Suami Misterius - Bab 508 Kalian Berciuman Lagi

Demian Sutedja tersenyum lamban, lalu berkata kepada Hyesang :”Kamu jangan begitu memanjakan dia, nanti jadi kebiasaan.”

“Di rumah Sutedja kita ini hanya ada seorang puteri saja, tidak memanjakan dia mau memanjakan siapa lagi.” Hyesang berkata dengan nada tidak peduli.

Pada saat Wenwen dilahirkan, Hyesang baru saja berumur belasan, anak laki-laki yang belum dewasa, merasa tertarik ketika melihat bayi yang begitu kecil. Sehingga hubungan paman dan keponakan ini selalu baik.

Lagi pula, cara membesarkan anak laki-laki tentu saja berbeda dengan cara membesarkan anak perempuan. Anak laki-laki harus belajar mandiri, sementara anak perempuan tentu saja harus dimanjakan.

“Begitu suka memanjakan anak kecil, kamu cepat menikah dan memanjakan anak sendiri saja, selagi kesehatan tubuhku masih baik, masih bisa bantu kamu menjaganya.” Tary Cut membuka mulut tepat pada waktunya.

Namun setelah itu, suasana menjadi kaku dalam waktu seketika.

Wajah tampan Hyesang yang masih tersenyum sebelumnya, menjadi tidak berekspresi sama sekali.

Dimas Sutedja menyadari kejanggalan, langsung meletakkan koran di tangannya, melirik istri di sampingnya, dan menatap lagi ke arah anak bungsunya dan berkata :”Hyesang, benar kata ibumu. Umurmu juga tidak muda lagi, sudah harus berkeluarga. Rumah tangga yang stabil juga sangat membantu pada citra karirmu, lagi pula, kamu seorang lelaki, juga membutuhkan seorang wanita lembut yang menjagamu.”

Dimas Sutedja selesai berkata, tatapannya langsung jatuh ke tubuh Seika, menantu besarnya ini memang belum tergolong sempurna, tetapi pada dasarnya tetap saja memuaskan hati.

“Kamu lihat kakak iparmu, beberapa tahun ini betapa tenteramnya kehidupan abangmu karena perhatiannya. Jadi abangmu baru bisa fokus bekerja, tidak perlu mengkhawatirkan apapun.”

“Benar kata ayah.” Hyesang selesai mendengarnya, malah menurutnya dengan tanpa emosi. “Aku juga tidak bermaksud tidak menikah selamanya, hanya saja, istriku tetap saja harus orang yang aku sukai. Ayah ibu, menurut kalian Ahyon bagaimana ?”

Tary Cut mendengarnya, hampir saja tidak bisa menahan emosinya, dan hampir melontarkan kalimat ‘Ahyon tidak bisa', akan tetapi, kata-kata yang hampir dilontarkan, telah ditelan kembali ke dalam mulutnya, dia khawatir kalau Hyesang akan terus bertanya alasan tidak bisa menerima Ahyon.

Reaksi wajah Tary Cut sangat suram, untung saja ada Demian Sutedja yang meredakan suasananya, “Kamu mau menikah juga harus lihat orangnya mau apa tidak, jangan heboh sendiri di sini.”

Demian Sutedja selesai berkata, akhirnya tertutup juga topik pembicaraan ini.

Setelah itu, semua anggota keluarga dengan jarangnya dapat berkumpul dan makan siang bersama.

Setelah selesai makan, Demian Sutedja dan Seika sudah akan berangkat kerja.

Sebelum Demian Sutedja keluar dari rumah, dia mengingatkan pada Hyesang agar dapat mengawasi Wenwen untuk menyelesaikan tugas sekolahnya.

Wenwen berada di dalam kamarnya, sedang duduk di kursi untuk menyelesaikan tugas matematika, Hyesang duduk di sampingnya, dengan gaya kebosanan dan sambil bermain ponselnya.

Wenwen baru mengerjakan sebagian, sudah mulai menggigit pensilnya.

“Sudah selesai ?” Hyesang bertanya.

“Paman muda, soal yang ini aku tidak bisa.” Wenwen memberikan buku ke hadapannya.

Hyesang melirik sekilas, “Ini gampang, paman muda mengajari kamu.”

Hyesang mengambil pensilnya, dan menghitung dengan cepat di atas bukunya. Dengan cepatnya sudah menyelesaikan soal tersebut.

“Paman muda, ini, ini, sama soal ini, Wenwen tidak bisa semua.” Wenwen mengedipkan sepasang bola matanya yang polos.

“Semuanya tidak bisa ? Bagaimana kamu sekolahnya ! Apa perlu telepon kasih ibumu, suruh dia pulang mengajari kamu saja ?” Hyesang mengangkat alis, tersenyum senang dan berkata.

Wenwen mencibirkan bibir, lalu menunduk dan terus mengerjakan tugasnya. Setelah menyelesaikan soal terakhir, dia langsung menutup bukunya.

“Paman, Wenwen sudah siap buat tugas, kita boleh keluar main dulu ?”

“Kamu mau main ke mana ?” Hyesang melirik jam tangannya, rapatnya di sore ini, sehingga waktunya masih mencukupi.

Namun Wenwen malah mengulurkan tangan untuk menopang pipinya, lalu berkata dengan nada mengeluh, “Aku mau belanja, betapa bagusnya seandainya tante Ahyon ada di sini, dia paling hebat menilai barang.”

“Kamu kangen dengan tante Ahyon ya ?” Hyesang bertanya santai, namun pemikirannya telah muncul sebuah ide yang bagus.

“Iya, aku sudah lama tidak pernah jumpa dengan tante Ahyon, tante Ahyon paling suka sama Wenwen , dia dulu masih pernah membuatkan rok yang cantik untuk Wenwen .” Wenwen berkata dengan tampang tidak senang.

Ahyon adalah seorang desainer, sangat hebat dalam berpakaian. Dulu dia sering merias Wenwen bagaikan seorang puteri. Wenwen juga menyukai tante Ahyon yang cantik ini.

“Kalau begitu kamu mau pergi cari tante Ahyon ?” Hyesang mengangkat alis.

“Mau.” Wenwen mengangguk kepalanya.

“Bagus, kalau begitu paman bawa kamu pergi cari tante Ahyon.” Hyesang langsung berdiri dari kursi, membawa keponakannya keluar dari rumah.

Mobil Mercedes hitam milik Hyesang berhenti di depan gedung perkantoran GR Group, mobil pemerintah, tentu saja tidak ada yang berani menghalanginya, sehingga dia bisa masuk ke kantor GR dengan lancar.

Departemen desain berada di lantai tiga pada gedung perkantoran ini, Ahyon sebagai desainer utama, ada ruangan kerja tersendiri.

Wenwen berdiri di depan pintu ruangannya dan mengetuk pintu, terdengar suara datar yang berasal dari dalam, “Silakan masuk.”

Wenwen bermain mata dengan Hyesang yang berdiri di belakangnya, setelah itu, mendorong pintu dan masuk ke dalam.

Di dalam ruangan, Ahyon sedang membaca dokumen, ketika melihat Wenwen , tatapannya penuh dengan kekagetan. “ Wenwen , kenapa kamu pula ?”

“Tante Ahyon, aku kangen sekali sama kamu.” Wenwen berjalan menghampiri, dan memberikan sebuah pelukan yang dalam kepada Ahyon.

Ahyon juga merasa senang bisa bertemu dengan Wenwen , dia meletakkan dokumen di tangannya, lalu tersenyum lembut dan bertanya :” Wenwen kenapa bisa datang, ada perlu sama aku ?”

“Tante Ahyon, kamu boleh temani Wenwen belanja ?” Wenwen terus memohon pada Ahyon.

Tangan Ahyon hampir patah karena terus digoyangnya, sehingga hanya bisa tersenyum dengan tidak berdaya, “Ayo, temani kamu.”

Ahyon meletakkan dokumen di tangan, dan berjalan keluar ruangannya bersama Wenwen , sambil jalan sambil bertanya, “Kamu datang ke sini, ayah sama ibumu sudah tahu ?”

Kata-kata Ahyon baru saja selesai dilontarkan, sudah melihat Hyesang yang lama menunggu di depan pintu.

Dia menyandar di satu sisi dinding, satu tangannya memasukkan ke dalam saku celana, satu tangannya lagi menjepit sebatang rokok yang sedang menyala, dia sedikit memejamkan matanya, gayanya terkesan malas dan santai.

Ketika Ahyon melihatnya, jelasnya terbengong sejenak, dengan refleksnya tidak menggerakkan langkahnya lagi.

Namun Wenwen malah langsung menarik lengannya, dia menarik dirinya dan terus berjalan ke depan. “Paman muda hari ini jadi supir kita.”

Hyesang membawa mobil sendiri, membawa mereka ke mall yang sering dikunjungi pada sebelumnya, di dalam mall dipenuhi oleh toko yang menjual barang merek besar di luar negeri, tentu saja juga termasuk pakaian GR.

Pada lantai satu di mall tersedia berbagai macam restoran, kafe, dan juga toko minuman dingin.

Ketika mereka bertiga berjalan melewati toko minuman dingin, Wenwen menunjuk es krim yang tertata di sekitar kasir dan berkata, “Paman muda, aku mau makan es krim.”

“Baik.” Hyesang mengangguk, melangkahi kakinya ke arah kasir.

Sedangkan Wenwen juga menarik tangan Ahyon, dan duduk di tempat kosong pada toko minuman ini.

Setelah itu, Hyesang kembali dengan membawa dua es krim, satunya yang rasa stroberi diberikan kepada Wenwen , dan satunya lagi yang rasa coklat diberikan ke hadapan Ahyon.

Wenwen menyendok es krim, lalu tersenyum penuh kepuasan.

Hyesang menoleh ke arahnya, lalu bertanya dengan santai, “Enak ?”

“Enak sekali.” Wenwen terus mengangguk kepalanya, lalu menyendok satu sendok es krim dan ingin menyuap padanya.

“Aku tidak makan rasa stroberi.” Hyesang memiringkan kepala dan berkata.

“Oh.” Wenwen meletakkan kembali sendoknya, lalu mengulurkan tangan untuk mengambil sendok Ahyon dan menyuap kepada Hyesang.

Hyesang tersenyum dan menggigit sendoknya, reaksinya penuh dengan keriangan.

Sementara Ahyon melihat sendoknya sendiri sedang digigit oleh Hyesang, telinganya menjadi merah karena malu, dia sama sekali tidak berhasil mengelabui kecanggungan di wajahnya.

“ Wenwen , kamu mana boleh memberikan sendok bekasku untuk dipakai pamanmu, ini tidak bersih.” Ahyon berkata dengan serius.

“Tetapi, dulu kalian juga sering pakai satu sendok, kalian berciuman lagi.” Wenwen mengedipkan matanya dengan kebingungan, lalu berkata dengan ekspresi polos.

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu