Suami Misterius - Bab 174 Indra Keenam

“Paman Tea, teh bunga yang waktu itu paman berikan padaku sangat enak, tidak tahu masih ada atau tidak?” Clara bertanya sambil tersenyum. Kalau bukan karena bertemu Tea yang baru pulang, mungkin dia akan melupakan tujuan kedatangannya hari ini.

“Aku baru merasa bingung kenapa artis besar kita bisa punya waktu untuk menengok pak tua ini, ternyata ada udang di balik batu, sudah mengincar teh bungaku toh.” Kata Tea bercanda.

“Paman jangan meledekku.” Clara menundukkan kepala dengan malu.

Tea menyuruh pelayan dirumahnya untuk membungkuskan sebungkus teh bunga untuk Clara, dari balik kantung kertas yang tebal saja bisa tercium aroma teh bunga yang segar dan harum.

Clara membawa teh bunga dan keluar dari rumah Keluarga Araya, lalu segera menelepon Miko, memintanya untuk mencari tahu apa yang terjadi antara Keluarga Araya dan keluarga Valva.

Hanya saja, ada banyak hal yang tidak bisa di temukan dengan semudah itu, Clara belum mendapat informasi dari Miko, acara ulang tahun di keluarga Sutedja sudah menunggunya.

Waktu yang tertulis diundangan adalah jam 10 pagi, semua harus berangkat lebih awal.

Pagi-pagi keluarga Santoso sudah begitu heboh.

Clara terbangun oleh suara gaduh.

“Bibi Wulan, ada apa sih berisik banget.” Clara duduk di ranjang, merenggangkan pinggangnya perlahan, alisnya yang indah sampai mengkerut begitu erat.

Bibi Wulan membawakan sarapan bubur gandum dan segelas susu hangat, lalu menjawab seolah semua yang terjadi tidak ada hubungan dengannya : “Nona Ester tadi pagi sakit perut, baru saja memanggil ambulance untuk membawanya ke rumah sakit, Nyonya besar juga ikut menyusul. Kemungkinan tidak bisa hadir di acara ulang tahun keluarga Sutedja.”

Setelah Clara mendengarnya, ia hanya mendengus. Dia sudah tahu nenek Santoso dan Ester akan sangat sulit mewujudkan apa yang mereka inginkan, Rina sudah kesempatan untuk membawa Elaine masuk dunia kalangan atas begitu lama, bagaimana mungkin ia melepaskan acara pesta ulang tahun keluarga Sutedja semudah ini.

Rina juga sangat cerdik dan pandai menahan diri. Membujuk nenek Santoso dan Ester begitu lama, namun disaat penting ini malah menahan mereka.

Dalam hal kesabaran dan kelicikkan dia sungguh tidak sebanding dengan Rina, Clara tiba-tiba merasa kalau ibunya kalah dari Rina adalah hal yang cukup masuk akal.

“Ayah tidak mengatakan apapun?” Clara bertanya.

“Tuan meminta Vivi dan Pardi untuk menemani Nyonya besar menjaga Nona Ester di rumah sakit. Nona Elaine ikut ke keluarga Sutedja bersama kalian.” Bibi Wulan menjawab.

Clara agak mengkerutkan alis, dia merasa sedikit heran.

Yanto menyuruh Vivi dan Pardi ikut ke rumah sakit, kalau dikatakan untuk menjaga Ester, di ruang VIP rumah sakit ada perawat professional yang siap merawat pasien, seharusnya tidak membutuhkan mereka. Sehingga, dibandingkan dengan jaga, lebih cocok kalau disebut mengawasi, untuk menghindari kedua nenek dan cucu ini membuat masalah.

Kalau begitu, kejadian yang menimpa Ester secara tiba-tiba ini pasti perbuatan Rina, atau ini memang maksud dari Yanti sendiri? Karena bagaimana pun Ester hanya seorang keponakan, sulit untuk dikendalikan, hanya dengan membuat Elaine menikah masuk keluarga kaya, baru bisa membantu mereka dengan sepenuhnya.

Clara menerima bubur gandum dengan diam, ia memakan buburnya sambil memikirkan hal ini.

Setelah menghabiskan buburnya, ia pergi mandi dan berdandan, lalu mengenakan baju cheongsam yang sudah disiapkan.

Ketika Evi masih hidup sangat menyukai cheongsam, mungkin Clara menuruni ibunya, ia juga begitu suka dengan cheongsam. Apalagi ini adalah acara ulang tahun orang yang lebih tua, pakaian ang sopan seperti cheongsam ini terlihat jauh lebih sesuai dan manis.

Hari ini Clara mengenakan cheongsam sebatas lutut berwana hijau giok, mambuat bentuk tubuhnya yang indah semakin menawan, bagian depan cheongsam terdapat sulaman bamboo hijau yang tersebar rapi mulai dari bagian dada sampai ujung gaun.

Clara menggunakan make up yang natural, lagi pula hari ini bukan acara untuknya, seorang aktris yang belum begitu tenar, sebaiknya jangan terlalu menonjol.

Setelah clara selesai berdandan langsung berjalan keluar kamar, di ruang tamu ada Yanto dan Rina juga Elaine.

Dandanan Rina sesuai dengan statusnya sebagai Nyonya Wakil Ketua Komite, gaun hitam yang panjang dipadukan dengan aksesoris yang mendukung, berdiri disamping Yanto, terlihat begitu hangat.

Namun Elaine malah menggunakan aksesoris dan perhiasan yang begitu mencolok, apa yang ia kenakan dari ujung kepala sampai ujung kaki mungkin bisa mencapai miliaran rupiah. Clara merasa dia tidak seperti akan ikut acara pesta ulang tahun, lebih seperti ikut acara kenegaraan.

“Lama banget, semua orang hanya menunggu kamu seorang.” Elaine berkata dengan kesal

Clara malas menggubrisnya, ia menganggap Elaine seperti transparan, langsung berjalan kedepan Yanto.

“Ayah, acara dimulai jam 10. Kita tidak begitu akrab dengan keluarga Sutedja, kalau tiba terlalu pagi akan membuat kesan anda sedang ingin menjilat keluarga mereka, dan ini akan merusak image anda.”

“Hm, Clara memang jauh lebih teliti.” Yanto mengangguk dengan setuju. Dia juga merasa datang terlalu pagi kurang sesuai, hanya saja Rina dan Elaine kedua ibu dan anak ini sudah tidak sabar untuk tiba disana.

Karena tidak terburu-buru untuk berangkat, Yanto duduk di sofa dengan santai, Rina segera mennyuruh pelayan untuk membawakan teh.

Ia menyajikan teh sambil berkata dengan wajah tersenyum pada Yanto, “Ini pertama kalinya kita menghadiri acara ulang tahun Nyonya besar Sutedja, jangan sampai membuat kesalahan. Elaine sengaja mempersiapkan sebuah lukisan ternama, coba kamu lihat.”

Setelah Rina mengatakannya, ia segera mengeluarkan sebuah lukisan dan membukanya, ia membawanya kehadapan Yanto bak membawa barang berharga yang rapuh.

Sejujurnya pasangan ibu dan anak Rina dan Elaine ini masih cukup pintar, lukisan yang mereka siapkan bukan lukisan antik, kalau sampai memberikan lukisan antik maka akan terlalu mencolok.

Ini merupakan sebuah karya pelukis modern terkenal, dalam lukisan ini terlukis pinus hijau yang kokoh, sangat bermakna.

Yanto mengangguk dengan puas, “Kamu sungguh bekerja keras kali ini.”

“Aku mana mengerti ini semua, Elaine yang maju untuk meminta Pak Tua Dong menggambar ini langsung.” Rina menjawab sambil tersenyum.

Setelah mengatakannya, tatapan Yanto kearah Elaine menjadi jauh lebih hangat.

Elaine sumringah sambil melirik Clara dengan tatapan menantang.

Awalnya diantara mereka sudah tidak ada hutang apapun, Clara juga malas meladeni Elaine, namun bukan berarti Elaine bisa menantangnya sesuka hati.

Clara mengerjapkan matanya yang jernih, lalu melihat kearah lukisan. Lukisan ini terlihat seperti lukisan baru, namun karya yang begitu indah, kalau tidak bisa memperkirakan waktu yang cukup, maka tidak akan sepat menyelesaikan lukisan ini tepat waktu. Jadi, kemungkinan kurang lebih satu bulan yang lalu pasangan ibu dan anak ini sudah mulai mempersiapkan hadian untuk acara hari ini.

“Kakak sepupu Ester pagi ini salah makan, sehingga tiba-tiba memutuskan untuk meminta Elaine untuk menggantikannya. Kenapa hadiah untuk Nyonya besar Sutedja sudah disiapkan? Apakah Elaine punya indra keenam yang bisa tahu masa depan?” Clara bertanya dengan wajah datar.

Elaine : “………”

Tiba-tiba suasana menjadi lebih canggung, bahkan Rina yang biasanya pintar berkelit sampai tidak tahu harus mengatakan apa, hanya bisa memaksakan senyuman, bertanya : “Clara, kamu mempersiapkan hadiah apa untuk Nyonya besar Sutedja ? Coba perlihatkan pada ayahmu dulu.”

Clara meminta Wulan membawa daun teh yang sudah ia persiapkan untuk diperlihatkan pada Yanto.

“aku mendapat informasi kalau Nyonya besar Sutedja sangat menyukai teh-tehan, sehingga sengaja mencari teh berkuaitas ini. Tidak berharap menonjol, asalkan tidak mempermalukan ayah saja sudah cukup.”

“Hm, Clara memang sangat pengertian.” Yanto tersenyum, lalu meminta pelayan untuk menaikkan semua hadiah ke mobil.

Ketika pelayan datang untuk membawa lukisan, Elaine takut pelayan ceroboh, sehingga ia membawanya sendiri. Akhirnya, ketika menuruni tangga, kakinya oleng sehingga terjatuh dari tangga, lukisan ditangannya juga ikut terlepas dan terguling dari atas tangga.

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu