Suami Misterius - Bab 930 Pendosa Keluarga Sunarya

Aldio menjentikkan abu rokoknya, lalu dia pun menjalankan mesin mobilnya, dan bertanya dengan santai, “Mau pergi kemana, biar aku antar.”

Honey masih dengan ekspresi waspadanya, dia pun mengatakan sebuah alamat kepadanya.

Mobil Aldio perlahan melaju keluar dari perusahaan. Setelah melaju di jalan raya, mobilnya melesat keluar secepat anak panah. Jika bukan karena Honey yang lebih dulu memasang sabuk pengaman, mungkin dia sudah terlempar keluar dari mobil.

Sedangkan Aldio menyetir mobilnya dengan satu tangan memegang stir mobil, dan satu tangannya yang lain disandarkan dengan nyaman di luar jendela mobil.

Sangat jelas sekali kalau dia adalah Pria yang suka kesenangan, suka menguji adrenalin dan suka tantangan.

Pria yang jelas tidak akan cocok dan tidak bisa diandalkan untuk dijadikan suami.

Mobil Aldio berhenti di depan sebuah restoran teh.

Dia tidak menyangka kalau orang yang janjian bertemu dengan Honey adalah Clara. Dia pun langsung turun dari mobil dan menyapanya.

“Hi, kakak ipar kecil.”

Clara melihat Aldio yang mengantarkan Honey datang kemari, dia langsung mengerutkan kening, dan bertanya, “Kenapa kalian bisa bersama?”

Ketika Honey baru mau menjelaskan, dia malah lebih dulu mendengar Aldio tertawa senang dan berkata, “Kakak ipar kecil ‘bersama’ yang kamu maksud itu bersama yang mana?”’

Setelah mendengar itu, Clara pun memelototinya dengan tidak sabar, dan mengubah ucapannya, “Kenapa kalian bisa datang secara bersama-sama?”

“Kita berdua kan satu perusahaan, hanya kebetulan satu jalan jadi sekalian mengantarnya saja.”kata Aldio.

“Oh, oke deh. Orangnya sudah diantar kesini, kamu boleh pergi sana.”

Kata Clara.

Aldio menyeringai lalu melambaikan tangan, “Kakak ipar kecil, sampai jumpa lagi.”

Setelah mobil Aldio melaju pergi, Clara langsung menarik Honey dan bertanya, “Kenapa kalian bisa datang secara bersama-sama?”

Honey tidak menyembunyikan apapun dari Clara. Dia menceritakan semua kejadian tadi padanya. Tentu saja, dia tidak menyebutkan bagian ketika Aldio menggodanya di mobil.

Setelah mendengar Aldio yang membantu Honey terselamatkan dari situasi malu tadi, dia membatin, Aldio harusnya karena menghormati dan menghargai ayah Honey sehingga dengan ringan tangan membantunya.

Aldio kelihatannya saja suka main-main dan terbar pesona. Tapi sebenarnya dia sangat pandai dan tahu batasan dan aturan. Kalau tidak, dia tidak akan mungkin jadi salah satu tangan kanan Rudy.

Harus tahu saja Rudy sangat ketat, serius dan pemilih dalam memperkerjakan seseorang.

Walaupun seperti itu, Clara masih saja ingin mengingatkan Honey, “Lebih baik kamu jaga jarak darinya. Di lingkaran ini, semuanya tahu kalau Aldio hanyalah kupu-kupu yang mencari mangsa saja, suka tebar pesona dan ganti-ganti wanita.

Jika punya hubungan yang tidak jelas dengan pria seperti ini, kedepannya kamu yang akan menangis.”

“Dia hanyalah bosku saja. Clara, kamu terlalu banyak berpikir deh.”

Kata Honey

“Baguslah kalau begitu,

Clara mengangguk.

Lalu, mereka berdua pun masuk ke ruangan. Mereka mengobrol dengan serunya.

Siapapun tidak ada yang meneruskan topik pembicaraan mengenai Aldio.

Honey sedang menceritakan gosip-gosip yang begitu menarik akhir-akhir ini. Clara mendengarkan dengan senangnya. Ponsel yang diletakkannya di samping berdering.

Clara mengambil ponselnya lalu menjawab panggilan telepon itu. Telepon dari keluarga Sunarya yang mengatakan kalau nenek Sunarya masuk rumah sakit karena sakit berat.

Karena Rudy masih rapat di pasukan militernya dan sudah selama setengah jam tetap saja tidak tersambung dengannya, jadi mereka pun menelepon Clara.

Setelah telepon ditutup, ekspresi wajah Clara terlihat berubah lebih serius.

Walaupun nenek Sunarya sudah cukup tua, tapi kesehatan tubuhnya selalu saja sangat baik. Kenapa dia tiba-tiba sakit berat hingga masuk rumah sakit.

“Kenapa?”

Tanya Honey khawatir melihat perubahan ekspresi wajah Clara.

“Nenek masuk rumah sakit. Aku harus segera ke rumah sakit.”

Kata Clara.

Dia adalah istri dari cucu keluarga Sunarya. Sudah tahu jelas kalau nenek Sunarya masuk rumah sakit, tapi tidak pergi mengunjunginya. Maka dia pasti akan ditikam tulang belakangnya.

Terlebih lagi, Clara juga sangat mengkhawatirkan penyakit nenek ini.

“Apa kamu perlu aku menemanimu?”

Tanya Honey.

“Tidak usah, Olga akan mengantarku ke sana.”

Kata Clara.

Sekarang, selama dia pergi keluar, dia akan membawa Olga pergi bersama. Ini adalah perintah Rudy.

“Nenek Sunarya sudah cukup berumur, jadi hal yang wajar kalau kesehatan tubuhnya ada masalah. Kamu jangan terlalu khawatir.”

Kata Honey mencoba menenangkan dan menghiburnya.

Clara mengangguk dan buru-buru pergi bersama dengan Olga.

Nenek Sunarya masuk rumah sakit. Bahron dan Ardian langsung buru-buru datang juga ke rumah sakit. Astrid juga datang, dia sedang berjaga di depan ruang ICU. Dia menangis histeris tidak karuan. Orang yang tidak tahu mungkin akan mengira kalau dia menangisi kematian.

Setelah Clara datang dan melihat Astrid menangis histeris seperti itu, dia pun jadi ikut panik, lalu buru-buru bertanya, “Bagaimana keadaan nenek?”

Ardian bersiap untuk membuka mulutnya, tapi malah melihat Astrid yang tiba-tiba menghampiri Clara dengan cepatnya. Dia pun langsung mendorong Clara dengan sekuat tenaga. Clara terhuyung ke belakang dan hampir saja jatuh. Jika bukan karena Olga yang memegangnya tepat waktu mungkin dia akan terjatuh ke lantai. Seorang ibu hamil jatuh, entahlah tidak berani membayangkan akibatnya.

Kedua mata Astrid penuh dengan kemarahan dan kebencian. Ketika melihat Clara tidak apa-apa setelah didorongnya, dia pun mengangkat tangannya dan langsung mengayunkan tamparan ke Clara.

Walaupun Clara mengindar tepat waktu, tapi tetap saja wajahnya berhasil ditampar oleh Astrid.

Kuku jari tangan Astrid panjang. Kuku panjang itu menggores kulit lembut di wajah Clara sehingga dalam sekejap tampak goresan darah di sana.

Clara hanya merasaan sakit yang panas sekali. Dia langsung mengulurkan tangan menutupi wajahnya.

“Clara, apa kamu baik-baik saja!”

Ardian langsung melangkah cepat ke depan Clara. Dia menarik tangan Clara dan memeriksa luka di pipi Clara.

Wajah kecil Clara sedikit bengkak, beberapa jejak darah di sana sangat mengejutkan mereka.

Ardian pun langsung marah.

“Astrid, menggila apa kamu ini!”

“Aku tidak gila!”

Kata Astrid berteriak, lalu berkata, “Semua ini karena dia yang penghancur kebahagiaan itu yang membuat mama kehilangan muka.

Kita semua Keluarga Sunarya ini sekarang sudah sepenuhnya kehilangan muka.

Jika aku adalah dia, aku sudah dari awal memukulkan kepalaku hingga mati, agar tidak membuat malu.

Mana ada orang yang seperti dia yang sangat tidak punya malu. Dia bisa-bisanya begitu tenang mengandung anak haram.”

Ucapan Astrid ini sangat tidak enak didengar. Dia juga sangat membenci Clara dan ingin rasanya segera memberikan hukuman yang sangat berat untuknya.

Semua karena Rendi dan Clara, dua orang pembuat onar ini yang memasukkan anaknya ke dalam penjara. Dia tidak akan membiarkan mereka hidup enak.

“Astrid, tutup mulutmu. Bicara omong kosong apa kamu ini!”

Kata Ardian marah dan kesal.

“Apa aku salah bicara?”

Astrid memegang lehernya terlihat sangat begitu masuk akal dan benar saja.

“Memang karena dia yang begitu tidak tahu malu sehingga menghancurkan nama baik keluarga. Hingga ibu sekarang tidak berani keluar rumah untuk membicarakan bisnis atau pun bersosialisasi.

Hari ini aku menemani ibu bertamu ke rumah sahabat baiknya. Dia dihina dan dicibir begitu saja, ibu benar-benar sudah kehilangan muka dan akhirnya seketika itu juga langsung pingsan.

Clara, aku peringati ya. Jika ada hal buruk terjadi kepada ibu. Kamu adalah pendosa keluarga Sunarya!”

Clara sama sekali tidak mengatakan apapun ketika menghadapi makian dan fitnahan dari Astrid yang menyudutkannya.

Tidak tahu malu, menghancurkan nama baik keluarga?

Clara tidak tahu bagaimana kata-kata ini semua bisa ada di pikiran Astrid.

Ini hanya membuatnya menyadari kalau ini sungguh menggelikan dan konyol.

Hanya saja, nenek Sunarya masih berbaring di ruang ICU. Pada saat ini, Clara tidak ingin membantah atau pun membela diri, dia tidak ingin mengatakan apa-apa.

Ardian juga tidak ingin ribut dan berdebat lagi dengan Astrid. Karena bagaimana pun, ini adalah rumah sakit. Jika ribut di sini jelas akan sangat memalukan.

Lalu, mereka tidak bicara sama sekali. Astrid malah tampak sangat sombong dan begitu benar. Dia terus memaki dan marah-marah tanpa ada hentinya. Pada akhirnya Bahron yang jadi jengkel lalu berkata dengan dinginnya, “Apa kamu belum puas juga ributnya?

Jika tidak ingin menjaga di sini, pergi pulang sana.”

Astrid tetap masih takut kepada Bahron. Akhirnya dia tidak berteriak-teriak lagi, tapi dia masih saja bergumam, “Ibu jadi seperti ini, semuanya karena salah Clara. Menurutku lebih baik untuk segera menyuruhnya menggugurkan anak haram itu, agar terhindar dari desas-desus dan gosip.”

“Diam kamu.

Masalah ini tidak perlu sampai kamu yang bicara. Sejak kapan di keluarga Sunarya jadi kamu yang mengambil keputusan!”

Kata Bahron dengan dinginnya.

Barulah sekarang Astrid diam menutup mulutnya.

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu