Suami Misterius - Bab 514 Anak Yang Bisa Merengek Pasti Mendapatkan Susu

Ketika Rahma di keluarga Sutedja, ia selalu berhati-hati dalam bersikap. Setiap hari bangun pagi tidur larut, memasak sendiri di dapur, berusaha mendapatkan perhatian para senior di rumah, bahkan tidak berani banyak bicara, ia takut semakin banyak dia bicara semakin salah.

Rahma juga pernah menunggu Rudy pulang kerja, namun hanya karena beberapa ucapan Nalan Vi yang menyudutkannya, ia langsung berlari masuk kamar dan menangis diam-diam didalam kamar.

Setelah Rudy pulang, melihat matanya merah, ia bertanya ada apa, Rahma hanya menjawab kalau matanya kemasukkan debu, berusaha menutupi segalanya.

Mana mirip dengan yang satu ini, wajahnya tebal bagaikan tembok, sedikit pun tidak terlihat seperti seorang gadis, terus mengatakan ‘saling mencintai’ juga ‘hidup selamanya’, sedikit pun tidak tahu rendah diri.

“Apakah kamu masih tidak bisa melihat dengan jelas, Rudy mempersuntingnya sama sekali tidak rugi, orang lain membuatnya kesal, namun dia tidak akan membiarkan dirinya terlihat kesal, mengadu dan bermanja merupakan keahliannya. Usia Rudy jauh diatasnya, dengan alasan usia muda, Clara bisa membuat alasan. Dia asal menitikkan dua butir airmata saja Rudy sudah merasa tidak tega padanya, memang benar apa kata orang, anak yang bisa merengek pasti mendapatkan susunya. Kalau Rahma bisa jurus ini, maka hubungannya dengan Rudy tidak akan merenggang, kita juga tidak mungkin bisa memisahkan mereka semudah itu.”

Revaldo berkata sambil berdehem.

“Kita berusaha keras mengusir seorang Rahma, sekarang malah datang seorang Clara, semua jurus sudah digunakan namun tidak berhasil. Kalau tahu begini, lebih baik dulu mempertahankan Rahma yang mudah dikendalikan.” Begitu Nalan Vi membayangkan wajah Clara yang polos dan berpura-pura bodoh itu, membuatny sungguh kesal.

“Kamu tahu apa!” Revaldo membentak dengan nada dingin, namun karena menggunakan tenaga yang terlalu kuat, membuatnya terbatuk cukup hebat.

“Adisti memilih putri Keluarga Tikar langsung untuk dijadikan calon menantunya, bukankah tujuannya sudah jelas menginginkan kekuasaan keluarga Tikar. Kalau tidak memisahkan Rudy dan Rahma, Sutedja Group sudah jatuh ke tangan Rudy, mana mungkin kita masih bisa hidup dengan tenang seperti ini. Apalagi putramu begitu terlena oleh pesona Rahm Rahma, kalau tidak segera kita bereskan, dia hanya akan membuat masalah.”

Mungkin karena Revaldo bicara terlalu banyak, ia terus terbatuk sampai hampir kehabisan nafas.

Nalan Vi segera mengelus dadanya agar nafasnya bisa lebih lancar, lalu mengambil air dan obat untuknya.

Revaldo susah payah kembali stabil, ia mengkerutkan lais sambil bertanya, “Dimana Gevin? Masih belum kembali?”

Setelah makan bersama Gevin mencari alasan untuk kleuar dan belum kembali sampai sekarang.

“Mungkin Gevin pergi bersama beberapa temannya, kalian para pria kalau sudah mulai minum, mana mungkin ingat waktu.” Nalan Vi berkata.

“Tidak tahu aturan, baru hari pertama tunangan, bukannya menemani calon istrinya malah urak-urakan diluar.” Revaldo berkata dengan kesal.

Nalan Vi hanya mendengarkan disamping tanpa menjawab.

“Kamu peringatkan dia, jangan terus berhubungan dengan Rahma.” Revaldo mengingatkan.

Nalan Vi hanya mengangguk.

……

Dan disaat ini, Gevin sedang duduk duduk di café yang berada diseberang kantor Rahma, ia meminum kopinya sambil melihat keluar jendela.

Kopi digelasnya sekali lagi habis, pelayan menghampirinya dan bertanya dengan sopan, “Tuan, masih mau tambah?”

Gevin menggeleng, dia sudah tidak tahu dia meminum berapa gelas, kalau kopi ini adalah alkohol, dia pasti sudah mabuk sekarang.

Dan setelah meminum kopi yang tidak tahu sudah gelas ke berapa, akhirnya bayangan tubuh Rahma muncul didepan kantor.

Dia menggunakan setelah jas yang rapi, rambutnya tertata rapi tanpa ada satu helai pun yang berantakan. Dia memang orang yang perfeksionis.

Tangan Rahma membawa tas tangan juga sebuah kotak biru yang terbungkus begitu indah. Dia menyeberang jalan dengan mengenakan sepatu hak tingginya, ekspresinya terlihat cukup tergesa-gesa.

Gevin sudah tidak kuat duduk lagi, ia segera bangkit dan menghampirinya.

“Tiba-tiba harus lembur di kantor, maaf, Gevin, awalnya aku ingin memberikanmu hadiah, namun malah membuatmu menunggu begitu lama.” Rahma terlihat bersalah.

“Tidak apa, aku juga tidak menunggu lama.” Gevin berkata sambil tersenyum.

Dia menunggu dari petang sampai subuh, menunggu selama tujuh jam, namun karena menunggu Rahma ia sama sekali tidak merasa lama.

Keduanya masuk ke dalam café untuk minum kopi sambil mengobrol.

Rahma menyerahkan kotak biru itu padanya sambil tersenyum : “Happy engaged. Sayang hari ini aku terlalu sibuk sehingga tidak bisa hadir di acara, aku juga tidak sempat melihat calon pengantinmu. Lain kali kita buat janji dan makan bersama.”

“Rahma, kami hanya bertunangan saja.” Gevin meralat.

“Tunangan tapi kan akan menikah dan hidup bersama.” Rahma berkata sambil tersenyum, senyumannya tidak berubah, tetap begitu hangat.

Gevin hampir saja mengatakan : kamu dan paman kecil juga bertunangan, tapi akhirnya tidak berhasil menikah dengannya juga bukan.

Namun Gevin masih menggunakan logikanya, dia tahu itu merupakan luka dalam hati Rahma, dia tidak mungkin mengorek bekas lukanya lagi.

“Rahma, bagaimana keadaanmu sekarang?” Gevin bertanya dengan murung.

Rahma terlihat begitu lelah, meskipun make upnya cukup tebal, namun lingkar hitam matanya masih terlihat jelas.

“Lumayan baik, cukup padat.” Rahma menundukkan wajahnya dan berkata sambil tersenyum lirih.

Setiap hari lembur dari pagi sampai malam, harus menjaga keluarga juga anak, selain jam tidur yang ia dapatkan dengan susah payah, setiap harinya bagaikan gangsing yang tidak pernah berhenti berputar, sungguh teramat dan sangat padat.

“Rahma, kenapa kamu harus selelah itu. Kalau memang tidak kuat, lebih baik bercerai saja.” Gevin berkata dengan begitu gegabah.

Tangan Rahma yang memegang kopi sedikit gemetar, ekspresi wajahnya juga seketika menjadi kaku, namun senyum dengan cepat mengembang di bibirnya, lalu berkata sambil bercanda, “Dasar bocah, kamu menikah dengan senangnya, lalu membujukku untuk bercerai, bisa ya ada orang seperti kamu.”

Kedua tangan Gevin mengepal erat didepannya, menahan rasa sakit yang mendera hatinya.

“Tidak ingin melihat hadiah apa yang kuberikan padamu?” Rahma menunjuk kotak sambil berkata. Terlihat jelas kalau dia sedang mengalihkan pembicaraan.

Gevin menundukkan kepala, membuka bungkus kado yang indah, didalam kotak ada sebuah jam tembaga, modelnya sangat simple namun elegan. Namun, dia tidak pernah mendengar merk ini, seharusnya merk local yang belum terkenal.

“Suka?” Rahma bertanya.

Gevin mengangguk dengan murung, ia membuka jam tangan yang ia kenakan, lalu mengenakan jam tangan yang tidak begitu mahal itu.

“Lumayan cocok.” Rahma tersenyum, mengaduk kopi di cangkirnya, “Ketika kamu masih bocah ingusan, aku yang mengajarimu bagaimana mengenal waktu. Ketika itu aku berjanji padamu, setelah besar aku akan membelikanmu sebuah jam tangan. Tidak menyangka harus menunggu selama ini baru bisa merealisasikannya.”

Rahma berkata dengan murung sambil menatap jam tangan itu, “Tidak seberapa harganya. Kalau tahu seharusnya aku membelikanmu selagi aku masih punya uang, dengan begitu aku bisa memberikan yang lebih bagus untukmu.”

“Ini sudah sangat bagus.” Gevin mengelus jam tangan itu dengan lembut, lalu berkata dengan ragu : “Rahma, kembalilah ke keluarga Mirah. Tidak perduli kesalahan apapun yang kamu lakukan, kalian tetap ayah dan anak, tidak ada yang tidak bisa dimaafkan. Kamu terus menopang semua seorang diri, mau sampai kapan seperti ini.”

Setelah Rahma mendengarnya, senyum diwajahnya langsung menjadi kaku. Dia meletakkan cangkir kopi ditangannya, lalu menghela pelan sambil menggeleng.

( = )

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu