereka adalah orang yang sejenis.

Setelah selesai memakai baju, Su Loran sedang bersiap-siap untuk pulang seperti biasanya.

Namun pada kali ini, dia bahkan tidak bisa membuka pintu untuk keluar. Jelasnya pintu kamar ini telah terkunci dari dalam, sementara kuncinya sedang dipegang oleh Ahmed.

“Kamu mau apa lagi ?” Su Loran berkata dengan emosi. Rasa terkendali oleh Ahmed ini memang sangat menyengsarakan.

Su Loran merasa dirinya yang saat ini tidak jauh berbeda dengan pelacur, Ahmed bahkan dapat menuduri dirinya di kapan saja.

Oh, perbedaan satu-satunya adalah pelacur masih akan dibayar.

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu