Suami Misterius - Bab 54 Membeli Obat

Suasana hati Clara lumayan baik setelah menari beberapa lagu, juga merasa senang mengobrol dengan beberapa gadis seumurannya.

Waktu sudah malam, pesta ulang tahun juga sudah harus berakhir, hanya saja, pria yang berulang tahun hari ini belum muncul juga.

“Elaine juga tidak ada, aku tebak mereka sekarang pasti ada di dalam kamar......” Seorang gadis tersenyum licik mengatakannya.

“Ini juga terlalu tergesa-gesa, tamu masih belum pergi.” Gadis satunya lagi berbicara dengan nada agak menghina.

“Bukankah Elaine mengandalkan temani tidur baru bisa naik posisi.” Gadis ketiga menanggapi, hubungan beberapa orang dengan Clara lumayan baik, ada semacam perasaan membelanya dari ketidakadilan.

Clara memegang jus di tangannya, mendengarnya, hanya tersenyum dengan ekspresi datar.

Para tamu mulai pergi, tentu saja Clara juga tidak perlu tinggal lebih lama lagi. Karena sopan santun, dia naik ke lantai atas berpamitan dengan Yani, saat melewati kamar Marco, mendadak pintu kamar terbuka.

Elaine berdiri di dalam, tubuh hanya berbalutkan sebuah handuk besar. “Clara, kebetulan aku ingin mencarimu. Apakah kamu bisa membantuku membeli sesuatu? Sekarang aku keluar tidak terlalu leluasa.”

Clara melihatnya sambil mengernyit, Elaine tidak menunggunya menolak, sekali lagi berkata, “Sekarang aku tidak terlalu leluasa untuk keluar, apakah kamu bisa membantuku membeli sekotak pil KB, di depan pintu masuk perumahan ada apotik yang buka 24 jam. Marco, dia juga benar-benar, sedikit pun tidak tahu mengendalikan diri, jelas-jelas tahu hari ini aku tidak berada dalam masa aman......”

Elaine sengaja menangkat dagunya, sama sekali tidak menyembunyikan bekas ciuman di lehernya. Dalam ekspresinya, bahkan sedikit memamerkan.

Clara hanya tersenyum sinis, dalam hati berpikir: jangan-jangan Elaine masih berpikir dia akan merasa cemburu dengan Marco.

“Siapa yang terburu-buru siapa yang pergi membelinya, maaf, aku tidak sempat.” Clara malas menghiraukan mereka, berbalik dan ingin pergi, tapi Elaine menarik lengannya.

“Clara, jangan-jangan kamu masih belum bisa melupakan Marco ya? Aku sarankan lebih baik kamu jangan berharap lagi, kamu juga sudah melihatnya, hubungan kami sangat baik, siapa pun tidak bisa merusaknya, kamu tunggu untuk memanggilnya kakak ipar saja.”

“Elaine, imajinasimu sungguh sukup banyak sekali.” Clara merasa tidak sabar dan melepaskan tangannya.

“Karena kamu bukan tidak bisa melupakan cinta lama padanya, kenapa tidak bersedia membantu kakak pergi membelinya. Hanya membeli sekotak obat saja.” Dagu Elaine diangkat sangat tinggi.

Clara sedikit menyipitkan mata melihatnya, mendadak terlintas sedikit kelicikkan di matanya: “kamu yakin menyuruhku untuk bantu kamu beli obat?”

......

Area vila tempat tinggal keluarga Ortega di seberangnya ada satu apotik 24 jam, setelah Clara membeli sekotak pil KB dari apotik, tapi tidak memberikannya kepada Elaine, melainkan langsung membawanya ke kamar Yani.

Ayah Ortega tidak ada di rumah, Yani bersiap-siap untuk istirahat.

“ Clara ya, bibi sudah menyuruh pembantu membersihkan kamar tamu untukmu, waktu juga sudah malam, kamu nginap semalam saja.” Yani sangat ramah dan antusias kepada Clara.

Clara menolak dengan sopan, “Aku masih harus bergegas kembali ke kru, jadi tidak mengganggu bibi lagi, lain hari aku baru datang menjengukmu lagi.”

Yani juga tidak enak jika bersikeras menahan orang, hanya bisa mengangguk sambil tersenyum, mengantar Clara ke depan pintu.

Sebelum keluar pintu, Clara malu-malu memberikan pil KB pada Yani, wajah tersipu, dengan suara yang lebih kecil dari suara nyamuk mengatakan, “Kakak meminta aku membelikannya, aku lihat kamar kakak Marco terkunci, tidak enak hati mau mengantarkannya ke dalam, Bibi Yani, lebih baik kamu yang berikan pada mereka saja.”

Clara selesai bicara, berlari lebih cepat dari kelinci, jelas sekali gadis muda merasa malu.

Yani membawa sekotak pil KB itu, raut wajah malah berubah jadi sangat buruk.

Elaine sungguh terlalu tidak tahu malu, bahkan menyuruh adik sendiri membantunya beli pil KB. Sebenarnya, yang dipikirkan oleh dia, Yani juga bisa menebaknya, bukankah hanya ingin membuat Clara merasa iri.

Metode ini bukan hanya tidak pintar, tapi sangat rendahan dan kotor.

Yani dari awal sudah tahu, niat Elaine tidak benar.

Dia membawa obat, langsung mengetuk pintu kamar Marco.

Elaine masih mengira adalah Clara, dia memakai kemeja Marco, dengan dua kaki ramping yang telanjang, membuka pintu dengan gaya yang paling centil.

Namun, saat dia melihat Yani dengan wajah buruk di luar pintu, dalam sekejap merasa panik dan kebingungan.

"Bi, bibi, kenapa kamu.”

Yani tidak ingin berbicara sepatah kata pun dengan Elaine, mengulurkan tangan mendorongnya pergi, langsung lurus berjalan ke dalam kamar.

Di dalam kamar, Marco baru saja selesai mandi, duduk di atas ranjang dengan memakai jubah tidur yang longgar, di tangan memegang handuk kering sambil mengusap rambut. Jendela di dalam kamar terbuka, tapi tetap tertinggal aroma mengejar kesenangan, apa yang baru mereka lakukan di dalam kamar tanpa dibicarakan sudah jelas.

Raut wajah Yani semakin buruk lagi.

“Ma, sudah larut malam kenapa kamu masih belum tidur.” Marco melihat ibunya masuk, sedikit banyak merasa terkejut.

Yani tidak menjawabnya, sebaliknya berkata pada Elaine, “Ada sesuatu yang ingin aku katakan dengan Marco secara pribadi, waktu juga sudah malam, nona Muray, aku suruh supir antar kamu pulang.”

Elaine menatap Marco dengan cemas, tampangnya yang merasa diperlakukan tidak adil. Kemudian, Marco hanya membalasnya dengan sebuah pandangan mata tidak berdaya.

Di keluarga Ortega, Yani adalah ibu suri, Marco sangat jarang membantah ibunya.

Elaine dengan ekspresi tidak rela masuk ke dalam ruangan untuk mengganti pakaian, mengambil tas baru saja mau pergi, tapi dipanggil oleh Yani.

“bibi, kamu masih ada pesan apa?” Elaine bertanya dengan agak kesal.

Yani malah melemparkan sekotak obat padanya, “Jangan lupa minum obat, bagaimanapun, kamu dan Marco masih belum menikah, keluarga Ortega kami adalah keluarga terpandang, tidak ingin ada anak luar nikah yang membuat malu.”

Elaine mengambil kotak pil KB itu, berlari keluar dengan mata yang memerah.

“Elaine!” Marco tanpa sadar langsung memakai baju dan mengejarnya, tapi dihentikan oleh Yani.

“Kamu berhenti!”

“Ma! Kamu sudah keterlaluan!” Wajah Marco penuh dengan rasa tidak berdaya. Dia masih belum menikah, sudah harus menghadapi posisi sulit antara ibu dan calon istrinya.

“Aku tidak merasa kalau aku keterlaluan. Marco, dari awal aku sudah memberitahumu, kepribadian Elaine ini bermasalah. Pokoknya, aku tidak akan setuju kalau kamu menikahinya.” Ibu Ortega mengatakannya.

Namun saat ini Marco dan Elaine berada dalam kondisi saling mencintai dan tak terpisahkan, tidak bisa mendengar orang lain menjelekkan wanita sendiri. “Ma, aku tahu kamu menyukai Clara, jadi baru ada prasangka terhadap Elaine.”

“Aku tidak suka dengan Elaine, tidak ada hubungannya dengan Clara sedikit pun. Elaine itu, penuh dengan kesombongan, jika kamu bukan putra dari keluarga Ortega, dia bahkan tidak akan memandangmu. Marco, pengalaman hidup mama lebih banyak dari kamu, kenapa kamu tidak percaya dengan mama, apakah aku masih akan menyakitimu!”

Yani sangat marah, putra keluarganya, kenapa bisa tergila-gila dengan Elaine wanita seperti itu.

“Ma, terlalu dalam salah pahammu terhadap Elaine. Aku tidak ingin menjelaskan, pokoknya, selain dia aku tidak akan menikah.” Marco mengucapkan kata keras, lalu duduk di samping ranjang dengan rasa putus asa.

Dia tidak bisa mengerti, kenapa ibu tidak bisa percaya dengan pandangannya, mencoba terima Elaine. Jelas-jelas dia adalah seorang gadis yang begitu polos.

Malam saat mereka bersama itu, jelas-jelas hanya sebuah kesalahan. Memberikan malam pertamanya kepada dia, jelas-jelas ketakutan hingga menangis, sangat tidak berdaya bagaikan seekor kelinci kecil, tapi dengan mata memerah berkata padanya, itu bukanlah kesalahannya, menyuruhnya jangan merasa terbebani.

Hatinya juga melembut untuknya.

Yani dan Marco berselisih, pada akhirnya tetap tidak ada hasil, diakhiri dengan rasa tidak senang.

Novel Terkait

Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu