Suami Misterius - Bab 274 Kakek bukan meninggal karena sakit

"Yunita, aku ngomong pahitnya dulu ya, Jika masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan lancar, ayahku itu akan memaksa aku untuk menikahi seorang wanita kaya. Kamu juga sangat jelas bahwa ayahmu hanyalah seorang wakil walikota kecil. Aku tidak perlu sebutin lagi siapa ibumu sebenarnya. Aku di bawah tekanan keluargaku ketika aku bersamamu. Jika kamu tidak bisa menolongku dalam karierku, hubungan kita mungkin akan berakhir sampai di sini saja. "

Ancaman Nalan terdengar sangat jelas. Hati Yunita bergetar dan jatuh ke badan Nalan dengan badan lemas. "Nalan, kamu tahu aku begitu mencintaimu, aku tidak bisa tanpamu."

Nalan menyipitkan mata melihatnya. Yunita memang tidak bisa hidup tanpa dirinya atau karena status dan uangnya, Nalan tidak peduli. Dia memegang wajah Yunita, Nalan ingin Yunita membantunya, baik dengan cara keras maupun halus, dan berkata, "dengarkan baik-baik, dan fokus pada Clara."

Yunita menggigit bibirnya dan mengangguk.

.............

Pada saat Clara menerima telepon dari Yunita, dia sedang menunggu di hotel dekat bandara. Sutradara Guo memintanya untuk bertemu sore ini.

Luna benar. Setelah mempertimbangkan semua aspek, Sutradara Guo akhirnya memutuskan untuk menunjuk Clara sebagai pemeran utama wanita dalam drama baru itu.

Selain itu, Sutradara Guo secara khusus terbang ke kota A dari Provinsi Yunnan untuk mendapatkan tanda tangan kontrak dari Clara.

Pada saat ini, Clara melihat kearah Luna dengan tatapan penuh pemujaan.

"Kakak Luna, kamu luar biasa."

"Ya dong, aku sudah di berkecimpung di dalam bisnis ini selama bertahun-tahun." Analisis objektif Luna mengatakan: "insiden Jesica Elbertine berangsur-angsur bergejolak, sudah menjadi topik terpanas di dunia hiburan. Sekarang publik muak dengan perselingkuhan, pihak ketiga, pelakor dan sebagainya. Banyak orang media membombardir perilaku Jesica yang tidak bermoral. Karier Jesica sudah pasti berakhir. Sutradara Guo harus berada di bawah banyak tekanan untuk masalah ini. Kita tidak usah bahas yang lain, ketika ada yang ungkit nama Jesica, pasti akan terpikir film baru Sutradara Guo. Karena itu, tugas paling mendesak untuk Sutradara Guo sekarang adalah menggunakan antusiasme orang-orang terhadap ketenaran bintang baru untuk menutupi berita memalukan dari Jesica. Mana ada begitu banyak waktu lagi baginya untuk memilih sana sini. Bahkan jika dia ingin memilih lebih teliti sekalipun, para investor film itu tidak akan mengizinkannya. "

"Jadi, aku ibaratnya dapat durian runtuh dan sangat beruntung?" Clara menjadi serba salah.

"Kamu memang sangat beruntung dan waktunya sangat pas!" Luna menghela nafas, "Perselingkuhan Jesica memiliki dampak negatif yang sangat besar, tetapi juga memiliki momentum yang besar. Selama kamu bisa mengambil keuntungan dari momentum ini, kamu dapat melambung tinggi."

Sesudah itu, Luna dengan wajah serius menepuk pundaknya, "Film-film Sutradara Guo selalu populer di festival-festival film. Aku berencana menggunakan kesempatan dalam film baru ini agar kamu bisa mendapatkan Penghargaan Emas dalam kategori pemeran wanita terbaik tahun depan."

"Kamu berpikir sedikit terlalu jauh." Clara belum masuk dalam kategori atau kandidat. Luna sudah bermimpi bahwa dia akan memenangkan penghargaan untuk film ini. Ya, memang sih, mimpi adalah cara tercepat mewujudkan semua itu.

"Jika seseorang tidak memiliki rencana jangka panjang, maka akan ada banyak kekhawatiran di depan mata. Pada saat itu, kalau Tuan Keempat Keluarga Sutedja tetap mendukung dari belakang dengan kuat, dan ketika semua kondisi sudah siap, aku jamin segalanya akan berhasil secara alami."

"Ternyata pada akhirnya masih harus mengandalkan laki-laki." Clara bergumam.

"Pastilah, kalau ada pria tapi tidak dimanfaatkan dukungannya, emangnya kamu mau simpan sebagai hiasan saja." Luna mengulurkan jari tangan dan menujuk ke dahinya.

Ketika Clara ditunjuk wajahnya dan merasa tidak terima, panggilan telepon Yunita datang.

Clara memegang ponsel, wajahnya terlihat enggan, Yunita mencarinya, benar-benar aneh! Namun, tidak perlu berpikir keras, kemungkinan besar bukan untuk kepentingan yang baik.

Di telepon, Yunita berkata dengan lugas bahwa dia ingin bertemu dengan Clara di sport klub.

Tentu saja, Clara menolak dengan halus. Namun, Clara mendengar nada bicara Yunita, seolah-olah tidak ada ruang untuk menolak dengan alasan apa pun. Clara ingin tahu tentang umpan dan trik apa yang akan dipakai Yunita agar dia patuh padanya.

Ternyata, kata-kata Yunita, membuat Clara terkejut, bahkan panik.

"Clara, apakah kamu tidak penasaran, bagaimana kakekmu bisa meninggal?" Yunita bertanya dengan santai.

"Apa maksudmu?" Clara tanpa sadar menggengam erat ponsel logam pink itu.

Seperti yang semua orang tahu, kakek Qin, meninggal karena serangan jantung. Bahkan ibu dan pamannya tidak pernah mengajukan keberatan atau pendapat lain atas kematian Kakek. Kalau kakek bukan meninggal karena sakit, apakah ada sesuatu yang ditutupi?

"Kakek Qin telah menderita penyakit jantung selama bertahun-tahun, dan dia selalu dilengkapi dengan obat-obatan yang efeknya lebih cepat. Namun, dia meninggal karena serangan jantung mendadak, setelah pertolongan darurat, ternyata tidak bisa tertolong lagi.Clara, apakah kamu tidak pernah meragukan bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya? " Yunita terus melempar umpan dan memancing Clara.

Clara mengerutkan bibirnya, mengerutkan kening dalam-dalam dan tidak menjawab.

Untuk sementara, dia tidak bisa memastikan apakah Yunita hanya memancing dia masuk jebakan dan menciptakan kebohongan itu atau kematian kakek benar-benar tidak alami dan ada sesuatu yang janggal?

Awalnya, ibunya juga terlihat meninggal karena penyakit jantung. Tetapi jika bukan karena Elaine yang pergi ke rumah sakit untuk membuat Evi marah sampai terkena serangan jantung, Evi juga tidak akan meninggal secepat itu.

Apakah kakek juga karena diprovokasi orang sebelum dia meninggal? Atau ada sesuatu yang lain yang harus ditutupi?

Bagaimanapun juga, Clara akhirnya memutuskan untuk pergi menemui Yunita. Dia juga ingin tahu ada maksud tersembunyi apa dari Yunita dibalik ini semua.

"Kirimi aku alamatnya." Sesudah itu, Clara tutup telepon.

Menurut lokasi yang diberikan oleh Yunita, Clara mengemudi ke sport klub pribadi Evergrande.

Evergrande adalah sport klub pribadi milik swasta yang diinvestasikan dan dibangun oleh perusahaan Group Nalan, tidak begitu terkenal di kota A. Termasuk kelas menengah keatas. Pelanggan utamanya adalah pejabat tinggi perusahaan dan para investor modal kecil.

Begitu Clara tiba di sport klub, seorang staf membawanya ke suite yang mewah.

Dekorasi suite dengan dominasi warna gelap, terkesan kelam walaupun mewah. Lantai marmer cerah menyilaukan dan bersih, ketika sepatu hak tinggi menginjaknya, terdengar suara yang sangat bagus.

Di tengah ruangan, ada meja marmer hitam dan panjang. Cahaya lilin di atas meja bergetar sedikit. Di bawah cahaya lilin, ada semua jenis hidangan ala Barat.

Yunita duduk di meja makan dengan tangan terlipat di depannya. Jelas, dia sudah menunggu lama dan tidak sabar, tetapi ketika dia melihat Clara, dia masih menyambutnya dengan senyuman.

“Clara, sini, Duduklah.” Yunita menarik Clara duduk di samping meja bersamanya, tapi kemudian dia pindah duduk di depannya.

Di luar mulai gelap. Cahaya lilin di atas meja berkedip-kedip. Sangat romantis.

Namun, nuansa romansa ini kalau untuk Clara dan Yunita, jadi agak konyol.

Clara duduk di kursi empuk khas Eropa dengan santai, dengan melipat sepasang kakinya yang putih dan ramping. Clara mendongak, menatap Yunita yang duduk di depannya.

Yunita mengenakan gaun panjang dengan belahan rendah. Meskipun riasannya sangat indah, itu tidak sepenuhnya menutupi wajahnya yang kuyu.

Dua hari ini, proyek keluarga Qi telah menjadi topik hangat. Nalan sangat khawatir dan stress, berdampak pada kehidupan Yunita menjadi semakin tidak nyaman.

Yunita memaksakan diri tersenyum, dengan hangat mempersilahkan Clara makan"Aku tahu kamu suka makanan khas China, tapi makanan khas China di sport klub ini sangat biasa. Makanan khas Barat sini malah lebih enak, Cobalah."

Mata Clara hanya menyapu sekilas hidangan lezat di atas meja, tapi tidak tertarik sama sekali.

Melihat Clara tidak bergerak, Yunita tertawa dan berkata, "Kenapa, kamu takut aku akan meracuni makanan ini ya."

Setelah itu, Yunita mengambil pisau dan garpu, dan mulai mencicipi sedikit setiap hidangan yang ada.

Sambil menatap Yunita, Clara lalu mulai mengambil pisau dan garpu, perlahan memotong steak sapi yang matang 70 persen di piringnya.

"Kakak Yunita, kamu seharusnya tahu bahwa aku di sini bukan untuk makan malam bersamamu. Aku ingin tahu tentang kakekku."

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu