Suami Misterius - Bab 724 Ada Perkataan Yang Hanya Perlu Didengarkan Saja

Hari keduanya, pengacara Samara menjaminnya keluar.

Setengah bulan kemudian, pihak kepolisian menutup kasus, asisten Samara mengakui kalau dialah yang menyebarkan foto itu ke internet, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Samara sama sekali, asistennya dihukum 1 tahun 7 bulan penjara.

Meskipun kasusnya sudah di tutup, namun orang di keluarga Sunarya bukanlah oran bodoh, tentu saja tahu kalau asistennya mendapatkan keuntungan dari ini sehingga bersedia menggantikan Samara menanggung hukuman.

Persahabatan Altria dan Samara sudah kandas sekarang, kelak, Samara tidak akan menjadi tamu terhormat keluarga Sunarya lagi.

Setelah Samara kembali ke lokasi syuting, asisten disampingnya sudah diganti.

Dia tetap begitu serius syuting, sikapnya begitu tenang dan stabil, seolah tidak ada hal apapun yang terjadi.

Begitu hebat menahan diri dan bsia berpura-pura begitu tenang, Clara sungguh salut padanya.

Jatah Rudy berikutnya adalah setengah bulan kemudian.

Kebetulan saat kepulangan Su Loran setelah performancenya di luar negri.

Clara baru berjalan masuk ke dalam mansion, dia sudah bisa mendengar gelak tawa yang membahana dari dalam mansion, jarang sekali bisa seramai ini.

Altria berdiri didepan sofa dengan memegang sebuah tas yang berkilauan, senyum diwajahnya begitu cerah dan bangga.

“Lihatlah dia, kemarin masih murung sampai tidak berani menginjakkan kaki keluar rumah. Begitu Loran pulang, ia langsung tersenyum dengan begitu senangnya. “ Nyonya kedua Sunarya berkata.

“Anak gadis memang semuanya suka tas cantik, sangat mujarab untuk mengobati semua penyakit.” nenek Sunarya berkata sambil tertawa lebar.

Altria memegang tas dengan wajah yang bangga.

“Tas ini jauh lebih bagus dari gambar yang aku lihat majalah. Kak Loran, bagaimana kamu bisa mendapatkannya? Tas ini merupakan barang limited edition, aku dengar di seluruh Eropa hanya ada beberapa puluh tas yang dijual.”

“Hmm, aku juga meminta bantuan temanku untuk bisa membelinya.” Senyum Su Loran begitu lembut, ia berkata dengan santai.

Barang limited edition yang jumlahnya tidak sampai 100 buah di Eropa, tidak perlu dibayangkan juga tahu berapa harganya.

“ Loran, membuatmu menghamburkan uang lagi. Kamu itu ya, terlalu memanjakan anak ini.” Nyonya kedua Sunarya berkata.

“Aku hanya punya seorang adik, kalau tidak memanjakannya siapa lagi yang bsia kumanjakan.” Su Loran menarik Altria dengan akrab, Altria tersenyum sambil menyandarkan kepalanya diatas kepala Su Loran.

“Kak Loran memang yang paling baik padaku.” Su Loran menepuk tangannya, lalu tatapannya jatuh pada Wilson.

Dia baru saja pulang dari sekolah, seragam birunya masih menempel di tubuhnya, dia duduk dengan tenang disamping nenek Sunarya, terlihat begitu gagah.

Su Loran mengeluarkan sekotak coklat yang terbungkus cantik dari dalam kantung, ia berjalan ke depan Wilson, setengah berjongkok, lalu menyodorkan coklat pada Wilson, ia berkata sambil tersenyum, “Wilson, ini untukmu. Tidak terlalu manis, tapi sangat enak.”

Wilson melirik coklat, namun sama sekali tidak menunjukkan reaksi anak usia 3-4 tahun, ia malah melihat kearah nenek Sunarya.

“Itu tante yang memberikannya pada Wilson, Wilson boleh menerimanya.”

Wilson menerima ijin dari nenek Sunarya, ia baru berani mengulurkan tangan untuk menerima coklat, “Terima kasih tante.”

Sikap anak ini rendah hati dan sopan, namun samar-samar terasa begitu dingin dan berjarak dengan orang lain.

Dia kembali ke tempat duduknya, namun tidak membuka coklatnya, melainkan langsung meletakkannya disamping.

Senyum diwajah Su Loran tetap tidak berubah, namun sinar matanya malah terlihat jauh lebih dalam.

“Pintar sekali.” Su Loran mengulurkan tangannya, ingin menyentuh kepala Wilson, untuk menunjukkan rasa sukanya.

Lalu, Wilson tiba-tiba turun dari atas sofa dan berlari kecil ke arah pintu.

Ia langsung masuk ke dalam pelukan Clara.

“Mama!”

“Wilson.” Clara menggendong Wilson, kedua ibu dan anak saling merangkul, saling mencium juga memeluk, terlihat begitu akrab.

Dan tangan Su Loran tetap berada di udara, sedikit terkulai dengan kaku.

“Clara sudah kembali.” nenek Sunarya menyambut dengan senyum yang merekah, tatapan matanya hangat dan penuh kasih.

Wilson turun dan berlari kembali ke sofa, ia mengambil coklat yang ia letakkan diatas sofa, lalu berlari kembali ke samping Clara, kemudian menyodorkan coklat kepada Clara bagaikan menyerahkan sebuah harta.

“Mama, makan coklat. Tidak terlalu manis, tapi sangat enak.” Wilson berkata dengan suaranya yang manis.

Su Loran : “…….”

Clara mengulurkan tangan untuk menerima coklat, melihat tulisan di kemasan yang berbahasa latin, ia langsung paham kalau coklat ini Su Loran yang memberikannya pada Wilson.

“Ibu tidak makan, Wilson saja yang makan.”

“Coklat adalah makanan anak perempuan, pria sejati tidak makan coklat.” Wilson berkata dengan wajah kecil yang tegas, berkata dengan wajah yang sangat serius.

Dia berkata dengan nada bicara anak kecil, namun memasang wajah seperti orang dewasa, membuat semua orang dewasa yang ada dirumah itu tertawa.

“Pria sejati kecil, ibu membeli sebuah puzzle, mau main bersama?” Clara bertanya.

“Mau.” Wilson senang sambil bersorak.

“Dimana papa?” Clara bertanya lagi.

“Papa ada di atas.” Wilson mengulurkan jarinya, lalu menunjuk keatas.

“Kita ajak ayah main puzzle ya?”

“Iya.”

Tangan Wilson yang gemuk menggandeng tangan Clara yang agak dingin.

Satu tangan Clara memegang kotak coklat, satu tangan lainnya menggandeng Wilson, kedua ibu dan anak itu berjalan naik menyusuri tangga kayu.

Didalam ruang tamu, nenek Sunarya tersenyum begitu senang.

“Sejak ada Wilson di rumah, anda jadi lebih sering tersenyum. Orang mengatakan surga dunia, kalau dalam sebuah keluarga tidak ada anak kecil bagaimana bisa dikatakan surga dunia.” Nyonya kedua Sunarya berkata.

“Yaya kalian sudah hampir SD bukan.” nenek Sunarya bertanya.

Cucu perempuan Nyonya kedua Sunarya sudah berusia 6 tahun, ketika tahun ajaran baru dimulai dia sudah masuk SD kelas 1.

Gadis kecil itu cantik dan lucu, sungguh membuat orang suka melihatnya.

nenek Sunarya juga sangat menyukainya.

nenek Sunarya dan Nyonya kedua Sunarya membicarakan tentang perkembangan anak sesaat, lalu mengalihkan topic pembicaraan kearah Su Loran.

“ Loran sudah 27 tahun, bukankah sudah waktunya mempertimbangkan sebuah masalah. Pekerjaan tidak akan ada habisnya, hal terpenting dalam hidup wanita adalah menikah dan melahirkan anak.”

nenek Sunarya menarik tangan Su Loran dan berkata dengan penuh perhatian.

Senyum diwajah Su Loran terlihat sedikit memudar, terlihat sedikit murung, namun dibalik sorot matanya, ada tatapan yang begitu dingin dan menusuk.

Dulu nenek Sunarya tidak berkata demikian.

Setiap kalinya nenek Sunarya selalu menarik tangannya dan berkata dengan tegas : “ Loran kami sangat baik, ia hebat dalam segala hal, sulit untuk menemukan yang bisa menandinginya. Nenek tidak punya cucu, kalau nenek punya cucu, pasti akan menjadikanmu istri untuk cucu nenek.”

Lalu Rendy Sunarya kembali dan mengakui keluarga Sunarya, keluarga Sunarya sudah memiliki cucu, namun istrinya malah bukan dia.

Sehingga, ada perkataan yang hanya perlu didengarkan saja.

“Para nona terhormat yang ada di Jing ini, Loran merupakan yang teratas. Anak dari keluarga Chen itu sungguh tidak beruntung.” Nyonya kedua Sunarya menyayangkan.

Ketika itu keluarga Sunarya tidak memiliki penerus, keluarga pendukung disampingnya juga payah, tentu saja Su Loran tidak tertarik.

Akhirnya, diantara para tuan muda kaya raya di Jing, Su Loran memilih putra keluarga Chen.

Markal Chen muda dan hebat, meskipun keluarga Chen menjalankan bisnis, namun asetnya sangat banyak, tuan muda tampan dan nona yang cantik, begitu serasi.

Namun siapa yang menyangka plaza keluarga Chen bisa tiba-tiba ambruk tidak bersisa.

Tuan Chen meninggal karena sakit, hutang bank mengejar, keluarga Chen bisa dikatakan bangkrut dalam satu malam.

Setelah keluarga Chen bangkrut, Markal tidak ingin menyulitkan Su Loran, sehingga ia memilih mengakhiri hubungannya dengan Su Loran.

Beberapa tahun ini, meskipun yang mengejar Su Loran tidak sedikit, namun ia tetap hidup dengan status single.

“Aku rasa, bukan hanya Tuan muda keluarga Chen yang tidak beruntung. Kakak sepupu juga tidak beruntung. Kak Loran yang begitu baik tidak dia nikahi, malah memilih menikah Clara yang artis itu.”

Altria memeluk tas limited editionnya bagaikan harta karun yang baru ditemukan, sambil berkata tanpa berpikir terlebih dahulu.

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu