Suami Misterius - Bab 776 Mimpi Buruk

Malam mulai larut, setelah menidurkan Wilson, Rudy dan Clara baru kembali ke kamar.

Ketika pintu kamar di tutup, lengan Rudy langsung menggapai pinggang Clara yang ramping dan menggapainya.

Karena sudah menjadi suami istri, tentu saja harus melalui kehidupan layaknya suami istri.

Apalagi dia pulang satu minggu sekali, ini merupakan hal yang tidak boleh terlewatkan.

Wajah Clara merona, ia memutar tubuhnya dan merangkulnya.

“Rudy, kamu bukannya pergi mandi dulu, ngapain memelukku seperti ini.”

Dagunya sedikit terangkat, senyum mengembang di matanya, membuat tatapannya penuh dengan perasaan malu-malu.”

“Sudah tahu malah sengaja bertanya.”

Pandangan Rudy yang panas tertuju kearahnya, suaranya yang serak terdengar begitu seksi, lalu bibirnya yang tipis mendekat dan melumat bibirnya yang merona dan lembut.

…. Kepala Clara bersandar di dadanya yang bidang, rambut hitamnya yang lembut tergerai menyentuh kulitnya, menyebarkan aroma harum yang lembut.

“Capek sekali.”

Clara mengerutkan bibirnya dan bergumam lirih.

Begitu Rudy mendengar ini, ia tersenyum kecil sambil menegakkan tubuhnya, lalu mengulurkan tangan untuk memeluknya.

“Aku gendong kamu untuk pergi mandi.” Kata Rudy.

“Tidak mau, kamu mandi sendiri, aku mau tidur.”

Clara sudah lelah sampai untuk menggerakkan jarinya pun sudah tidak ada tenaga lagi.

Dia menarik selimut, dan langsung membenamkan kepalanya ke dalam bantal.

“Manjanya.” Rudy mengecup pipinya, lalu masuk ke kamar mandi sambil membawa baju gantinya.

Setelah Rudy selesai mandi dan keluar dari kamar mandi, Clara sudah tertidur.

Dia hanya tersenyum tipis, berbaring disampingnya dan memeluknya perlahan.

Clara refleks menyandarkan kepalanya di dadanya, mencari posisi yang nyaman, lalu lanjut tidur dengan tenang.

Keduanya tidur sambil berpelukan, langit malam terlihat begitu indah.

Dan di tengah malam, tiba-tiba terdengar suara dering ponsel yang memecah keheningan malam.

Rudy bangkit dan duduk sambil mengangkat telfon, wajah tampannya langsung berubah tegas seketika.

Setelah mematikan telfon, dia baru sadar kalau Clara yang tertidur disampingnya juga ikut terbangun.

“Mengganggu tidurmu?” Rudy mengulurkan tangannya untuk mengusap rambut Clara yang berantakan.

“Harus keluar lagi?” Clara duduk di ranjang sambil mengusap matanya.

Ini sudah bukan yang pertama kalinya terjadi, asalkan ada urusan mendadak, Rudy langsung dipanggil untuk kembali ke team.

Dibandingkan pertama kalinya mengalami ini, kali ini Clara jauh lebih tenang dan sudah terbiasa, dia sudah tidak panic dan khawatir lagi.

Dia mengenakan pakaian dan turun dari ranjang, masuk ke dalam ruang ganti dan mengambilkan baju ganti untuk Rudy.

Rudy mengenakan pakaiannya dengan cekatan, Clara berdiri didepannya sambil membantunya mengancingkan bajunya.

“Aku akan segera kembali.” Sebelum Rudy pergi, dia mengecup ringan pipi istrinya.

Mobil sudah menunggu didepan villa, Rudy naik ke mobil dengan terburu-buru dan pergi dengan tergesa-gesa.

Sebenarnya masalah yang terjadi kali ini tidak besar, seorang penyelundup menyerang system dalam team.

Ini merupakan tugas Departemen teknologi, namun Rudy yang menjadi kepala team harus berada di lokasi kejadian, sampai semua system sudah berjalan lancar dan normal.

Setelah semuanya selesai, sudah jam 3 dini hari.

Didalam kantor, bawahannya melaporkan seluruh detail kejadian.

Rudy mengangguk, setelah memerintahkan tugas selanjutnya, bawahannya membawa dokumen dan pergi.

Rudy berdiri didepan jendela, berpikir sambil mengkerutkan alisnya, jarinya memegang sebatang rokok yang menyala, asap yang membumbung naik membuat samar ekspresi wajahnya yang dingin dan terlihat berbeda dari biasanya.

Lalu, pintu ruangannya sekali lagi di ketuk.

Rudy berkata dengan datar, “Masuk.”

Ajudan Jiang membuka pintu dan masuk, berkata dengan hormat : “Kapten, mobil sudah siap.”

“Hmm.” Rudy menjawab singkat, memadamkan rokoknya dan berjalan keluar.

Ketika mobil tentara berhenti didepan kediaman Sunarya, waktu sudah menunjukkan jam 4.15.

Rudy turun dari mobil, mengangkat kepalanya dengan refleks.

Lampu teras lantai 3 masih menyala, melihat lampu yang kekuningan, hati yang lelah, seketika terasa hangat.

Mungkin, yang membuat hatinya hangat dan tenang bukanlah cahaya yang lembut, melainkan wanita yang menunggunya disana.

Tubuh Rudy masih membawa dinginnya udara malam.

Dia melepas jaketnya lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

Didalam kamar, Clara masih tertidur, namun tidurnya sama sekali tidak nyenyak.

Alisnya yang indah mengkerut, keningnya dipenuhi butiran keringat, samar-samar terlihat menggeliat.

Detik berikutnya, dia tiba-tiba berteriak dan terbangun dari mimpi buruknya.

“Mimpi buruk?”

Rudy duduk disamping ranjang dan mengulurkan lengannya, perlahan merangkulnya, tangannya menempel di punggungnya dan mengusapnya lembut.

Clara bersandar didadanya, kehangatan yang begitu familiar membuatnya perlahan tenang.

“Rudy, aku bermimpi terjatuh kedalam air, airnya sangat dingin sampai menembus tulang, sekeliling begitu gelap, aku sama sekali tidak bisa melihat apapun, hanya bisa mendengar suaramu.

Tapi aku tidak tahu kamu ada dimana, aku tidak bisa menggapaimu, hanya merasa diriku semakin lama tenggelam semakin dalam, perasaan kehilangan nafas begitu menakutkan…..”

“Gadis bodoh, jangan takut, mimpi itu tidak nyata.” Rudy menenangkannya dengan suara pelan, lalu menundukkan tubuhnya untuk mengecup keningnya.

Clara menengadah, kedua tangannya mencengkram erat baju di depan dadanya, menatapnya dengan serius dan bigung, lalu berkata : “Rudy, sekarang maupun nanti, tidak perduli apapun yang terjadi, kamu tetap akan berada disisiku dan menggenggamku dengan erat, iya kan?”

“Iya.” Rudy berjanji dengan serius.

Kepala Clara bersandar di dadanya, mendengarkan suara nafasnya yang stabil dan berat, akhirnya ia bisa merasa lebih tenang.

“Kenapa berkeringat begitu banyak.” Rudy mengulurkan tangan untuk menyentuh keningnya, dan tangannya basah oleh keringat.

Bahkan gaun tidur yang dikenaka oleh Clara juga basah oleh keringat.

“Mandi dulu, lalu ganti baju baru yang kering agar tidak masuk angin.” Rudy berkata dengan penuh perhatian.

Clara mengangguk, lalu turun dari ranjang perlahan menuju kamar mandi.

Clara membersihkan aroma keringat ditubuhnya lalu mengganti gaun tidur yang bersih.

Dia berjalan keluar dari kamar mandi, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk ia berjalan menuju kamar tidur.

Rudy duduk di sisi ranjang, dia sedang memegang sebuah benda dan melihatnya, ketika dia melihat dengan jelas kalau yang ada ditangan Rudy adalah kotakobatnya, ia langsung menghentikan langkahnya dan melihatnya dengan terkejut.

Rudy mengangkat kepala, matanya terlihat serius, terlihat begitu dalam.

“Sejak kapan kamu mengkonsumsi obat seperti ini?”

“hmm, belum begitu lama. Hanya ketika tidak bisa tidur baru minum sedikit.”

Clara menjawab dengan terbata-bata, matanya terlihat panic, bagaikan anak kecil yang tertangkap basah sudah berbuat salah.

“Insomnianya parah? Apakah kamu tahu efek ketergantuan obat ini sangat parah.”

Tatapan Rudy menjadi begitu tegas.

Clara menggigit bibir bawahnya, bibirnya yang tipis terlihat sedikit memucat.

Dia menggerakkan langkahnya mendekati Rudy, berkata dengan perasaan tidak berdaya : “Tidak begitu parah, hanya ketika tidak bisa tidur baru minum dia butir.”

Alis Rudy yang mengkerut tidak terlihat merenggang sama sekali.

Obat yang ada ditangannya diproduksi belum lama, dari pabrik ke apotik, lalu sampai di tangan Clara juga butuh waktu.

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu