Suami Misterius - Bab 322 Rina Merasa Dikalahkan

“Memang benar sekali.” Tampak senyum bersemangat di wajah Wulan yang jarang terlihat, “ Wini ini bilangnya ke sini untuk menjaga Nenek Santoso. Tetapi dia sangat rajin sekali memperlihatkan wajahnya di depan Tuan Yanto, membawakan teh, menuangkan air dan juga bicara dengan sangat baik sekali kepada tuan. Beberapa ucapan yang diungkapkannya saja bisa membuat Tuan Yanto tertawa senang sekali. Tapi dia malah membuat ekspresi wajahnya tampak seperti seorang pemalu dan mengatakan kalau dirinya bodoh sampai selalu membuat Tuan Yanto menertawakannya.”

“Nenek Santoso ini berarti berniat untuk memberikan istri muda kepada ayahku ya.” kata Clara santai. Memasukkan seorang wanita muda yang menarik ke sini, tujuannya sudah bisa terlihat jelas sekali.”

Kelihatannya, Rina dan kedua anaknya kali ini berhasil membuat Nenek Santoso sangat marah. Dan Nenek Santoso sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk menyerang mereka. Apalagi, Nenek Santoso yang biasanya tidak melakukan pergerakan apa-apa, tapi sekali bergerak dan menyerang langsung sangat mengejutkan semuanya.

“Bagaimana dengan Rina? Kalau tidak melakukan apapun, itu bukanlah gaya Rina.” Tanya Clara lagi.

“Nyonya Rina, sudah sering sekali diam-diam mencari masalah untuk Wini. Tapi kalau menurut pengawasanku, Wini yang kelihatannya di luarnya biasa saja padahal sebenarnya dia sangat licik dan punya banyak perhitungan. Dia biasanya berpura-pura lemah lembut di depan Tuan Yanto, berpura-pura kasian. Tuan Yanto juga tidak pernah mengucapkan kata-kata kasar ataupun memarahinya dan wajahnya selalu saja begitu senang sekali. “

Berpura-pura lemah lembut serta kasian. Bukannya trik ini adalah trik terbaik yang biasa dilakukan Rina dan kedua anaknya. Kelihatannya sudah ada seseorang yang kuat di dalam orang yang kuat juga ini. Rina kali ini bertemu dengan lawannya.

Sekarang, adalah yang dimaksud Rudy, ‘Meminjam kekuatan lain untuk mengerahkan kekuatan lainnya’. Nenek Santoso berhadapan dengan Rina. Dan Clara sendiri hanya duduk saja mengawasi mereka.

Selesai ganti baju, Clara dan Wulan turun untuk makan bersama-sama di bawah.

Di ruang makan, sudah ada beberapa orang yang telah duduk di sana.

“Maaf, aku datang terlambat.” Setelah minta maaf, Clara pun duduk di bangkunya sendiri.

Wini mengambilkan satu mangkok nasi putih dan memberikannya kepada Clara, "Nona besar datangnya tidak terlambat kok. Nenek Santoso juga baru saja duduk.”

Setelah Wini menyanjung Clara, lalu dia melanjutkan ke samping meja mengambil nasi untuk yang lainnya.

Nenek masih belum mulai makan, tapi malah berkata kepada Clara, “Bibimu ini sangat giat dan rajin sekali.”

Mendengar ucapan Nenek Santoso, Yanto pun langsung menyuruh Wini untuk ikut duduk, “ Wini, sudah jangan sibuk sendiri. Ayo duduk dan makan bersama-sama.”

Wini dengan wajah malu duduk di bangku paling belakang. “Aku sudah terbiasa kok. Kakak sepupu, kalau ada sesuatu yang kamu perlukan kamu bisa memanggilku.”

Selesai bicara, dia pun mengambil sumpit bersih dan mengambilkan daging ayam lalu diberikan ke Nenek Santoso. Lalu mengambilkan daging ikan ke piring Yanto.

Hanya saja, Rina langsung mengambil kembali daging ikan yang diambilkan Wini untuk Yanto.

“ Wini, kamu baru datang ke rumah ini mungkin kamu masih belum tahu jelas. Yanto tidak suka makan daging perut ikan.” Rina tersenyum tapi terlihat sekali dia seolah menyindir Wini terlalu ikut campur.

Wini pun langsung jadi canggung dan merapatkan bibirnya, matanya memerah, air mata pun menetes dari matanya. Lalu dengan wajah kasian dan suara serak terisak.

“Maaf, kakak sepupu, aku, aku tidak tahu ini.”

“Kamu baru saja datang jadi wajar kalau banyak hal yang masih belum kamu tahu di keluarga ini. Nanti kalau sudah lama di sini, kamu pasti terbiasa dan tahu dengan sendirinya.” Yanto mencoba menenangkannya. Yanto pun mengalihkan tatapannya dan memenatap tajami Rina seolah sedang menyalahkan Rina, tidak ada masalah tapi malah cari masalah.

Walaupun Rina tidak mengatakan apapun, tapi ekspresi wajahnya sudah tidak sangat baik. Dia sudah melayani Keluarga Santoso selama bertahun-tahun. Lalu sekarang tiba-tiba mau digantikan oleh wanita yang baru datang. Aneh sekali jika dia tidak marah.

Sedangkan Elaine tidak sesabar Rina. Dia pun berteriak ke Wini di depan semua orang, “Ibuku kan tidak mengataimu apa-apa. Kamu berpura-pura kasian itu mau diperlihatkan ke siapa hah!”

“Aku, aku, maaf semuanya salahku. Sampai membuat nyonya dan nona marah.” Wini pun dengan hati-hati meletakkan sumpitnya lalu berdiri di tempatnya. Dia menundukkan kepala dan mulai menangis meneteskan air mata.

Kemampuan menangis sesuai keinginan ini benar-benar membuat Clara cukup kagum. Sering kali berlagak seperti wanita lemah, polos dan lembut adalah senjata terbaik untuk wanita. Ini memperlihatkan kalau Wini menggunakan senjata ini di waktu yang sangat tepat, jadi tidak aneh kalau Rina merasa dikalahkan dan marah.

“Elaine, bagaimana cara bicaramu bisa begini sih! Sama sekali tidak berpendidikan. Bibimu ini tetuamu sendiri.” Kata Yanto dengan dingin memarahi Elaine.

Elaine tidak terima, “Tetua apanya, hanya seorang kerabat jmiskin yang memanfaatkan hubungan kekerabatan untuk keuntungan dirinya saja!”

Baru saja Elaine menyelesaikan ucapannya, dia pun langsung mendengar ‘Bruakkk’ Nenek Santoso melemparkan sumpit di tangannya. Wajahnya memerah marah dan langsung menatap tajam ke Rina dan anaknya, “Apa kamu juga menganggapku kerabat miskin yang juga memanfaatkan hubungan kekerabatan untuk mendapatkan keuntungan. Kamu begitu inginnya mengusir kami keluar dari sini! Aku beritahu kalian ya. Keluarga ini masih bermarga Santoso, Kalian marga Muray tidak perlu sampai ikut campur.”

Elaine tersedak sampai tidak bisa berkata-kata dan tampak kebingungan.

Rina pun berusaha menyelamatkan martabat mereka berdua, “Elaine, kamu kenapa bisa tidak sedewasa ini sih. Cepat sana minta maaf kepada bibimu. Kamu ini kelihatannya terlalu dimanja oleh Andika ya. Sudah lebih baik kamu segera menikah saja agar tidak memperburuk keluarga kita lagi.”

Rina bisa dibilang orang yang cerdas dan licik, di saat seperti ini jika pindah ke Andika maka Yanto bisa mengambil uang dua milyar rupiah yang diberikan Andika untuk Elaine. Baru hangat-hangatnya, jadi mana mungkin langsung membalikkan wajah dan pura-pura tidak mengenalkan.

“Bicara seperlunya saja. Enak-enak makan kok. Benar-benar menghilangkan kesenangan saja.” Wajah Yanto muram, dia pun mengambil sumpitnya lagi dan lanjut makan.

“Clara, ikan krispi dan Braised beef ball dengan saus, ini semua adalah makanan kesukaanmu. Bibi Rina mu yang memasaknya sendiri, makanlah yang banyak.” Yanto mengambilkan ikan dan menaruhnya di mangkok Clara.

“Terima kasih Bibi Rina.” Kata Clara tersenyum.

Wini sudah kembali duduk di bangkunya. Dia mengambil sumpitnya kembali dan menundukkan kepalanya melanjutkan makannya. Dia seolah seperti istri muda yang baru saja dimarahi.

Clara makan sambil mengawasi semua respon dan pergerakan yang lainnya di meja makan ini.

Hawa keberadaan Wini sangat kecil. Dia tidak berkata apapun, tapi terkadang dia mengangkat pandangan matanya dan diam-diam melirik ke Yanto. Tatapan matanya tampak begitu kasian tapi tampak begitu indah.

Setelah setiap kali Yanto dan dia bertatap mata, ekspresi wajahnya tidak wajar.

Rina juga tidak buta, dia bisa melihat Yanto dan Wini dari tadi saling melirik. Rina marah dan mengeratkan kepalan tangannya, ekspresi di wajahnya sudah kesal dan lemas.

Elaine tidak sesabar ibunya, dia pun dengan marahnya membanting sumpitnya lalu memalingkan wajah dan pergi.

Nenek Santoso melempar kemarahannya kepada Rina, dia berkata dengan kasar dan sinisnya, “Sama-sama anak dari Yanto, Clara dididik begitu baik oleh Evi sehingga begitu baik dan berbakti. Coba lihat anak yang kamu lahirkan itu, sama sekali tidak punya sopan santun dan seperti tidak berpendidikan. Wajahnya saja mirip sekali dengan rubah kecil yang suka menggoda pria milik orang lain.”

“Ibu.” Yanto tiba-tiba memotong ucapan Nenek Santoso. Ucapan Nenek Santoso itu membuat Yanto malu karena bagaimana pun dia dulu juga adalah pria yang digoda dan tergoda.

Makan malam yang selesai dengan tidak menyenangkan.

Clara kembali ke kamarnya lalu ganti baju dan bersiap untuk pergi. Dia sama sekali tidak ingin lebih lama lagi tinggal di keluarga dan rumah yang kacau ini.

“Aku dan Melanie besok sore harus terbang lagi ke Kota W. Kira-kira masih ada syuting dua bulanan, nanti kalau aku sudah kembali, aku akan mengunjungimu lagi.” kata Clara kepada Wulan.

“Kalau keluar, jaga diri baik-baik. Sekarang cuaca semakin dingin hari demi hari. jadi jangan lupa untuk menghangatkan diri. Makanan juga jangan sembarangan, kurangi makanan instan yang tak bergizi, perbanyaklah makan sayuran dan buah....” Wulan menasehati terus tanpa berhenti. Jika bukan karena ketukan pintu dari luar, entah sampai kapan Wulan akan bicara.

Clara membuka pintunya, dia tidak menyangka dia melihat Wini yang sedang berdiri di luar pintu.

Wini memegang nampan di tangannya. Di nampan itu ada piring yang di atasnya terdapat Sandwich dan juga ada susu.

“Aku lihat nona tidak terlalu banyak makan malamnya jadi aku khusus membawakan cemilan malam untuk nona.” Wini tersenyum ramah.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu