Suami Misterius - Bab 875 Tersenyum Seperti Dungu

Barulah Raymond merasa lega, mengulurkan tangan untuk menggendong anaknya.

Dia memeluk anak sambil tersenyum seperti dungu, "Putriku cantik sekali. Putriku, ini ayahmu.”

Mata anak terpejam, kemudian menangis keras, agaknya ia merasa ayahnya ini terlalu bising.

Begitu anak menangis, Raymond langsung panik. Dia membuai anak dengan gerakan kaku, semakin dia membuai, semakin keras tangisan anak.

Clara tidak berdaya, berkata, "Raymond, kamu dan perawat bawa anak kembali ke bangsal dulu. Aku akan menunggu di sini, tidak akan terjadi apa-apa pada Lena."

Raymond dan perawat pun menggendong anak kembali ke bangsal.

Tidak lama setelah Raymond pergi, pintu ruang operasi terbuka.

Dokter dan perawat mendorong Lena keluar dari ruang operasi.

Kesadaran Lena sudah pulih, kondisinya amat baik.

Dia mengulurkan tangan untuk melepas masker oksigen yang terpasang di wajah, lalu memandang sekitar, tapi dia tidak menemukan Raymond, dia pun tidak tahan untuk bertanya, "Di mana suamiku?"

"Dia membawa anak kembali ke bangsal dulu." Jawab Clara.

"Aku masih berada di ruang operasi, dia malah menggendong ‘kekasih kecilnya’ pergi duluan, apakah dia masih mempunyai rasa kemanusiaan? Aduhh, sakit!" Lena hampir bangun dari ranjang karena terlalu emosi, tapi luka di perutnya sepertinya tertarik, dia pun meringis kesakitan dan akhirnya berbaring kembali sambil menggerutu "Setelah lukaku sembuh, aku akan menghajarnya.”

Clara amat canggung, mengikuti staf medis untuk mendorong Lena kembali ke bangsal.

Ketika Raymond melihat istrinya kembali, dia segera menghampiri istrinya dan meraih tangan istrinya, lalu mengucapkan kata-kata manis. Setiap ucapannya berisi pujian terhadap istrinya.

Sekujur tubuh Clara merinding ketika mendengar perkataan Raymond, dia akhirnya pergi karena tidak betah lagi.

Dia meninggalkan rumah sakit, kemudian menerima telepon dari Luna dalam perjalanan pulang. Luna menyuruh Clara untuk pergi ke rumahnya jika ada waktu luang.

Clara mendongak, menyadari bahwa mobil sedang berada di sekitar apartemen Luna, dia pun meminta sopir untuk berhenti di pinggir jalan.

Dia membayar ongkos, berjalan beberapa ratus meter untuk sampai di rumah Luna.

Luna sedang sendirian di rumah, rumahnya sedikit berantakan, ada banyak naskah yang tertumpuk di meja kopi.

Clara sembarangan mengambil salah satu naskah. Naskah yang diambilnya merupakan naskah film aksi yang disutradarai Direktur Huang .

Direktur Huang ini berlatar belakang sebagai instruktur seni bela diri, profesional dalam film aksi. Film yang disutradarainya memang tidak banyak, tetapi semuanya merupakan film yang bagus dan terjual laris.

Clara juga melihat perusahaan pemroduksi naskah film yang diambilnya, ternyata merupakan perusahaan media budaya yang berada dibawah naungan Sutedja Group.

"Film yang diinvestasi Aldio sedang memilih pemeran dan mungkin akan mulai syuting pada akhir tahun ini." Ujar Luna.

“Semua film yang disutradarai Direktur Huang adalah film pria. Apakah kamu mau memilih peran untuk Sora ?” Tanya Clara dengan santai.

"Iya, dia telah melalui audisi dan mendapatkan pemeran pria urutan ketiga. Sora sudah pergi ke ketentaraan untuk mencari pengalaman. Ini adalah pertama kalinya dia mengambil peran di film yang disutradarai direktur ternama, jadi dia amat memandang penting peran ini." Setelah Luna selesai berbicara, dia menunjuk ke naskah dengan serius.

"Aku rasa pemeran utama wanita film ini sangat cocok untukmu, apakah kamu mau mempertimbangkannya? Lagipula film ini diinvestasi oleh Aldio, berarti termasuk punya suamimu juga. Jika kamu menginginkan peran ini, tidak ada yang bisa merebutnya darimu."

Clara secara naluriah menggelengkan kepala, "Aku sudah berencana untuk pensiun, tidak mau berakting lagi.”

“Nona besarku, kamu baru saja berusia 20-an, apakah kamu benar-benar mau pensiun. Apakah kamu tidak takut kamu akan kebosanan hingga mengidap penyakit.” Luna tak berdaya.

"Siapa bilang aku bosan, aku sangat sibuk. Aku harus mengantar Wilson ke sekolah setiap hari. Aku juga harus menemaninya mengerjakan tugas sekolah dan bermain dengannya. Aku juga harus belajar memasak bersama Sus Rani. Selain itu, aku sedang belajar membuat kue baru-baru ini. Aku sangat sibuk, tahu?"

Clara baru saja mencoba memanggang biskuit kemarin, tapi biscuit hasil panggangnya gosong.

"Aku menyarankanmu untuk mempertimbangkannya lagi. Film ini benar-benar sangat bagus dan kesempatannya sangat langka. Wanita harus cermat dalam mengambil keputusan untuk menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Dengan membatasi lingkaran sosial di dalam rumah, lingkaran sosialmu hanya akan menjadi semakin kecil. Perlahan-lahan kamu akan keluar dari lingkaran masyarakat, kesenjangan antara kamu dan Rudy pun akan membesar. Pada akhirnya, kalian mungkin akan kehabisan topik yang bisa dibicarakan bareng. Ini adalah masalah yang terjadi pada semua ibu rumah tangga penuh waktu. Kamu harus mempertimbangkannya dengan baik."

Clara mengangkat-angkat bahu, tidak berkomentar.

Luna gagal membujuknya, menghela nafas dengan tak berdaya. Kemudian, keduanya hanya membicarakan topik santai.

Luna sekilas melihat jam, dia hendak pergi menjemput Tintin. Clara pun mengambil kesempatan ini untuk memamitkan diri.

Clara pulang ke rumah dengan taxi.

Begitu memasuki pintu, terlihat rak lukis yang berdiri di depan jendela ruang tamu.

Rudy sedang menemani Wilson melukis, pemandangannya tampok harmonis dan menghangatkan hati.

“Ibu!” Wilson meletakkan kuas dan merentangkan kedua tangan begitu melihat ibunya pulang, menyergap langsung ke dalam pelukan Clara.

Clara menendang sepatu hak tinggi di kakinya, menggandeng putranya kembali ke rumah dengan kaki telanjang.

Rudy berjalan ke rak sepatu, mengambil sepasang sandal wanita dari rak, membungkuk dan meletakkannya di bawah Clara, "Pakai dulu sandalnya."

Clara dengan patuh mengenakan sandal, berkata, "Lena melahirkan seorang anak perempuan gemuk, bobotnya 4 kiloan, lebih berat hampir sekilo dari Wilson."

Rudy mengangguk sambil tersenyum sebagai tanda dia telah mengetahui itu. Raymond telah memberi tahu semua teman dan kerabat, bagai ingin mengumumkan ke seluruh dunia bahwa dia telah memiliki seorang anak perempuan. Dia bahkan tidak segan-seganya meminta amplop merah untuk anak perempuannya itu.

“Kenapa baru pulang?” Rudy bertanya lagi.

“Oh, aku pergi ke rumah Luna.” Jawab Clara.

“Ada pekerjaan?”

"Tidak, hanya pergi ke rumahnya untuk duduk.” Clara menjawab dengan santai, kemudian berjalan ke rak lukis bersama Wilson.

Tugas yang diberikan guru seni bertema 'Ibu'. Kanvas baru saja terisi kasaran karakter, rambut panjang, dagu runcing, mata besar, dan senyuman lembut.

Clara berpikir ternyata kesannya di benak putranya adalah seperti ini, kelihatannya cukup bagus.

Lukisan Wilson baru terselesaikan setengah, ketika semuanya selesai, langit di luar jendela dari lantai ke langit-langit sudah sepenuhnya gelap.

Sus Rani membawa Wilson kembali ke kamar untuk mencuci muka dan gosok gigi, Rudy dan Clara masih duduk di sofa ruang tamu untuk menonton TV.

Clara sedang mengejar film yang populer akhir-akhir ini. Rudy mulai menemani Clara menonton film itu dari pertengahan, jadi banyak adegan yang tidak dimengertinya. Clara menjelaskan kepada Rudy, penjelasannya jelas dan hidup.

Sebenarnya Luna pernah menunjukkan naskah film ini padanya. Namun, pada saat itu Fanfan terluka, semua perhatiannya terfokus pada anak. Pada saat itu pula dia memutuskan untuk keluar dari industri hiburan sehingga dia pun tidak mengambil bagian dalam film ini.

Pada saat itu, Luna yakin film ini akan populer.

Benar saja, film ini langsung populer sejak disiarkan. Popularitas pemeran utama wanita film ini juga meningkat drastis, sudah hampir setara dengan aktris lini pertama.

Clara tidak menyesal tentang hal ini. Bagaimana pun hidup adalah pilihan, setiap pilihan mempunyai manfaat dan pengorbanan tersendiri.

Tapi Rudy sepertinya merasa sayang untuknya. Dia merentangkan lengan untuk merangkul bahu Clara, berkata dengan berpura-pura santai, "Aku mendengar bahwa peran ini seharusnya diambilmu."

“Kamu dengar dari siapa, tidak dapat dipercaya.” Clara menyandarkan kepalanya di bahu Rudy.

Bibir Rudy melengkung, tersenyum lembut, "Clara, kamu masih muda, kamu tidak perlu mengurung dirimu di rumah, kamu bisa mencoba untuk menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga. Aku mendengar dari Aldio bahwa ada sebuah peran film baru yang cocok denganmu, waktu syuting film itu juga tidak akan terlalu lama, kamu harus mempertimbangkannya. "

Clara tersenyum setelah mendengarkan perkataan Rudy, dagu mengusap bahunya. "Kamu mendengar banyak hal."

Rudy menatapnya dengan lembut, tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Novel Terkait

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu