Suami Misterius - Bab 662 Tidak Ada Kesempatan Diskusi Lagi

Ahyon bukan pertama kalinya mengalami gejala hamil, gejala dirinya saat ini sama persis bagaikan gejala hamil pada sebelumnya, akan tetapi pada sebelumnya dia pernah mengetes kehamilan, namun hasilnya negatif, sehingga dia tidak berani memikirkan kemungkinan kehamilan, khawatir kalau harapan dirinya bisa membawa kekecewaan.

Lena Tahar menatap tampang Ahyon yang begitu panik, tiba-tiba merasa sangat lucu.

“Sore ini baru bisa tahu hasil pemeriksaan, sekarang aku juga tidak berani menjamin.

Akan tetapi, pastinya bukan infeksi usus.

Seandainya infeksi usus, seharusnya bisa langsung ketahuan dari pemeriksaan darah, tetapi hasil pemeriksaan darahmu tidak ada kejanggalan apapun.

Lagi pula, merasa mual, muntah, lemas dan mudah mengantuk memang gejala awal kehamilan yang sangat umum.

Ahyon, kamu jangan begitu tegang.

Meskipun sekarang bukan masa yang paling cocok untuk hamil, tetapi termasuk kabar yang baik juga kalau memang sudah hamil.”

Ahyon mengangguk, reaksinya membawa kesan ragu, “Aku hanya khawatir kalau hasilnya mengecewakan.”

“Makanya tadi aku tidak bilang sama Hyesang.

Seandainya bukan hamil, segala sesuatu akan kembali normal seperti saat ini.”

Lena Tahar selesai berbicara, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangannya, seorang dokter praktek berjalan masuk dan mengingatkan kepada Lena Tahar bahwa setengah jam lagi harus menjalankan operasi.

Lena Tahar perlu melakukan persiapan sebelum menjalankan operasi, sehingga Ahyon juga meninggalkan rumah sakit.

…. Pada satu sisi lainnya, pesawat yang dinaiki oleh Clara telah mendarat di Denmark.

Clara turun dari pesawat sudah langsung menuju ke hotel untuk menyesuaikan perbedaan zona waktu, dia langsung tertidur belasan jam di dalam kamar hotel, perasaan pertama setelah bangun tidur adalah lapar, perutnya telah mulai protes kelaparan padanya.

Clara memesan makanan dengan menggunakan panggilan internal hotel, Melanie Mintani sedang menatap dirinya yang sedang makan sambil tertawa mengejek, “Tuan Sutedja sanggup berapa kali dalam satu malam, sampai membuatmu begitu lelah.”

“Aku sedang menyesuaikan zona waktu ! Melanie Mintani, kamu wanita yang belum menikah, kenapa seluruh isi otak terpenuhi dengan kemesraan di atas ranjang.”

Clara sambil makan spageti sambil menggeleng kepala dan mengeluh.

Melanie Mintani mendengarnya langsung melotot lebar kedua matanya, “Clara, mulutmu jangan begitu jahat, apa salahnya juga kalau aku wanita yang melajang, tidak mempengaruhi siapa juga.”

“Tidak segan pula kamu, betapa cemasnya bibi Wulan dengan masalah pernikahan kalian berdua.”

Clara mengeluh lagi.

Melanie Mintani menopang pipi sendiri dengan satu tangannya, juga mengeluh dengan tidak berdaya.

Bukannya dia tidak mau menikah, tetapi memang belum menemukan pasangan yang cocok.

Seandainya Tuhan bisa menjatuhkan seorang Rudy yang keren dan kaya lagi, dan bisa langsung menimpa di atas kepalanya, dia pasti akan menikah dengan tanpa ragu.

Namun sayangnya, di dunia ini hanya ada seorang Rudy, dan juga telah menjadi milik Clara.

Melanie Mintani hanya ingin terus mengeluh.

Tidak ada jalan keluar bagi wanita lajang seperti dirinya.

Satu piring spageti telah habis dimakan oleh Clara.

Clara sambil menyeka mulutnya dengan tissue, sambil bertanya, “Ada pemberitahuan tentang waktu pemotretan ?”

Melanie Mintani menggeleng kepalanya, “Tidak tahu, aku sudah konfirmasi berkali-kali dengan penanggung jawab iklan ini, tetapi selalu tidak ada kepastian, seharusnya tidak akan mulai pemotretan dalam beberapa hari ini.

Tidak tahu juga bagaimana keadaannya, aku juga pertama kalinya mengalami kondisi seperti ini.”

Biasanya jadwal pemotretan sangat padat, biaya pemotretan akan semakin besar apabila menunda jadwalnya, namun pengusaha permata kali ini malah tidak menyesak mereka, seolah-olah sama sekali tidak mempedulikan biayanya.

Clara mendengarnya hanya merasa lucu.

Rudy memang sangat berupaya untuk menahan dirinya di luar negeri.

“Bukannya bagus juga tidak kerja.

Kamu bantu aku rencanakan perjalanan liburan, beberapa hari ini aku mau jalan-jalan.”

Clara selesai makan dan mandi, lalu mengganti pakaiannya untuk keluar.

Kenyamanan terbesar di luar negeri adalah tidak perlu memakai masker dan kacamata hitam lagi, dia dapat berjalan di jalan raya dengan terang-terangan, Clara mengikat rambutnya ke belakang kepala, lalu mengenakan kaos dan celana jeans, sambil berjalan dengan menggendong tas ransel.

Clara juga pertama kalinya mengunjungi Denmark, Denmark adalah negara yang sangat indah, ekonominya sangat berkembang, perbedaan kemampuan antara orang kaya dan miskin juga tidak terlalu besar, sehingga masyarakat yang tinggal di sini dapat hidup dengan nyaman.

Tentu saja, tempat ini juga merupakan tempat perkembangan dongeng Andersen.

Clara berdiri di tepi laut sambil merasakan hembusan angin, angin yang menghembus membuat wajahnya sangat nyaman.

Clara mengambil ponsel dan memotret patung putri duyung di laut.

Setelah itu, Clara menyandar di pagar tepi laut sambil unggah sebuah foto ke aplikasi Weibo.

Fotonya adalah patung putri duyung, keterangan yang tertera adalah : Ini baru putri duyung yang sebenarnya.

Setelah fotonya terunggah, banyak netizen yang memberi komentar.

Clara sedang memegang ponselnya untuk membaca komentar netizen, tiba-tiba terima sebuah panggilan telepon.

“Sedang di tepi laut ya ?”

Di sisi telepon terdengar suara Rudy.

“Iya.”

Clara menjawabnya, suaranya bercampuran dengan suara hembusan angin laut, “Ada apa ?”

“Tidak ada, hanya ingin mendengar suaramu.”

Rudy berkata.

Clara menarik sudut bibirnya, senyumannya sangat manis.

“Apa enaknya suara aku ?”

“Suka, makanya merasa sangat enak.”

Rudy tersenyum lembut dam menjawabnya.

“Tahu membujuk saja.”

Clara tersenyum dan menopang pipi sendiri, di hadapannya adalah laut yang biru, pemandangannya sangat luas, membuat orang yang melihatnya merasa nyaman.

“Sedang buat apa ?”

Rudy bertanya.

“Jalan-jalan.”

“Kiranya kamu akan bilang sedang kangen padaku.”

Nada bicara Rudy membawa kesan mesra.

“Tentu saja kangen, atau aku sekarang langsung pesan tiket dan pulang negeri.”

Clara berkata dengan nada setengah serius.

Di sisi telepon hanya tersisa keheningan sejenak, jelasnya masalah ini tidak ada kesempatan diskusi lagi.

Clara tiba-tiba menyadari bahwa, rupanya kemanjaan Rudy terhadap dirinya juga memiliki batas.

Setelah itu, terdengar suara Johan yang samar dari sisi telepon, seolah-olah sedang mengingatkan Rudy untuk menghadiri rapat.

“Kamu sibuk saja dulu.”

Clara menyelesaikan pembicaraannya, langsung melempar ponselnya ke dalam tas, lalu berjalan terus di atas pantai.

Tanpa disadari dia telah berjalan sampai di depan sebuah gereja.

Skala gereja ini sangat kecil, namun bangunan klasik menimbulkan rasa keindahannya.

Clara berdiri di luar gereja, dia dapat mendengar bunyi lonceng di dalam gereja, sepertinya sedang mengadakan upacara pernikahan.

Clara melangkah kakinya untuk beranjak masuk ke gereja, di dalam aula gereja ada seorang pendeta dan sepasang kekasih, dan juga ada beberapa anggota saudaranya, hadirin tidak terlalu banyak, sehingga meluangkan berbagai tempat duduk yang kosong.

Clara duduk di kursi paling belakang sambil menatap pendeta yang sedang membacakan sumpah pernikahan, bahasa yang dikatakan adalah bahasa Denmark, meskipun Clara tidak mengerti, namun tetap merasa sangat indah.

Prosedur pernikahan di luar negeri tidak begitu banyak peraturan bagaikan prosedur pernikahan dalam negeri.

Clara tiba-tiba berpikir kembali adegan acara pernikahan dirinya dan Rudy dalam rumahnya, meskipun tidak terlalu mewah, namun sangat ramai.

Dia juga berpikir kembali kata-kata yang dilontarkan Rudy terhadap dirinya, dia tidak akan melupakannya dalam seumur hidup ini.

Di atas panggung, pengantin pria sedang mencium pengantin wanita, adegannya sangat harmonis dan romantis.

Clara mengikuti para hadiri untuk tepuk tangan, sama sekali tidak menyadari ada seseorang yang duduk di sampingnya.

Setelah selesai acara pernikahan, pengantin beserta para saudaranya pergi meninggalkan tempat, Clara baru menatap Marco yang duduk di sampingnya dengan tatapan bengong.

“Tidak terduga dapat bertemu denganmu di luar negeri, Clara, lama tidak berjumpa.”

Marco tersenyum dan berkata, nada bicaranya sangat santai.

Rasanya seperti bertemu dengan seorang teman lama di luar negeri.

“Kebetulan sekali.”

Clara menjawabnya.

Kenyataannya memang sangat kebetulan, Clara bertemu dengan Sheri sebelum ke luar negeri, sekarang bertemu lagi dengan Marco di luar negeri.

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu