Suami Misterius - Bab 677 Hanya Bisa Mengabaikannya

Rudy tidak bergerak, diam-diam dipeluk olehnya.

Clara menempelkan wajah di punggungnya yang tegap, sepasang lengan memeluk pinggangnya, memeluk dengan erat.

Cahaya redup bersinar dari atas kepala, memantulkan bayangan di bawah tanah.

“Kapan kamu datang?”

Clara bersandar padanya, memejamkan matanya yang indah dan bertanya dengan lembut.

“Aku sudah datang daritadi, karena takut kamu tidak ingin melihatku, jadi tidak masuk ke dalam.”

Rudy menjawab, suara yang tenang dan rendah, samar-samar menunjukkan ketidakberdayaan.

“Masih marah?”

Rudy bertanya lagi.

Clara menggelengkan kepala, “Aku tidak marah, hanya merasa sedikit lelah.”

Rudy berbalik, dan memeluknya, setiap gerakannya sangat hati-hati.

“Clara, maaf.”

Clara mengangkat sudut bibirnya, mengedipkan matanya yang indah dan menatap fokus padanya, “Tidak perlu minta maaf, ini bukan salahmu.”

“Tidak dapat merasa senang ketika bersamaku, malah membuatmu terasa lelah, ini salahku.

Clara, aku sering tidak tahu bagaimana menanganimu.”

Suara Rudy terdengar desahan samar.

Clara mengedipkan mata menatapnya, tidak berkata, hanya menarik lengannya, dan sengaja mencubitnya.

Rudy tersenyum lembut, mengulurkan tangan mengelus kepalanya.

“Barang Wilson ada di bagasi mobil.”

Selesai berkata, Rudy membawanya ke depan bagasi, membuka pintu bagasi, dan mengambil sebuah kantong plastik, dalamnya memuat barang-barang keperluan Wilson, susu bubuk, botol susu, termos air, handuk dan sikat gigi Wilson, baju tidur, serta bantal dan selimut kecil yang biasa dia gunakan.

Rudy mengambil kantong plastik dan menyerahkannya pada Clara, "Sudah malam, cepat masuk dan istirahat lebih awal."

“Oh.”

Clara mengangguk, dan menunjuk ke arah vila, “Bagaimana denganmu? Tidak masuk ke dalam?”

Rudy menyipitkan mata dan menatapnya, kemudian, mengulurkan tangan memeluk pinggangnya yang ramping, dan langsung menariknya ke dalam pelukan, dan bertanya: “Rindu padaku?”

Kedua tangan Clara menahan di dadanya yang berotot, tersenyum mengangkat dagunya dan bercanda: “Presdir Sutedja jangan salah paham, aku hanya ingin memintamu masuk membuatkan susu sekalian tidurin anakmu.”

Setelah mendengar, Rudy tersenyum, dan digandeng oleh Clara, masuk bersama ke dalam Vila.

Kebanyakan orang di dalam vila sudah istirahat, dalam vila sangat sunyi.

Rudy mengikuti Clara naik ke lantai atas, dan memperlembut langkah kakinya.

Di kamar paling ujung lantai dua, Wilson sedang duduk di ranjang, ketika melihat Rudy, dia segera tersenyum bergegas mendekatinya.

“Ayah!”

Rudy mengangkat sudut bibirnya, mengulurkan tangan mengelus kepalanya.

Kemudian mengeluarkan baju tidur dari dalam kantong plastik dan menggantikan pakaian si kecil.

Setelah mengganti baju, Rudy membawa Wilson menggosok gigi di kamar mandi, kemudian meminum sebotol susu dan berbaring di ranjang dengan patuh.

Rudy bersandar di ranjang, mengambil buku cerita, dan membacakan cerita sebelum tidur untuk si kecil.

Clara duduk di sofa samping jendela, tangan memegang dagu dan tersenyum melihat pasangan ayah dan anak.

Setelah Rudy selesai membaca buku cerita, si kecil juga tertidur.

Rudy menutup buku cerita dan meletakkannya di lemari samping ranjang, kemudian memutar kepala menatap Clara.

Clara duduk di sofa, memejamkan matanya, posturnya terlihat malas.

Cahaya bulan bersinar di belakangnya, seluruh tubuhnya diselimuti cahaya bulan.

Rudy berdiri dan berjalan mendekatinya, duduk di sebelahnya, dan mengeluarkan mancis dari saku mantel.

“Wilson sedang tidur, jangan rokok.”

Clara mengulurkan tangan merebut rokok di tangannya, langsung membuang ke tong sampah.

Gerakannya lincah dan tegas.

Rudy tersenyum melihat rokok di dalam tong sampah, senyumannya penuh dengan perasaan memanjakan.

Clara berkata.

“Menghancurkan jembatan setelah menyeberangi sungai?”

Rudy mengangkat alis, tersenyum menatapnya.

“Anak Rahma masih di rumah, kamu tidak kembali menemaninya?”

Clara berkata dengan nada cemburu.

Setelah mendengar, Rudy mengulurkan lengan memeluknya, dan menundukkan kepala mencium bibirnya.

“Aku sudah mengantar anak itu pergi.”

“Kamu sudah menghubungi Rahma?”

Clara bertanya.

Rudy menggelengkan kepalanya, “Aku menghubungi kantor polisi, pihak kepolisian datang membawanya pergi.

Dia tidak memiliki hubungan persaudaraan dengan kita, jadi aku tidak punya kewajiban merawatnya.

Membantu menemukan ibu untuknya adalah tanggung jawab pihak kepolisian.”

Pikiran Rahma terlalu sederhana, dia menyangka meninggalkan Bobo di rumah, Rudy akan terpaksa menafkahinya.

Tapi kenyataannya, Rudy tidak menerima langkah ini sama sekali.

"Oh."

Clara menanggapinya dengan desahan tak berdaya, "Masalah kali ini terselesaikan, tidak tahu apa lagi yang akan terjadi lain kali."

“Tidak sulit untuk menyelesaikan masalah Rahma, tapi kalau tidak mengeluarkan orang di belakangnya, cepat atau lambat akan menyebabkan masalah lainnya.”

Rudy memeluknya, dan meletakkan dagu di bahunya.

Clara bersandar di pelukannya dan bertanya, "Apakah kamu tahu siapa yang berada di belakangnya?"

"Kalau aku tidak salah menebak, orang yang menyebabkan kekacauan seharusnya adalah Gevin."

Rudy menjawab tanpa menyembunyikan apapun.

"Gevin?"

Clara sedikit bingung.

Kesannya terhadap Gevin masih berada pada tingkat ceroboh dan sederhana.

“Sebenarnya, apakah aku dan Bobo memiliki hubungan darah, sebuah tes paternitas sudah cukup untuk membuktikannya, karena kebenaran tidak bisa dipalsukan, begitu juga dengan sebaliknya.

Rahma tidak akan sebodoh itu, sampai memaksa melemparkan anaknya padaku.

Dia begitu yakin Bobo adalah anakku, hanya ada satu penjelasan, yaitu dia keliru berpikir pada malam itu, orang yang memiliki hubungan dengannya adalah aku.

Dan, orang yang bisa naik ke ranjang Rahma di dalam keluarga Sutedja, selain Gevin, aku tidak terpikir orang lain.

Adapun hasil tes Paternitas di tangan Rahma, dari mana sampelnya berasal?

Kalau aku tidak salah menebak, seharusnya Gevin yang memberikan padanya.

Gevin menggunakan sampelnya sendiri dan berbohong itu milikku, kemudian hasil tes paternitas menunjukkan hubungan orangtua-anak.

Selain memastikan Bobo adalah anak kandungnya, juga berhasil menjebakku, benar-benar hebat.

Aku telah meremehkannya, beberapa tahun ini, kemampuannya berkembang, dan diam-diam mengosongkan perusahaan teknologi.

Mereka pasangan ayah dan anak benar-benar sangat tertarik pada harta keluarga Sutedja, bersikeras ingin mendapatkannya.”

"Sekarang telah mengetahui Gevin yang melakukannya, apa lagi yang kamu khawatirkan?"

"Tidak berguna kalau hanya mengetahuinya, kalau dia menolak mengakuinya, aku tidak dapat melakukan apapun padanya.

Sekarang, aku hanya bisa pura-pura mengabaikannya, biarkan Rahma membuat masalah."

Rudy menggelengkan kepalanya tak berdaya, dan mengangkat dagunya dengan lembut, "Tapi harus merugikanmu.

Clara, setelah masalah ini selesai, mari kita kembali ke Beijing."

"Setelah kembali ke Beijing, tidak ada orang yang akan membullyku lagi?"

Clara mencibir dan bertanya.

"Setelah kembali ke Beijing, kamu bisa membullyku sesuka hati."

Pandangan Rudy yang dalam, penuh dengan senyuman yang hangat, dan suaranya yang rendah terdengar mesra.

"Rudy, kamu jangan membujukku."

Tangan Clara menahan pada dadanya, pipinya memerah, "Sudah malam, mengapa kamu masih belum pergi."

"Malam ini aku tinggal di sini menemanimu."

Rudy tersenyum berkata, lalu berdiri dari sofa.

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu