Suami Misterius - Bab 275 kok kamu bisa disini!

"Kakak Yunita, kamu seharusnya tahu bahwa aku di sini bukan untuk makan malam bersamamu. Aku ingin tahu tentang kakekku."

"Oh, itu, habis makan baru kita bicarakan." Yunita tersenyum dengan acuh tak acuh.

Namun, Clara tidak mudah dibodohi, Bibirnya terangkat, lalu melemparkan pisau dan garpu ke atas meja. Pisau dan garpu menghantam piring keramik, membuat suara keras.

"Karena kakak Yunita tidak mau membicarakannya, aku pergi saja." Setelah itu, Clara membuat gerakan seolah-olah ingin bangkit dan pergi.

Ketika Yunita melihat Clara mau pergi, dia langsung panik. Tapi dia berhasil menjaga penampilannya agar tetap tenang, jangan sampai Clara menyadari ada sesuatu yang janggal pada dirinya.

Yunita sangat jelas, jika dia tidak mengatakan sesuatu yang sangat penting, Clara tidak akan mudah terpancing untuk datang kesini.

Pada saat ini, otak Yunita berputar cepat, akhirnya memutuskan untuk menghianati Yanto.

Setelah semua ini, Yanto adalah ayah kandung Clara. Kakek Qin hanyalah Kakek dari pihak ibu. Apa mungkin Clara akan memusuhi ayahnya sendiri demi seorang kakek yang sudah lama meninggal?

Ibarat tidak ada rotan, akar pun jadi, walaupun nanti Clara benar-benar ingin melawan Yanto, Clara juga bukan lawan yang berat.

Yunita menganalisisnya berulang-ulang, dan berpikir bahwa apa pun yang terjadi, itu tidak akan memengaruhinya dan melibatkan dia. Jadi dia berkata, "Aku pernah mendengar ibu sesekali mengatakan bahwa kematian Kakek Qin tampaknya bukan kecelakaan..."

Yunita sambil berkata sambil mengambil anggur dari meja dan menuangkannya ke gelas tinggi di depan Clara.

"Ini anggur yang enak, Cobalah."

Yunita mungkin khawatir Clara tidak akan meminumnya, jadi dia menuang segelas untuk dirinya sendiri dan meminumnya sampai habis di depan Clara.

Clara meraih gelas didepannya, memutarnya perlahan beberapa kali, dan menyesapnya sedikit.

Yunita melanjutkan, "Kakek Qin selalu tidak terpisahkan dari obat-obatan. Namun, ketika dia meninggal, paramedis baru tiba, mereka menemukan bahwa kakek sudah tidak bernapas, botol obat ditendang sejauh beberapa meter disudut….. "

"Ditendang?" Clara dapat memahami poin utama dari pernyataan Yunita dengan sangat tepat.

Wajah Yunita terlihat jelas sangat bingung. Kemudian dengan cepat mengubah maksudnya, "obatnya sangat jauh dari kakek, kemungkinan itu ditendang orang."

Ketika Yunita sedang berbicara, dia berbalik dan ingin kembali ke tempat duduknya, tetapi tiba-tiba dia tersandung sudut meja dan menumpahkan anggur ke roknya sendiri.

Dia mengambil tissue di atas meja dan buru-buru menyeka roknya. Lalu dia tersenyum meminta maaf pada Clara. Maafkan aku, aku pergi ke kamar mandi sebentar.

Setelah Yunita pergi dengan tergesa-gesa, Clara menyesuaikan cara duduknya, tidak melipat kakinya lagi.

Tentu saja, Yunita bisa tersandung bukan karena tidak hati-hati, tapi memang sengaja, dan Clara juga pengalaman. Dia sengaja menempelkan kakinya ke sudut meja, sehingga Yunita tanpa sadar mengira Clara tidak sengaja menendang sudut meja.

Mata Clara tertuju pada arah pintu keluar. Mumpung Yunita belum kembali, Clara dengan cepat mengambil gelas anggur dan meludahkan anggur yang di mulutnya kembali ke dalam gelas. Kemudian, dia menuangkan setengah gelas anggur ke dalam salad sayuran. Dia mencampuri dan mengaduk sayuran dengan garpu. Daun sayuran hijau kebetulan bisa menutupi anggur di bagian bawah mangkuk, dan tidak ada yang bisa melihatnya dari permukaan.

Terakhir kali, Rina dan Yunita, ibu dan anak ini, meracuni sup kacang hijau yang dia minum, Clara masih ingat dengan jelas peristiwa itu. Dia tidak akan jatuh ke lubang yang sama lagi, apapun yang disodorkan Yunita untuknya, Clara tentu saja tidak akan begitu mudah percaya dan masukkan ke dalam mulutnya.

Clara tidak akan sembarangan minum anggur atau makanan di atas meja.

Tidak lama kemudian, Yunita sudah kembali ke ruang utama setelah membersihkan gaunnya. Ketika dia melihat bahwa anggur merah di gelas Clara hampir habis, dia langsung merasa lega.

Yunita kembali ke tempat duduknya, dan Clara pura-pura berbicara biasa dengannya, lalu mengulurkan tangan dan memegang dahinya, sedikit mengernyit. "Kakak Yunita, kepalaku sedikit pusing dan tubuhku panas."

Clara sengaja membuat penampilan yang sangat tidak nyaman. Mereka semuanya adalah aktris. Meskipun keterampilan akting Clara tidak begitu hebat, tapi sudah cukup untuk menipu Yunita yang sedang dalam keadaan kacau karena takut ketahuan dia menjebak Clara.

Clara memang tidak pasti apakah Yunita ada taruh sesuatu ke dalam anggurnya, tetapi tujuannya adalah untuk melihat reaksi Yunita. Jika Yunita memang tidak taruh sesuatu kedalam makanan atau anggurnya, Clara juga ingin segera pergi dengan alasan tidak enak badan.

Namun, ketika Yunita mendengar Clara mengatakan ini, dia tidak terkejut sama sekali. Tampaknya sudah persis sama dengan yang diharapkan.

"Clara, ada apa? Kamu tidak enak badan?" Yunita terlihat sangat khawatir tentang dia dan datang untuk membantunya. "Apakah anggur ini terlalu kuat. Biar aku membantumu ke kamar untuk istirahat, sesudah baikan baru pulang."

Clara mengikuti Yunita ke kamar. Dia ingin melihat apa yang akan dilakukan Yunita nanti.

Yunita membantu Clara ke tempat tidur, Clara berbaring. Kemudian Yunita berbalik dan berjalan keluar.

"Kakak Yunita, kamu mau ke mana?" Clara menyipitkan mata dan bertanya.

"Kamu baring saja. Aku akan membuatkanmu secangkir teh untuk meredakan mabukmu dan segera kembali." Yunita menjawab dan segera berlari ke luar.

Clara merasa langkah kakinya Yunita sepertinya sedang terburu-buru.

Clara terdiam sesaat, tetapi kemudian menyadari bahwa meskipun dia tidak menyentuh makanan di piring dan anggur di atas meja, Yunita makan lumayan banyak untuk membuat Clara merasa yakin dan percaya.

Jika makanan itu benar-benar ada kandungan obat, maka Yunita sekarang mungkin merasakan efek obat itu, jadi dia lari keluar dengan terburu-buru.

Yunita bilang akan membawakan teh yang bisa meredakan mabuk, tetapi tidak kembali lagi.

Clara duduk dari tempat tidur dan jalan mondar mandir di kamar. Tunggu terlalu lama dan mulai merasa membosankan.

Di luar jendela semakin gelap, dan ketika Clara sedang mempertimbangkan untuk pergi. Tiba-tiba, terdengar ada suara langkah kaki mendekat.

Clara langsung terhentak, Dia melihat ke sekeliling kamar, tetapi tidak menemukan senjata yang layak. Jadi dia hanya bisa mengangkat lampu di atas meja samping tempat tidur. Meskipun tidak cocok dijadikan senjata, itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali.

Clara mengangkat lampu, bersembunyi di balik pintu kamar tidur, dan mendengarkan dengan cermat gerakan diluar.

Dalam kegelapan, pendengarannya menjadi semakin tajam.

Clara mendengar langkah kaki secara bertahap memasuki aula utama, kemudian, di aula utama berhenti selama beberapa menit, kemudian menuju ke kamar tidur.

Selangkah demi selangkah, suara langkah kaki semakin dekat ke pintu kamar, Clara tanpa sadar mulai memegang lampu dengan semakin erat. Ketika pintu kamar didorong terbuka dari luar, dia tidak sabar untuk mengangkat lampu di tangannya dan menghancurkannya ke kepala orang yang masuk.

Gerakan Clara sangat cepat dan kejam. Namun, tampaknya orang yang datang lebih gesit daripada dia. Orang itu menghindar, dan berhasil lolos dari serangan Clara.

Lampu menabrak kusen pintu dan hancur berantakan serta terdengar suara pecahan lampu yang sangat keras. Clara dengan cepat meraih dudukan lampu dan berniat melemparkan ke arah orang itu. Saat hendak melempar, orang itu bergerak lebih cepat. Satu tangan meraih pergelangan tangannya Clara yang ramping, tangan yang lain menekan bahunya, dan menekannya ke dinding.

Punggung Clara menabrak dinding, kebetulan ketekan saklar lampu kristal langit-langit, tiba-tiba, kamar itu menjadi terang.

Clara terlalu lama di kamar yang gelap, ketika kamar menjadi terang, untuk sesaat, matanya belum langsung bisa beradaptasi. Dia tanpa sadar menutup matanya, dan kemudian membukanya lagi. Kemudian, dia melihat wajah tampan yang sangat dekar di depan matanya.

"Rudy, kok kamu bisa disini!" Clara menatapnya dengan heran dan kaget.

"Aku juga tidak mengira kalau itu kamu." Terlihat senyum lembut di bibirnya Rudy. Tangan Rudy yang berada di bahunya Clara, pelan-pelan kebawah dan memegang pinggang ramping Clara.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu