Suami Misterius - Bab 1037 Melakukan Lamaran

Clara mengambil pembalut yang ada di lantai, karena sudah terkena debu, tidak bisa digunakan lagi, dia membuangnya ke tong sampah yang ada di samping. Kemudian, mengulurkan tangan menepuk bahu Honey.

“Gadis bodoh, masalah sekecil ini apakah perlu menangis sampai seperti ini. Hanya saja, kali ini belum hamil, bukannya tidak bisa hamil lagi.”

Honey penuh air mata, berkata dengan suara terisak-isak: “Aku tidak tahu harus bagaimana memberitahunya, aku khawatir dia tidak bisa menerimanya. Aku……”

Clara mendengarnya, lalu menggeleng dengan pelan "Aldio tidak selemah seperti apa yang kamu bayangkan, tidak mungkin sampai tidak bisa menerima hal sekecil ini. Kamu terlalu peduli, sehingga baru mempermasalahkannya. Honey, segera cari waktu untuk memberitahu semua ini padanya, ini hanya sebuah kesalahpahaman saja. Jika kamu terus menyembunyikannya, maka benar-benar akan menimbulkan kecurigaan bahwa ada unsur penipuan pernikahan.”

“Aku tidak hamil, apakah dia masih akan menikah denganku?” Honey berkata dengan suara rendah, terdapat kebimbangan dan kegelisahan dalam suaranya.

“Sebenarnya kamu tidak percaya pada diri sendiri, atau tidak percaya pada Aldio? Aldio yang aku kenal, tidak mungkin hanya demi seorang anak baru mau menikah denganmu, dia pasti mencintaimu. Jika, dia membatalkan pernikahan hanya karena kamu tidak hamil, maka pernikahan ini tidak dilaksanakan juga bagus, seharusnya kamu merasa beruntung.”

Honey mendengarnya, ragu-ragu sejenak, lalu mengangguk.

“Cuci mukamu dulu, ayo, kita kembali saja.” Clara berkata.

Honey mengangguk, berjalan ke wastafel, membersihkan wajah, lalu merias wajahnya lagi, ikut dengan Clara kembali ke ruang pribadi.

“Kenapa? Tangan begitu dingin, siapa yang mengganggumu?” Aldio menarik tangan Honey, telapak tangan yang hangat menutup tangan kecilnya yang dingin.

“Tidak apa-apa.” Honey menggeleng, secara tidak sadar menarik tangan dari telapak tangannya.

Aldio juga tidak terlalu peduli, mengangkat sup panas yang ada di atas meja "Sup sarang walet merah yang dipesan khusus untukmu, minum selagi masih hangat, jika sudah dingin tidak enak lagi.”

“Aku tidak berselera makan.” Honey merasa mual begitu mencium aroma sarang burung walet.

“Sayang, patuh ya, kamu tidak ingin minum, tapi putra kita ingin meminumnya.” Aldio mengangkat cangkir sup, mengambil sendok, langsung menyuapinya.

Honey menggigit bibirnya, sedikit gegabah mengatakan: “Aldio, aku tidak……”

”Honey.” Clara tepat waktu bersuara menghentikannya. Gadis ini sungguh terlalu gegabah, walaupun dia ingin berkata jujur, juga tidak boleh mengatakannya di depan orang banyak, ini adalah tempat umum, muka Aldio mau di taruh di mana.

“Honey, sarang burung walet ini sangat manis, kamu coba. Ada masalah apa, tunggu pulang ke rumah baru dibicarakan.”

Tatapan mata Honey agak menghindar, sedikit kaku membuka mulut memakan sarang burung walet yang diberikan Aldio untuknya.

Rudy memalingkan wajah melihat Clara, mata hitam yang dalam sedikit menyipit, seperti memikirkan sesuatu. Tatapan Clara bertemu dengan tatapannya, hanya sedikit tersenyum, termasuk sudah saling memahami antara satu sama lainnya.

Makan bersama, selain selingan singkat tadi,selanjutnya penuh canda dan tawa.

Setelah selesai makan, Rudy dan Clara pergi dengan mengendarai mobil. Raymond mengantar Lena ke rumah sakit, malam ini dokter Tahar yang shift malam. Dan Aldio mengantar Honey pulang ke rumah.

Mobil berhenti di depan villa kediaman Verome.

Honey melepaskan sabuk pengaman di tubuhnya, tapi lama sekali tidak turun dari mobil.

“Kenapa? Tidak rela aku pergi?” Aldio mengangkat alis tajamnya dengan nakal, wajah tampan mendekat ke samping Honey, mengecup pipinya sejenak.

Honey menurunkan bulu matanya yang panjang, agak ragu-ragu, baru saja mau bicara, tapi Aldio terlebih dulu bicara.

“Apakah besok sibuk?” Aldio bertanya.

Honey menggeleng, sekarang kedua belah pihak sedang sibuk masalah pernikahan, semua pekerjaannya juga sudah ditolak.

“Eng, kalau begitu besok suruh supir datang menjemputmu. Aku ada acara.” Aldio berkata sambil tersenyum, penuh tampang misterius.

“Ada acara apa?” Honey merasa tidak mengerti dan bertanya.

“Rahasia.” Aldio berkata.

Honey tidak bertanya lagi, menganggukkan kepala, berkata "Kebetulan, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, kalau begitu besok sekalian katakan saja.”

Honey selesai bicara, membuka pintu dan keluar dari mobil. Berjalan ke dalam villa tanpa membalikkan kepala.

Sepanjang malam, Honey berguling-guling, keesok paginya saat bangun, kedua kantong matanya hitam sekali.

Dia membersihkan diri seadanya, bahkan tidak ada suasana hati untuk merias wajah, langsung pergi begitu saja.

Supir Aldio yang datang menjemputnya, supir penuh hormat membukakan pintu, mempersilahkan Honey masuk ke mobil.

“Nona Honey, mohon kamu mengenakan sabuk pengaman.” Supir berpesan.

Mobil melaju dengan sangat stabil, kecepatan mobil juga tidak cepat, tidak guncang sedikit pun, pada akhirnya berhenti di sebuah hotel kelas atas.

Supir menghentikan mobil dengan stabil, membuka pintu mobil,dengan hormat mempersilahkan Honey turun dari mobil.

Honey berdiri di depan tangga hotel, ekspresi di wajah kebingungan "Di mana Aldio?”

Honey menggunakan sepatu hak tinggi berjalan ke atas tangga, di bawah kaki ada karpet merah yang panjang sekali, di atas karpet bertaburan kelopak bunga warna warni.

Honey berjalan di karpet merah yang bertaburan kelopak bunga, sepanjang jalan menuju ke lantai atas.

Saat berbelok di sudut tangga, di depan tiba-tiba berubah menjadi luas dan cerah. Pintu melengkung, balon, bunga segar, dan udara penuh dengan wangi bunga yang kuat.

Aldio mengenakan setelan jas resmi warna putih, berdiri di tengah bunga segar, sedang tersenyum memandangnya.

Honey tertegun di tempat, dirinya benar-benar berada dalam keadaan bingung.

Aldio tersenyum lembut, berjalan ke hadapan Honey, mengulurkan tangan meraih tangan kecilnya yang agak dingin "Meskipun hari pernikahan kita sudah ditentukan, tapi aku merasa, tetap harus melakukan acara lamaran……waktu agak terdesak, hanya bisa diatur seperti ini, apakah puas?”

“Aldio……” Bibir tipis Honey bergerak pelan, baru saja mengucapkan namanya, suara sudah terisak.

Dan Aldio sudah berlutut dengan satu kaki, membuka kotak cincin, di dalam kotak adalah cincin berlian berkilau bentuk kepingan salju.

“Nona Honey, apakah kamu bersedia menikah denganku?”

Honey menatapnya dalam-dalam, kabut di dalam mata perlahan menjadi air mata, butiran air mata satu demi satu, terus menetes mengikuti sudut matanya.

Dia terus menangis, semakin menangis semakin hebat, tangisannya membuat Aldio merasa panik.

Dia berdiri dari lantai, merangkulnya ke dalam pelukan, sedikit tidak tahu harus bagaimana, tergesa-gesa membantunya menyeka air mata. “Kenapa menangis hingga seperti ini? Apakah tidak ingin menikah denganku? Atau terlalu terharu, terharu hingga menangis sejadi-jadinya?”

Honey membenamkan kepala ke dalam dadanya yang luas dan hangat, tubuhnya gemetaran sekali. Semakin Aldio seperti ini, semakin menanggapi masalah ini dengan serius, dia semakin menderita.

Honey terisak agak lama, baru menghentikan suara tangisannya.

Dia mengangkat wajah, memandangnya dengan mata yang kabur oleh air mata, terdiam lama sekali.

“Kenapa?” Aldio dengan lembut menggunakan jari-jari panjang menyeka air mata di pipinya.

Honey menggigit bibir, terisak sambil mengatakan: “Perutku sakit.”

“Kenapa sakit perut? Apakah ada yang tidak baik dengan bayi? Mau pergi ke rumah sakit?” Wajah Aldio gugup sekali, penuh kekhawatiran bertanya.

Air mata Honey terus mengalir tanpa henti, suara sangat serak "Aku nyeri haid biasa, Aldio, aku tidak hamil.”

Jelas sekali Aldio tercengang, mungkin seketika tidak bisa meresponnya.

Honey melihat dia tidak bicara, tangan yang ada di samping tubuh perlahan mengepal erat "Aldio, aku tidak hamil, hanya sebuah kesalahpahaman saja. Jika, kamu ingin membatalkan pernikahan, sekarang masih sempat.”

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu