Suami Misterius - Bab 874 Kepo

Ingatan seolah ditarik kembali ke masa lalu.

Pada masa kuliah, Ardian sekelas dengan Astrid. Sejujurnya, dia amat tidak suka kepribadian Astrid yang suka pamer serta superioritasnya sebagai orang yang berpangkat tinggi. Oleh karena itu, mereka berdua tidak begitu akrab.

Namun, Ardian harus mengakui bahwa jika dia dan Astrid bukan teman sekelas, dia dan Bahron tidak akan bertemu kembali di pesta kostum.

Pada salah satu ulang tahun Astrid, dia diundang Astrid ke pesta ulang tahun. Undangan dikirim kepadanya, jika dia tidak pergi, maka kelihatan tidak beretiket.

Di pesta ulang tahun Astrid, dia bertemu kembali dengan Bahron.

Setelah itu, Bahron mulai mengejarnya, meminta Astrid untuk mengundangnya menjadi tamu di rumah dengan berbagai alasan. Jika dia menolak, Bahron akan pergi ke sekolah untuk mencarinya. Kemampuan Bahron menjerati orang sungguh hebat.

Bahron tampaknya juga sedang mengenang masa lalu, tatapannya berubah jauh lebih hangat, menepuk bahu Ardian sambil senyum.

Meskipun Astrid agak bising, tapi mereka semua lumayan harmonis.

Seusai makan, satu demi satu kerabat Keluarga Sunarya memamitkan diri.

Petty dan Conan meminta pelayan untuk membawa mereka ke kamar, mereka mengaku mengalami jet lag. Faktanya, mereka hanya saja tidak sabar untuk membongkar hadiah-hadiah yang mereka terima hari ini.

Nenek Sunarya membawa putrinya untuk duduk di ruang tamu untuk mengobrol bareng. Bahron, Ardian, Rudy, dan Clara serta Wilson menemani mereka.

Nenek Sunarya dan Astrid berpisah selama lebih dari 20 tahun, mereka tentu memiliki banyak topik yang tidak habis dibicarakan.

Apa yang paling diprihatinkan Nenek Sunarya adalah kehidupan putrinya di luar negeri selama bertahun-tahun ini, "Tidak ada lagi orang luar, beri tahu ibu bagaimana kondisimu di luar negeri selama bertahun-tahun ini? Apakah Orang Inggris yang bernama John itu memperlakukanmu dengan baik?"

Mengungkit pria Inggris yang sudah meninggal, wajah Astrid tampak canggung, tetapi dia segera menutupi kecanggungan itu, "Dia sudah meninggal, jangan membahasnya lagi."

Ketika Astrid melarikan diri dari rumah, dia membawa banyak kaligrafi antik dan batu giok antik dari Keluarga Sunarya bersamanya. Semua barang itu sangat berharga untuk dilelang. Nenek Sunarya benar-benar tidak habis berpikir mengapa putrinya bisa begitu terpuruk.

Nenek Sunarya ingin lanjut bertanya, tetapi karena Rudy, Clara, dan junior lainnya ada di sini, dia pun tidak terlalu membuat Astrid kehilangan muka. Mereka pun hanya membicarakan topik yang santai.

Langit berangsur menggelap, Rudy mengusulkan untuk pulang, dia pun bersiap untuk membawa istri dan anak-anaknya kembali ke apartemen.

Orang yang tinggal di rumah Sunarya bertambah tiga orang. Rudy berharap dirinya bisa menghindari kontak antara Clara dan mereka sebisa mungkin, semakin sedikit kontak semakin sedikit perselisihan.

Dia tidak ingin wanitanya dizalimi lagi.

"Kenapa? Apakah Rudy tidak tinggal di sini?" Astrid bertanya dengan heran.

Wajah Nenek Sunarya sedikit memuram, tidak berbicara. Jelas, dia masih tidak senang dengan pemindahan cucunya ke luar rumah.

Ardian tersenyum hangat, memecahkan suasana tegang: "Orang muda zaman sekarang jarang tinggal bersama orang tua. Pasangan muda pastinya membutuhkan ruang sendiri."

Ardian ingin melewatkan topik ini agar keluarga Rudy bisa pulang sesegera mungkin. Adik iparnya ini bukanlah orang yang sederhana.

Namun, Astrid tampaknya menemukan celah, melanjutkan topik tanpa bermaksud untuk melewatkannya: "Ardian, bukan aku mau mengkritikmu, tapi sebagai ibu mertua, kamu terlalu baik. Keluarga Sunarya selalu hidup bersama selama beberapa generasi. Terlebih lagi, ibu yang sudah menanjak di usia ini pastinya menginginkan keluarga yang hidup bersama dengan rukun dan bahagia."

Kata-kata Astrid jelas menggambarkan isi hati Nenek Sunarya.

Ardian sekilas melirik raut muka Nenek Sunarya, bimbang dan tidak lagi berbicara.

Rudy agak mengernyit, tatapannya mendingin. Menggandeng erat tangan Clara.

Mendengar kata-kata Astrid, Clara merasa lucu. Seseorang yang meninggalkan orang tua dan kerabat, serta melarikan diri dari rumah selama lebih dari 20 tahun malah berbicara tentang ‘keluarga yang hidup bersama dengan rukun dan bahagia’, benar-benar lucu.

Clara merapat erat kedua bibir, menahan agar tawanya tidak mengeluarkan suara.

Saat dia merasa tidak nyaman untuk menahan tawa, Astrid tiba-tiba mmandangnya dan berkata, "Clara, perkataanku benar atau tidak? Aku rasa kalian tidak usah pulang malam ini, kedepannya juga tinggal di rumah saja."

Kamu rasa? Apa-apaan kamu itu! Clara tidak bisa menahan untuk memutar mata.

“Suami.” Clara merentangkan lengan untuk merangkul lengan Rudy, bersandar padanya sambil bertanya, “Suamiku, apakah kamu suka anak perempuan?”

Rudy mengangkat alis, tidak memahami perkataan Clara yang tidak masuk akal. "Anak laki-laki dan anak perempuan sama-sama baiknya."

"Aku rasa melahirkan anak laki-laki lebih baik. Cepat atau lambat, anak perempuan akan menikah dan menjadi milik orang lain. Orang-orang pada mengatakan bahwa anak perempuan yang menikah bagai air yang disiram keluar. Jika anak perempuan yang sudah menikah masih mengatur masalah rumah asal, maka itu terbilang kepo."

“Clara, siapa yang kamu bilang!” Astrid tidak bodoh, dia tentu tahu bahwa Clara sedang memarahi dirinya kepo.

Clara memandangnya dengan tampang polos, "Tante, apakah kamu berbicara denganku? Aku hanya sembarang berbicara tadi, bagaimana mungkin aku berani mengatakan tante. Namun, kamu tahu sadar diri dan introspeksi diri, itu merupakan hal yang baik."

Astrid tidak menyangka Clara begitu hebat dalam beradu mulut, dia amat frustrasi.

"Ibu, lihat cucu menantu baikmu ini. Apakah ini cara dia memperlakukan tetua? Sama sekali tidak bersikap hormat dan patuh terhadap tetua! Kurang ajar!"

“Cukup, kurangi omonganmu.” Nenek Sunarya menginterupsi Astrid dengan tidak sabar dan wajah muram.

Dia juga merasa bahwa putrinya terlalu banyak atur. Seburuk-buruknya menantu Keluarga Sunarya, juga tidak ada giliran bagi Astrid, yang telah menikah selama bertahun-tahun dan baru saja pulang ke rumah, untuk mengaturnya.

Astrid yang ditegur oleh ibunya tidak lagi berbicara.

Nenek Sunarya menghela nafas, lalu menatap Clara dengan penuh arti.

Meskipun Astrid salah, tetapi Clara, cucu menantunya, melawan tetua di depannya secara terang-terangan, ini amat membuatnya kehilangan muka.

Raut muka Nenek Sunarya masih tampak buruk.

Clara bukan orang yang akan memilih untuk menjalani hari dengan mempertimbangkan setiap emosi orang lain. Dia menggandeng suami dan anak, berbalik dan pulang.

Mereka sekeluarga pun meninggalkan vila Keluarga Sunarya.

Clara duduk di samping pengemudi, menatap vila Keluarga Sunarya yang berangsur menghilang dari kaca spion, bernapas lega.

"Keluarga Sunarya benar-benar kacau."

Rudy sedikit mengangkat bahu, senyumannya agak tak berdaya.

Clara masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi ponselnya berdering.

Setelah mematikan telepon, Clara mengatakan: "Bawa aku ke rumah sakit dulu, Lena akan segera melahirkan."

Menurut perkiraan tanggal kelahiran, Lena seharusnya baru akan melahirkan setengah bulan kemudian. Serangan mendadak ini entah akan berbahaya atau tidak.

Clara bergegas ke rumah sakit, Lena telah didorong ke ruang operasi.

Setelah pemeriksaan, janin tidak dalam posisi yang benar, kepala di atas dan kaki di bawah, tali pusar juga melilit tiga putaran di leher, sangat berbahaya, harus segera menjalani operasi caesar, jika tidak, baik orang tua maupun anak sama-sama berbahaya

Raymond yang mengetahui situasi ini sangat cemas, dia langsung menandatangani surat keterangan operasi tanpa bertele-tele.

Lena selalu ingin melakukan operasi caesar, keinginannya menjadi kenyataan.

Setengah jam setelah Lena didorong ke ruang operasi, anak digendong keluar.

"Anak permpuan, 4,3kg. Selamat." Perawat menyerahkan anak kepada Raymond

Anak perempuan dengan bobot 4,3 kg, Lena benar-benar berkecukupan gizi selama hamil.

"Bagaimana dengan istriku?" Raymond bertanya dengan penuh khawatir.

"Dokter Lena sedang dilakukan penjahitan rahim, masih harus menunggu sebentar sebelum dia keluar. Tenang saja, semuanya baik-baik saja sekarang." Jawab perawat itu.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu