Suami Misterius - Bab 456 Jangan Terlalu Keras Kepala

Saat malam tiba, suasana rumah sakit menjadi hening.

Di bangsal anak-anak.

Clara memeluk Wilson dan tidur bersama di ranjang rumah sakit. Si kecil tertidur pulas di pelukan ibunya.

Rudy tidur di ranjang sebelahnya, terkadang dia bangun untuk memakaikan selimut pada mereka.

Pada pukul tujuh pagi, perawat datang mengetuk pintu dan membangunkan mereka bertiga.

“ Dokter Jener memintaku untuk datang dan mengambil sampel darah bayi.” Perawat membawa nampan, nampan itu ada alat untuk mengambil darah.

Wilson tahu bahwa dirinya akan disuntik, langsung memberontak di lengan ibunya, kemudian bergumam sambil menangis, "Wilson tidak mau disuntik, tidak mau disuntik..."

Clara memeluk anak itu dan merasa sedih.

Rudy mengulurkan tangan dan menarik anak itu keluar dari lengan Clara kemudian menahannya dengan kuat di atas ranjang rumah sakit. "Wilson, patuh, kamu adalah pria kecil, harus berani."

Tapi bagaimanapun juga, Wilson baru berusia 2 tahun lebih. Beberapa hari ini, dia terus disuntik, anak itu menjadi takut pada suntikan jarum.

Si kecil menghentakkan kaki dan tangannya sambil menangis dengan kuat.

“Wilson, patuh, bibi perawat akan menusuk dengan pelan, tidak akan sakit.” Clara memeluk anak itu, sambil menangis dan menghiburnya.

Saat anak itu menangis, Clara juga ikut meneteskan air mata. Pagi-pagi, suasana di dalam bangsal sudah sangat kacau.

Namun, perawat itu sangat profesional, dia mengambil tangan kecil anak itu dan dengan hati-hati mencari pembuluh darah.

Hanya saja, anak itu sudah disuntik selama lebih dari seminggu dan pembuluh darah di tangan anak itu sudah berwarna biru, sehingga tidak mudah untuk diambil darahnya.

"Lepaskan kaus kakinya, aku ingin melihat pembuluh darah di kakinya," Perawat berkata kepada Rudy.

Rudy meraih kaki anak itu dan melepaskan kaus kakinya. Wilson tidak berhenti menghentakkan kakinya sambil menangis dan berteriak pada ibunya.

Rudy tidak terpengaruh dengan tangisannya sama sekali, dia menekan dengan kuat kaki anak itu.

Teknik perawat sangat profesional, setelah menemukan pembuluh darah, dia langsung menusukkan jarumnya dan darah mengalir ke tabung tes kecil melalui selang kateter. Setelah mencapai batasnya, perawat segera mengeluarkan jarum dan menekannya dengan kapas.

Setelah darah pada tempat suntikan anak itu berhenti, perawat membawa nampan dan pergi.

Wilson berada dalam pelukan ibunya, wajahnya dipenuhi air mata dan masih menangis terisak-isak.

Rudy mengambil kotak tisu di meja samping ranjang dan menyerahkannya kepada Clara. Clara mengambilnya dan mengeluarkan beberapa lembar tisu untuk menyeka air mata di wajah anak itu.

Rudy duduk di samping ranjang dan bertanya dengan lembut, "Mau makan apa pagi ini? Aku akan menyuruh Sus Rani masak dan membawanya kemari."

Wilson kecil cemberut dan tidak mengatakan apa-apa, dan menyembunyikan setengah dari wajah kecilnya di pelukan Clara.

Saat ini, emosi Clara kembali tenang, kemudian menjawabnya dengan suara serak, "Sus Rani tahu selera Wilson, siapkan sesuatu yang ringan saja sudah cukup."

“Bagaimana denganmu, apa yang ingin kamu makan?” Rudy bertanya lagi.

“Terserah, aku tidak nafsu makan,” Clara menjawabnya.

Sekitar jam 8:30 pagi, Sus Rani datang ke rumah sakit dengan membawa kotak makanan. Dia menyiapkan bubur gula merah, telur rebus dan dua lauk ringan untuk Wilson dan dia merebus sup ayam ginseng untuk Clara.

Clara menyuapi Wilson. Setelah selesai makan, Clara menemani Wilson bermain mainan di atas ranjang rumah sakit.

Karena hasil tes darah Wilson sore ini baru keluar, jadi, Wilson tidak perlu di infus pagi ini dan si kecil sangat senang sepanjang hari.

Setelah makan siang, Clara bercerita kepada anaknya dan membujuknya untuk tidur.

Tepat setelah si kecil tertidur, ponsel Clara berdering.

Panggilan telepon itu dari Melanie, dia ingin mengingatkan Clara bahwa penerbangannya jam 4 sore, mereka harus bergegas kembali syuting.

Clara merenung sejenak, jika bukan Melanie telepon dan mengingatkannya, dia sudah lupa dengan syuting.

"Kamu kembali dulu, Wilson sakit, aku akan kembali dalam dua hari." Clara berkata.

“Nona besarku, apakah kamu bercanda!” Melanie merasa sakit kepala setelah mendengar perkataannya. "Terakhir kali Bahron mengalami kecelakaan mobil, kamu sudah cuti tiga hari. Para kru kekurangan pemeran wanita utama dan mereka harus mengalami kerugian satu atau dua juta setiap hari. Tuan muda Sutedja mungkin tidak kekurangan uang, tetapi tidak seharusnya dibuang-buang seperti ini!"

"Aku..." Clara baru saja ingin mengatakan sesuatu tetapi ponselnya telah diambil oleh Rudy.

“Kamu datanglah ke rumah sakit tetap waktu sore ini untuk menjemputnya.” Setelah Rudy selesai memberi perintah, dia langsung menutup telepon.

“ Rudy !” Clara memelototinya dengan marah.

Rudy meletakkan tangannya di bahu Clara dan menatapnya dengan serius, "Clara, pekerjaan adalah pekerjaan, bukan seperti sedang bermain masak-masakan, jangan terlalu keras kepala, Wilson akan baik-baik saja, di sini ada aku dan Sus Rani yang menjaganya,itu sudah cukup."

Clara : "..."

Clara tidak bisa membantahnya, kemudian mengangguk dengan tak berdaya.

Saat Clara pergi, Wilson masih tertidur. Tak lama setelah Clara berjalan keluar dari bangsal, anak itu bangun dan menangis ingin mencari ibunya.

Pada saat itu, Clara juga berdiri di luar bangsal, air matanya terus mengalir.

Clara menangis sepanjang perjalanan dari rumah sakit ke bandara, setelah naik pesawat, dia memakai kacamata hitam untuk menutupi matanya yang bengkak.

Clara tiba-tiba menjadi bingung.

Seorang wanita seharusnya memiliki karier dan kehidupannya sendiri. Jika berkorban untuk keluarga, maka pandangan dan lingkaran hidupnya akan menjadi semakin sempit.

Tetapi pada umumnya, sebagai seorang ibu akan berkorban apapun demi anak-anaknya, termasuk melepaskan karirnya.

Tampaknya sulit bagi wanita untuk menemukan keseimbangan antara karier dan keluarga.

Setelah turun dari pesawat, Clara kembali ke hotel tempat para kru berada.

Malam itu, Clara tidak bisa tidur, dan hari berikutnya, dia harus sampai di lokasi lebih awal.

Karena istirahat dua hari berturut-turut, jadwal syuting Clara sangat padat hari itu.

Adegan pertama adalah akhir dari keseluruhan film.

Selir Putra mahkota meninggal dan identitas Nagisa terungkap. Putra Mahkota Astra benar-benar tidak bisa menerima fakta yang ada di depan matanya.

Untuk menangkap Nagisa, si monster penghisap darah itu, semua tentara Kekaisaran di kota kekaisaran dikirim untuk mengepung Nagisa.

Sebagai roh jahat yang telah berlatih selama ribuan tahun, Nagisa tentunya tidak akan mudah ditangkap, dia sangat gesit dan penampilannya bisa berubah-ubah, dan banyak orang yang lehernya tergigit karena tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Banyak Tentara Kekaisaran yang mengalami luka parah dan kematian.

Astra, sebagai putra mahkota dari Istana Timur, membawa orang jahat masuk kedalam istana dan membunuh selir Putra mahkota. Kaisar memerintah Putra mahkota untuk membunuh roh jahat itu dengan tangannya sendiri dan menebus dosanya.

Astra memegang pisau tajam dan menusuk Nagisa. Namun, pisau tajam itu tidak bisa menembus ke dalam tubuh Nagisa.

Tangan Astra memegang pedang dan mengarahkan ke bawah leher Nagisa. dan tersenyum sedih, bertanya, "Apakah kamu iblis?"

“Memangnya kenapa kalau aku iblis, aku mencintaimu.” Nagisa melihat pedang yang ada di tangan Putra mahkota dan berkata sambil menangis. Tidak ada yang lebih menyayat hati saat orang yang dicintai mengarahkan pedang ke arahnya.

"Aku juga mencintaimu, tetapi kamu membunuh terlalu banyak orang," Astra berkata.

"Aku akan mati jika tidak mengisap darah mereka," Nagisa menjelaskan.

"Apakah hidupmu lebih berharga daripada hidup mereka!" Astra berkata lagi.

Adegan menangis bagi Clara adalah hal yang paling membuatnya sakit kepala. Dia kesulitan untuk menangis sepanjang waktu di lokasi syuting dan hampir selalu memakai obat tetes mata dan bubuk lada.

Namun, kali ini, Clara hampir menangis dari awal hingga akhir, air mata mengalir keluar dengan sangat lancar dan menangis sangat sedih. Hal ini membuat sutradara sedikit terkejut, dia merasa selama Clara beristirahat dua hari, kemampuan aktingnya mengalami peningkatan.

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu