Suami Misterius - Bab 557 Masuk Dari Pintu Belakang Dengan Terbuka

Setelah Rahma selesai berbicara, dia sepertinya menyadari bahwa dia telah terlalu banyak bicara, ia lalu berkata, “Sudah terlalu malam, aku dan Gevin tidak ingin mengganggu lebih lama lagi.”

Clara mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan dalam lalu menjawab : “Hati-hati dijalan, aku tidak mengantar.”

Rahma dan Gevin keluar bersama dari apartemen.

Di lift, Rahma menghela nafas tidak berdaya, “Sepertinya aku telah mengatakan hal yang salah lagi, dan aku tidak tahu apakah Clara akan salah paham atau tidak.”

“Kamu mengingatkannya untuk memberi obat pada paman kecil adalah niat baik. Kalau hatinya begitu sempit, jika ia ingin salah paham, biarlah ia salah paham.” Gevin berkata dengan nada dingin.

“Mereka, kenapa bisa tinggal di sini? Bukankah seharusnya mereka tinggal di villa yang ada di daerah pesisir pantai?“ Rahma bertanya lagi.

Dia barusan sengaja mengamati apartemen tempat mereka tinggal, dengan luas tidak sampai 200 meter persegi, dan desain interior yang tidak mewah.

Berdasarkan identitas dan status Tuan Muda keempar keluarga Sutedja, ia sebenarnya tidak boleh membiarkan istri dan anaknya tinggal di apartemen yang begitu sederhana seperti itu.

“Siapa yang tahu, isi hati paman kecil selalu sulit untuk dimengerti. Terlebih lagi, villa di daerah pesisir itu adalah rumah yang akan kamu dan paman tinggali setelah menikah, apa hak yang Clara untuk tinggal disana.” Gevin berkata dengan dingin.

“Gevin, Clara sekarang adalah istri Rudy, dan ia adalah seniormu, kamu jangan selalu melawannya.” Kata Rahma sambil menasehati.

“Aku dengar, waktu itu Nenek Sutedja juga menyukainya. Dia hampir menjadi istrimu. Mungkin, jodoh kalian tidak cukup.”

“Dia sudah lebih awal tidur dengan paman kecil, bagaimana mungkin bisa tertarik padaku.” Gevin menyalakan sebatang rokok dan berkata dengan nada biasa saja.

Saat itu, lift sampai di lantai pertama, terdengar suara lift tiba, lalu kedua pintu lift perlahan-lahan terbuka.

Gevin dan Rahma keluar dari lift.

Mobil Gevin di parkir di depan lobby apartemen. Ia membuka pintu mobil dan meminta Rahma untuk naik.

Mobil perlahan-lahan melaju keluar dari daerah itu.

Gevin memutar setirnya dan dengan perhatian bertanya, “Apa yang kamu dapat hari ini?”

Rahma tersenyum kecut, dan menggelengkan kepalanya.

Dia membuang harga dirinya dan ikut Gevin menghadiri pernikahan putra keluarga Zhou. Tujuannya adalah untuk dekat dengan para bos kaya, agar bisa membicarakan beberapa proyek baru lagi, dan dapat meningkatkan omsetnya bulan ini.

Baru-baru ini, TK Bobo akan mengadakan kemah musim panas di luar negeri selama sepuluh hari, dan salah satu orang tua diminta untuk menemaninya.

Bagi anak-anak, pergi ke luar negeri dan melihat-lihat merupakan hal yang baik. Bobo sudah tumbuh sebesar ini, pengalamannya pergi ke taman saja dapat di hitung dengan jari.

Hanya saja, biaya untuk pergi ke luar negeri tidaklah sedikit. Meskipun penghasilannya sudah banyak, namun ia masih harus menanggung biaya hidup bulanan seluruh keluarga dengan gajinya, dan juga menanggung biaya pengobatan Santos. Ia sama sekali tidak dapat menabung banyak uang.

Dia awalnya berencana untuk memenangkan proyek besar sesegera mungkin, lalu mendapatkan komisi yang besar, sehingga memiliki uang yang cukup untuk membiarkan Bobo pergi ke perkemahan musim panas.

Tapi hari ini sekali demi sekali mengalami kebuntuan, Rahma menyadari bahwa ia sudah benar-benar terlalu naif.

“Dulu, aku adalah gadis tertua dari keluarga Mirah dan juga tunangan Rudy. Orang-orang itu ketika bertemu denganku begitu sungkan. Sekarang, aku sudah memutuskan keluar dari keluarga Mirah, dan pewaris keluarga Mirah sekarang adalah Ramzez, dan ibuku juga tidak akur dengannya. Orang-orang pintar membaca kondisi, ucapan mereka begitu enak dengar, namun itu semua hanya sekedar mengulur waktu dan menghindar dariku saja.”

Rahma tersenyum kecut, selama beberapa tahun ini, ia telah merasakan dingin dan hangatnya dunia, dan sudah terbiasa dengan orang-orang yang tidak menjilatnya lagi ketika ia sudah jatuh dari posisinya.

Jadi, ia sudah terbiasa.

“Rahma, jika kamu menemui kesulitan, kamu bisa memberitahuku, aku akan mencoba yang terbaik untuk membantumu.”

Gevin memegang stir mobil di satu tangannya dan dengan tangan satunya memegang tangan Rahma dengan lembut.

Rahma tersenyum, dan ia langsung melepaskan tangannya.

“Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir. Membicarakan tentang proyek memang seperti ini. Jika setiap kali negosiasi berhasil, maka aku akan menghitung komisiku sampai tangannya lemas.”

“Ketika kamu berkata seperti itu, aku tiba-tiba teringat bagaimana membuatmu mendapatkan komisi sampai tangamu lemas. Proyek Sutedja Group di kota tua sedang dalam proses tender. Dan dekorasi interior adalah proyek kecil. Penanggungjawab tender adalah teman lamaku, aku dapat merekomendasikan proyek itu untukmu.”

“Benarkah?” Mata Rahma langsung berbinar.

“Hmm, kirimkan penawaranmu besok, dan aku akan membantumu untuk menyerahkannya.” Gevin berkata lagi.

“Begini, bukankah tidak terlalu baik? Rudy selalu sangat berperinsip dalam mengerjakan suatu hal.”

Rahma menjadi ragu-ragu lagi, ia tidak mengikuti prosedur dalam menyerahkan penawaran. Ini termasuk lewat pintu belakang.

“Tidak ada yang tidak baik. Meskipun Paman Rudy tidak pernah membiarkan kesalahan sekecil apapun terajdi, namun Sutedja Group begitu besar, dia tidak akan sanggup memantau semuanya setiap saat. Sudah lazim dalam perusahaan untuk melakukan sedikit kecurangan.”

“Kalau begitu terimakasih, lain waktu aku akan mentraktirmu.” Kata Rahma sambil tersenyum.

“Tidak perlu makan, ajaklah Bobo ke taman bermain akhir pekan ini. Ketika itu aku sudah berjanji padanya.”

Mobil Gevin perlahan melambat dan berhenti di pinggir jalan.

Dari sini hanya berjarak satu gang dari rumah Rahma.

“Aku tidak mengantarmu agar tidak membuat masalah untukmu.”

“Hmm.” Rahma mengangguk, lalu membuka pintu mobil.

Dia berdiri di luar mobil dan membungkuk, lalu melambaikan tangan padanya di balik jendela, “Gevin, sungguh terima kasih.”

“Kamu tidak perlu sungkan seperti itu.” Gevin menatapnya dan tersenyum, “Cepatlah pulang, sampai jumpa.”

“Hmm.” Rahma mengangguk, setelah melihat mobil Gevin pergi, dia baru berbalik dan berjalan pulang ke rumah, langkahnya terasa jauh lebih ringan.

Ketika Rahma membuka pintu dan memasuki rumah, sudah hampir jam satu dini hari, dan orang-orang di rumah Rugos sudah tertidur.

Karena ruang di rumah keluarga Rugos terbatas, Rahma dan putranya Bobo tinggal di satu kamar tidur.

Meskipun dia mencoba meringankan langkahnya, itu tetap membangunkan anaknya.

“Ibu, kamu sudah pulang.” Bobo duduk di tempat tidur dan menggosok matanya.

Rahma dengan cepat berjalan ke tempat tidur dan mengulurkan tangan untuk memeluk anaknya.

“Hmm, sayang, maaf ibu telah membuatmu terbangun.”

Bobo menggelengkan kepala, sebenarnya, ia terus menunggu ibunya pulang, tetapi ia terlalu mengantuk dan menunggu hingga ia ketiduran.

“Ibu, hari ini guru membagikan selebar formulir untuk di isi oleh orang tua, besok harus di kumpulkan.”

Bobo menyerahkan formulir di meja samping tempat tidur kepada Rahma.

Rahma melirik, itu adalah formulir perkemahan musim panas ke luar negeri.

Mereka diminta untuk mengisi informasi dasar anak dan orang tua, untuk mempermudah proses administrasi keberangkatan.

“Nanti ibu akan mengisinya, Bobo anak baik, kamu tidurlah duluan.”

“Ibu, apakah kita benar-benar bisa pergi liburan ke luar negeri? Aku mendengar Tata mengatakan bahwa pergi ke luar negeri itu sangat mahal, dan ibunya tidak membiarkannya pergi. “ Bobo berkata sambil mengkerutkan bibirnya.

Rahma tersenyum dan mengangguk.

Bobo sangat gembira, mungkin takut Rahma akan berubah pikiran, ia mengulurkan jarinya dan membuat janji dengan Rahma.

Rahma dan anaknya membuat janji, lalu mengulurkan tangan dan menggosok kepala putranya.

“Sudah, cepatlah tidur.”

“Hmm, selamat malam ibu.”

Bobo mencium leher Rahma, lalu dengan patuh berbaring di tempat tidur.

Rahma duduk di depan jendela, mengambil pena, dan setelah mengisi formulir, ia juga pergi tidur.

Keesokan harinya, ketika ibu Rugos merapikan kamarnya, ia melihat formulir liburan ke luar negeri. dan ia seketika marah lalu bertengkar dengan Rahma.

ibu Rugos menunjuk wajah Rahma dan memarahinya: "Kamu, seorang wanita yang tidak berperasaan dan jahat, punya uang untuk membawa anak pergi ke luar negeri bermain, tapi tidak ada uang untuk mengobati suami! Jika bukan kamu yang merayu Santos kami, dia seorang pemuda yang begitu baik, bagaimana mungkin bisa berakhir seperti sekarang ini!”

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu