Suami Misterius - Bab 334 Sungguh Menyedihkan

Malam itu, jam 1 tengah malam baru selesai semua syuting, Clara merasa sangat lelah, setelah kembali ke kamar hotel, setelah membersihkan make-up di wajah, Clara langsung tidur, bahkan masker wajah saja tidak sempat dilepaskan lagi karena sudah kecapean.

Pada hari-hari berikutnya, proses syuting berjalan dengan sangat ketat. Karena proses syuting sempat tertunda akibat cedera kaki Afri, jadi harus mengejar ketinggalan.

Clara sibuk setiap hari sampai pusing dan lelah, tidak terasa sudah setengah bulan berlalu, dia masih tidak sadar.

Setelah menyelesaikan pekerjaan, pada malam hari, Clara hanya bisa berbaring di sofa dengan masker di wajahnya, sampai bergerak saja malas.

Bel pintu kamar berdering. Melanie mengira itu adalah makanan yang dia pesan sudah tiba, dia berlari cepat ke pintu.

"Kamu makan sendiri saja. Aku tidak punya nafsu makan." Clara mengatakan dengan mata terpejam.

Setelah itu, karena tidak ada respon atau jawaban, Clara membuka mata dan mendongak untuk melihat ada apa.

Ketika Clara membuka matanya, apa yang dia lihat adalah sebuah wajah tampan yang sangat dekat dengan matanya. Clara terkejut dan melepaskan masker di wajahnya, hampir melompat dari sofa dan memeluk Rudy.

"Mengapa kamu bisa di sini?"

Clara seperti melihat hantu karena tidak menyangka, Rudy tertawa kecil dan langsung mengulurkan tangan dan memeluk pinggangnya Clara,” Kamu sudah lupa janji kita?”

"Sudah setengah bulan ya?" Clara menepuk dahinya sendiri, "Aku jadi pikun."

Rudy tersenyum, mengulurkan tangan, dan mengusap-usap kepalanya Clara, lalu menatap Melanie yang masih berdiri menempel di pintu.

"Nona Melanie, aku ingin kamu menghindar dulu malam ini."

"Aku tahu, aku tahu, aku berjanji tidak akan mengganggu kalian." Melanie keluar sambil tertawa dan menutup pintu dengan pelan.

Setelah pintu ditutup, Rudy melihat ke bawah, menatap Clara dalam-dalam, dan bertanya, "Apakah kamu kangen sama aku?"

"Ya." Clara mengangguk.

"Kangen apanya?" Wajah tampannya makin mendekat, sudut bibirnya naik, dan napasnya yang hangat jatuh di pipinya yang lembut dan sensitif.

"Aku kangen semuanya." Clara menjawab dengan wajah memerah.

Begitu Clara selesai mengatakan itu, Rudy mendaratkan ciuman ke bibir Clara.

Clara merangkul lehernya Rudy dengan lengannya yang lembut dan berciuman mesra dengan Rudy.

Setelah ciuman panas selesai, Clara menyandarkan kepalanya di dada Rudy. Pipinya sedikit memerah, bibirnya agak melengkung, dan wajahnya terlihat agak lucu dan bertanya dengan manja: "Presdir Rudy datang ke sini untuk menemani aku sebentar saja, atau mau temanin aku tidur satu malam?"

Senyum Rudy terlihat semakin dalam di bibirnya. Dia tiba-tiba mengangkat Clara dan berjalan menuju ke kamar tidur. "Kamu akan tahu sebentar lagi." Rudy membisikan kata mesra di telinganya.

Lalu, mereka bergumul sepanjang malam. Akhirnya, Clara hanya bisa tertidur pulas dibawah badannya Rudy.

Clara tidur sampai sore di hari berikutnya.

Untungnya, syuting hari berikutnya adalah syuting malam. Clara dapat tidur dengan pulas dan bangun dengan sendirinya dengan nyaman.

Clara membuka matanya. Hanya ada dia di kamar itu. Tempat di sampingnya sudah kosong.

Clara menggosok matanya dengan punggung tangannya, menarik selimut dan duduk.

Pakaian Rudy masih ada di sana, dia belum pergi.

Clara mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar tanpa alas kaki.

Di sebelah kamar tidur ada kamar mandi, terdengar ada suara air yang samar. Rudy sedang mandi.

Clara mengulurkan tangannya mengelus rambut panjangnya. Dia duduk malas-malasan di sofa. Begitu dia menyalakan TV, bel pintu berdering.

"Clara, itu seharusnya pesan antar dari Hotel." Suara Rudy datang dari kamar mandi.

"Oh." Clara menjawab dan pergi ke pintu.

Ternyata benar, di luar pintu, ada staf dari hotel mengantar makanan.

"Nyonya, Ini pesanan anda, dan ini menu makanan." Staf hotel itu juga menyerahkan struk tagihan kepada Clara.

"Oh, tunggu sebentar." Clara berjalan kembali ke kamarnya dan mengambil uang.

Dompet dan ponsel Rudy ada di atas meja teh di ruang tamu. Clara mengambil dompetnya dan menarik beberapa lembar uang kertas berwarna merah dari dalam dompet.

Ketika Clara mengambil uang, sebuah foto jatuh dari sisi lain dompet Rudy dan mendarat di atas kakinya.

Clara membungkuk dan mengambil foto itu. Ternyata itu foto dirinya dengan Wilson. Foto seharusnya diambil melalui kamera ponsel. Dalam foto, dia dan Wilson sedang bermain di rumput.

Sudut pemotretan sangat bagus. Meskipun dengan kamera ponsel, sudut cahaya dan bayangan dikontrol dengan baik, membuat Clara dan Wilson terlihat sangat bagus dalam foto itu.

Clara membalik bagian belakang foto dan melihat beberapa baris kata-kata kecil yang ditulis Rudy dengan pena hitam: Ketika bertemu dengannya, aku menjadi sangat sangat rendah, rendah sampai menjadi debu, dan mekar dari debu.( Ini berarti dalam cinta, sikap rendah hati seseorang yang sangat mencintai pria/wanita di depannya, seseorang akan tampak sangat rendah hati, merasa bahwa pria/wanita tersebut sangat baik dan sempurna, dan kemudian dalam hatinya hanya bisa diam-diam mencintai, tidak berani mengungkapkannya. Meskipun demikian, dalam hatinya merasa sangat bahagia dan sukacita.)

Tulisan tangan yang kuat dan elegan. Di kolom paling bawah tertulis nama Rudy.

Seorang lelaki yang kuat dan dingin menyembunyikan foto dia dan anaknya di dompet miliknya, dan di belakang foto itu juga ada tertulis pengakuan perasaan yang penuh dengan kasih sayang.

Walau misalnya hati Clara terbuat dari es, pasti akan langsung dilelehkan olehnya. Clara memegang foto itu, hanya untuk merasakan pandangan matanya perlahan menjadi kabur karena terharu.

Di pintu, staf hotel sudah menunggu lama, mungkin karena terburu-buru. Dia mengetuk pintu dan mendesak Clara.

Clara segera kembali ke akal sehatnya, dengan cepat menyelipkan kembali foto itu kembali ke dalam ke dompetnya Rudy, Clara membawa uang itu ke pintu, menyerahkan kepada staf hotel sebesar 700 ribu, dan berkata sambil tersenyum, "Tidak usah kembalian."

"Terima kasih." Staf hotel itu pergi dengan gembira.

Clara menutup pintu, berjalan masuk ke dalam kamar tidur. Rudy baru selesai mandi dan berdiri bertelanjang dada di ruang tamu.

Rudy menatap dompetnya yang di atas meja teh. Memori Rudy selalu sangat baik. Dia pasti tahu kalau ada yang menyentuh barang-barangnya.

"Aku tidak punya uang tunai, jadi aku pakai uang kamu untuk membayar kiriman makanan tadi." Clara berkata.

"Ya." Rudy menjawab, membungkuk untuk mengambil dompetnya dari meja teh, dan memandangnya dengan santai. Ekspresi wajahnya Clara terlihat sedikit tidak wajar.

Rudy tahu Clara barusan melihat foto itu.

Namun, tak satu pun dari mereka yang mengungkit tentang foto itu.

Ketika Clara membuka kotak makanan satu per satu. Matanya langsung menjadi cerah karena semua itu adalah makanan kesukaan Clara.

Perutnya sudah lama berontak karena kelaparan.

Rudy mengenakan kemejanya dan kemudian duduk di dekat meja makan.

Mereka duduk berhadapan dan makan bersama, Rudy sangat perhatian dan selalu mengambilkan makanan untuk Clara.

"Kapan kamu akan pulang?" Clara bertanya sambil makan.

"Pesawat jam lima." Rudy berkata.

"Oh." Clara mengambil ponselnya dan melihat waktu sudah jam 1:30 siang.

"Kamu bisa tinggal bersamaku sebentar setelah makan." Clara meletakkan ponselnya dan berkata sambil tersenyum.

Rudy menaruh sepotong ikan di mangkuknya Clara, dengan senyum di matanya yang gelap dan nada ambigu bertanya: "Mau ditemani bagaimana?"

Clara melototinya dan menunduk melanjutkan makan. Hanya saja telinganya mulai merah.

Setelah makan, mereka duduk di sofa dan menonton TV bersama.

Ada banyak disk lama di kamar Clara. Akhirnya Clara memilih sebuah film klasik untuk ditonton.

"Ini bagus, Steven Chow "Perjalanan ke barat", ini film generasi kamu."

Rudy : "…....."

Generasi aku? Bukankah mereka dari era yang sama?

Rudy dan Clara bersandar di sofa berdampingan, kepala Clara bersandar di pundaknya Rudy, kakinya bersandar di tepi meja teh, dengan postur malas dan santai.

Film ini hampir dua jam lamanya. Setelah filmnya habis, mata Clara sedikit merah.

"Kamu kok cengeng sekali." Rudy terkekeh dan menghapus air mata di sudut matanya Clara.

"Sungguh menyedihkan." Clara menghela nafas.

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu