Suami Misterius - Bab 954 Bagaimana Kalau Mempermainkanmu

Hari ini, adalah hari pemeriksaan USG 4 dimensi pada bayi.

"Sudah selesai merundingkan pekerjaannya?" Clara mengenakan mantel yang tebal, mendongakkan wajah putih melihatnya.

Jika dia masih tidak turun, Clara sudah akan berkeringatan.

"Maaf, sudah membuatmu tunggu begitu lama." Rudy berkata sambil tersenyum, mengambil mantel dari gantungan baju, dengan cepat dipakaikan ke badan. Kemudian, merangkul Clara dan langsung keluar.

Meskipun cuaca hari ini sangat baik, tapi benar-benar dingin sekali.

Sudah hampir satu tahun pindah ke sini, namun Clara masih belum bisa beradaptasi, dia masih merindukan musim dingin di kota A, air laut membeku jadi es, hamparan putih yang luas sekali, kapal nelayan tampaknya tertanam di tengah laut, pemandangan sangat spektakuler.

Dalam perjalanan, Clara masih mengatakan: "Musim dingin di kota A tidak sedingin ini, juga tidak sekering ini. Di villa Marina masih ada perapian, begitu buka jendela, mendengar suara angin laut, duduk di depan perapian sambil membaca buku, pasti terasa baik sekali.”

Rudy mendengarnya, menjawab sambil tersenyum: "Tahun ini sudahlah, sekarang kondisi tubuhmu tidak leluasa. Tunggu musim dingin tahun depan, aku akan berusaha meluangkan waktu, menemanimu kembali ke kota A untuk liburan."

Clara tersenyum, tidak peduli bisa terwujud atau tidak, dia memiliki niat seperti ini, Clara sudah sangat puas.

Akhirnya mobil berhenti di tangga depan pintu utama rumah sakit, Rudy menuntun Clara turun dari mobil, sepanjang jalan berjalan ke atas tangga, jalan ke dalam rumah sakit.

Karena lebih dulu membuat janji, Clara tidak perlu antri, langsung masuk ke dalam ruang pemeriksaan.

Dia berbaring di atas ranjang pemeriksaan, membuka pakaiannya, menunjukkan perut yang buncit. Alat yang dingin menempel di kulit dan terus bergerak, mungkin gadis kecil yang ada di dalam merasa ada orang yang memperhatikannya, sangat tidak puas bergerak ke sana ke sini.

Dokter yang bertanggung jawab memeriksa tersenyum, berkata: “Si kecil yang suka bergerak.”

Clara berbaring di atas ranjang, tidak bisa melihat layar komputer.

Dan Rudy berdiri di belakang dokter, mata terus tertuju ke layar, aada sedikit senyuman di sudut bibir, tampang yang sangat lembut.

Karena ada banyak langkah dalam pemeriksaan USG 4 dimensi, ditambah si kecil dalam perut yang tidak terlalu bekerja sama, seluruh pemeriksaan baru berakhir setelah menghabiskan waktu satu jam.

Perkembangan gadis kecil yang ada dalam perut sangat normal, benar-benar seorang bayi yang baik.

Dokter mencetak banyak foto gadis kecil, ada satu yang ekspresi wajah sangat jelas sekali, gadis kecil memiliki alis dan mata yang cantik, kelak pasti seorang gadis kecil yang cantik.

Clara membawa hasil pemeriksaan pergi mencari Lena, Lena melihat sebentar, kemudian berkata: “Anak sangat normal, malahan kamu, hasil tes darah tidak terlalu baik, anemia berat, tekanan darah juga agak tinggi, situasi seperti ini bisa besar juga bisa kecil, aku sarankan jika kehamilanmu sudah tujuh bulan rawat inap di rumah sakit untuk menjaga kehamilan.”

Meskipun, Clara sangat tidak bersedia tinggal di rumah sakit, tapi agar menghindari gadis kecil lahir lebih cepat, dia juga hanya bisa mengikuti saran dokter.

Clara mengulurkan sepuluh jari-jarinya, menghitung hari, waktu dia bisa bebas berkeliaran di luar sudah tidak sampai sebulan lagi.

“Tunggu setelah lahiran, kamu bisa keluar untuk bermain sepuasnya.” Sepertinya Rudy sekilas sudah bisa melihat apa yang dia pikirkan, sambil tersenyum lembut, menyentuh ujung hidungnya sejenak.

"Setelah anak lahir, aku masih harus mengasuh anak." Clara memonyongkan mulutnya.

"Kamu bisa mengasuh anak?" Rudy mengangkat alis, ekspresi wajah sedikit bercanda.

Clara berpikir-pikir, tampaknya dia benar-benar tidak pernah mengasuh anak. Sejak kecil Wilson hanya diasuh oleh Rudy dan Sus Rani.

Dia bersandar dalam pelukannya, tidak bisa menahan diri menghela nafas. Dia adalah seorang papa yang baik, sedangkan dirinya bukanlah seorang mama yang baik.

Dua orang berjalan keluar dari rumah sakit bersama, saat menuruni tangga, tiba-tiba ponsel Clara berdering.

Satu tangannya merangkul lengan Rudy, satu tangan lagi dimasukkan ke dalam saku baju, mengambil ponsel untuk angkat telepon.

Di seberang telepon terdengar suara Sugar, “Clara, dua hari ini kamu tidak lihat internet ya, masalah Su Loran hamil di luar nikah sudah terekspos ke internet, hanya saja, seorang penari seperti dia tidak terlalu terkenal, tidak menimbulkan terlalu banyak kegemparan, aku sudah mengatur beberapa wartawan, menunggu di depan rumahnya, tunggu mendapatkan berita besar lagi.”

Clara mendengar ucapan Sugar, samar-samar juga memiliki sedikit harapan, paling bagus lagi jika para wartawan itu bisa memotret perselingkuhan antara Ahmed dan Su Loran. Bukankah mereka paling suka memanfaatkan opini publik, maka kali ini, dia akan membiarkan mereka baik-baik merasakan kekuatan opini publik.

……

Masalah Su Loran hamil di luar nikah terekspos, meskipun tidak menyebabkan kegemparan yang besar, tapi memberi dampak yang tidak kecil dalam industrinya.

Pertama-tama, tim penari paling memperhatikan gaya dan pengaruh, merasa Su Loran hamil di luar nikah telah memengaruhi citra dalam tim, langsung menghapus namanya.

Keluarga Sun langsung mengancam akan memutus hubungan keluarga dengan Su Loran. Ibu Su berada di bawah tekanan Keluarga Sun , di depan dia sudah tidak berani berhubungan Su Loran.

Kali ini Su Loran benar-benar sudah menjadi orang yang dibenci semua orang, bahkan tidak berani keluar dari rumah.

Dia sedang kesal, tidak menyangka Talia ternyata datang mencarinya.

Talia sangat yakin dan percaya bahwa Su Loran adalah dalang dibalik penculikan Yaya, Ahmed sudah dibutakan hatinya oleh Su Loran, dia hanya bisa melakukannya sendiri.

Talia mengkhawatirkan anaknya, sudah beberapa hari tidak tidur, raut wajah pucat sekali, lingkaran hitam di bawah mata terlihat agak menakutkan.

Talia tidak berbelit-belit dengan Su Loran, langsung mengatakan hal intinya: “Aku tahu, Yaya berada di tanganmu. Kembalikan putriku, aku akan menyetujui persyaratan apa pun darimu.”

Su Loran mendengarnya, lalu menekuk sudut bibir, penuh dengan ejekan. Telapak tangannya, sesekali mengelus perut buncitnya.

“Sikap nyonya Sunarya yang sombong dan arogan ini, bukanlah sikap untuk memohon orang.”

Talia menggenggam erat tinjunya, rasanya ingin mencabik-cabik wajah Su Loran. Tapi demi anaknya, dia harus menundukkan kepalanya.

“Su Loran, aku mohon padamu, lepaskanlah Yaya. Dia hanya anak yang berusia beberapa tahun, tidak mengerti apa pun. Kamu ada kebencian apa, arahkan saja padaku, aku jamin tidak akan pernah membalasnya walau dipukul atau dimarahi.”

Su Loran melihat tampang Talia yang nurut, merasa sangat senang dan lega. Saat ini, dia benar-benar berharap putri Talia ada di tangannya, bisa baik-baik memberi pelajaran pada ibu dan anak itu.

“Tubuhku sudah berat, mana bisa bergerak lagi. Bagaimana jika sampai keguguran. Karena nyonya Sunarya begitu tulus, bagaimana kalau menampar dirimu sendiri beberapa kali, agar aku bisa melampiaskan amarah dulu.”

Talia menggigit erat bibirnya, melototinya dengan dingin. Setelah terdiam sejenak, mengangkat tangan, menampar keras dirinya sendiri beberapa kali.

Talia cukup kejam juga pukulnya, bahkan tega begitu kejam pada sendiri. Beberapa tamparan, wajah juga ditampar hingga memerah. "Nona Su apakah sudah puas?

"Lumayan." Su Loran menjawab dengan senyuman palsu.

Wajah Talia tanpa ekspresi, terus mengatakan: "Asalkan kamu lepaskan putriku, aku janji padamu, secepat mungkin bercerai dengan Ahmed. Dengan begini, begitu anak dalam perutmu lahir, langsung bisa jadi anak sah.”

"Nyonya Sunarya sungguh berpikir dengan teliti. Sayang sekali, aku tidak tahu putrimu ada di mana.” Su Loran mengangkat dagu mengatakannya.

“Su Loran, kamu mempermainkanku ya!” Ekspresi wajah Talia langsung berubah.

“Benar, bagaimana kalau aku memang mempermainkanmu.” Su Loran tersenyum menyindir, memegang perut, lanjut mengatakan: “Aku beritahu kamu, putrimu tidak akan pulang dengan selamat. Dia hidup hanya akan berebut harta warisan dengan anak dalam perutku, mati baru lebih bersih.”

“Su Loran!” Talia hilang kendali dan menerobos ke sini, mengulurkan tangan menarik kerah baju Su Loran.

Dan pada saat ini, tiba-tiba pintu kamar dibuka dari luar, Ahmed berjalan masuk, melihat pemandangan ini, berteriak dengan suara keras: “Talia, kamu orang gila, lepaskan Su Loran.”

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu