Suami Misterius - Bab 1188 Pernah Membenci, Pernah Menyesal, Lebih Banyak Cinta

"Bibi selalu bilang tidak boleh terus bersembunyi." Ucap Keyra.

Diana tidak bisa menahan menghela nafas, "Hati ibuku lembek, melihat Novanya baru kehilangan anak perempuannya, tidak keberatan dengannya. Kalau Novanya tidak tau diri, terus ribut lagi, ibuku akan menyuruhnya dengan Jay keluar bersama."

"Kalau Novanya adalah orang yang tau diri, maka beberapa tahun ini tidak akan ribut lagi." Keyra mengingatkan: "Dulu, dia mempunyai Daria sebagai anaknya, mempunyai andalan. Sekarang, Daria sudah tidak ada, Novanya tidak akan melepaskan ayahmu. Kalau tidak seumur hidupnya benar-benar sendirian tidak bisa mengandalkan siapapun."

Diana mengangguk setuju, "Aku juga berpikir seperti itu, sudah beberapa kali menegur ibuku, menyuruhnya cepat bercerai dengan Jay. Pada akhirnya, rasa simpati ibuku meluap, mengatakan sesama ibu, bisa mengerti penderitaan kehilangan seorang anak. Aku sungguh tidak tau, Daria dan ibunya apa yang bisa dikasihani, dia bahkan sudah merencanakan rencana selanjutnya, tapi Daria tiba-tiba meninggal, benar-benar sudah menguntungkan dia.

"Kamu dan Daria mempunyai konflik sebesar ini?" Tanya Keyra sambil tertegun.

Mempunyai ayah yang sama dari ibu yang berbeda, bagi Diana, Novanya dan Daria ibu anak ini adalah korban, mereka ditakdirkan sebagai saingan, tapi tidak menyangka bisa sampai pada tahap aku hidup kamu mati.

Bagaimana juga, Keyra tumbuh di lingkungan keluarga yang hangat dan damai, ada beberapa hal, tidak pernah dialami juga tidak akan bisa dibayangkan.

Diana tersenyum, pupilnya dingin, berkata dengan mengejek, "Dulu, jelas-jelas bisa menghindarinya, berkat Daria, orang-orang itu baru bisa menangkapku."

Saat ini, Diana masih ingat, hari itu dia sedang piket di rumah sakit, segerombol orang tiba-tiba masuk ke departemen kandungan di rumah sakit, bertanya di meja perawat dimana Diana.

Lena kebetulan ada di meja perawat, kebetulan sedang berbicara dengan kepala perawat, melihat orang-orang ini tidak berniat baik, langsung menyuruh seorang perawat kecil, menyuruh Diana bersembunyi dulu.

Saat itu, Daria juga sedang di rumah sakit, setelah penundaan menstruasinya, pergi periksa di rumah sakit, kebetulan melihat suster kecil ini buru-buru pergi mencari Diana, lalu melihat Diana bersembunyi di dalam ruangan obat.

Setelahnya, orang-orang itu mencari Diana di setiap ruangan pasien di departemen kandungan, tapi mereka tidak bisa mendapatkannya, awalnya sudah berencana untuk pergi, Daria malah berlari ke depan pintu ruangan obat, tiba-tiba berteriak keras.

Lalu, orang-orang itu menendang pintu ruangan obat, menangkap Diana keluar dari ruangan.

Diana menceritakan secara garis besar kepada Keyra, dengan dingin berkata: "Setelahnya, aku bertanya Daria, kenapa dia berbuat seperti itu. Dia malah mengatakan kepadaku, saat itu dia hanya terlalu takut, makanya ketakutan sekali sampai berteriak. Alasan begitu ceroboh, siapa yang mau percaya!"

Keyra yang terkejut mendengarnya, bertanya: "Bagaimana kakakku bisa tau tentang hal ini?"

Diana menggeleng, "Ini adalah masalah diantara aku dengan Daria, aku ingin menyelesaikannya sendirian. Dan juga, semua yang berhubungan dengan dulu, tidak peduli aku atau kakakmu, tidak ingin mengungkitnya lagi."

Keyra yang sudah mendengarnya, tatapannya bertambah lebih dalam. Dia mengerti maksud Diana, di saat itu terlalu sedih, meskipun lukanya tidak lagi berdarah, tapi bekas luka juga tidak akan mudah sembuh. Begitu lukanya terbuka lagi, tetap akan sakit sekali.

Pergelangan tangan Keyra memeluk pundak Diana, menepuk pelan, menghibur. "Diane, jujur saja, apakah kamu pernah membenci kakakku?"

Setelah Diana mengatakannya, tertawa pelan, melepaskan tangannya, "Kamu adalah adiknya, apa kamu merasa aku akan berkata jujur kepadamu?"

"Katakan diam-diam, kita tidak memberitahunya." Wajah Keyra serius.

Bibir Diana masih tersenyum, pupilnya sedikit kebingungan. Dia mengangguk pelan, suaranya sedikit serak, "Pernah menyesal, juga pernah membenci, tapi cintanya lebih banyak."

Banyak sekali hal, bukanlah ingin melupakannya, bisa melupakannya dengan mudah, kebahagiaan juga tidak bisa menghilangkan rasa sakit dan luka yang pernah ada.

Sampai saat ini Diana juga tidak melupakan, saat pisau pelaku menempel dilehernya, rasa dingin yang menusuk tulang itu.

Dia berkata kepadanya: Diane, jangan takut, tutup matamu.

Dia begitu mempercayai pria itu, menahan semua ketakutan dan ketidak tenangan, menutup matanya dengan menurut, alhasil, setelah terdengar suara pistol, pisau pelaku masuk ke dalam tubuhnya.

Pisau menusuk ke dalam tubuhnya, rasa dingin yang menusuk tulang itu, seperti masih tertinggal di dalam tubuhnya, tidak bisa dihilangkan.

Saat itu Desta masih muda dan kuat, rasa percaya dirinya mendekati sombong. Dia seratus persen yakin bisa membunuh pelaku itu. Awalnya, juga seharusnya seperti itu.

Namun, kejadian juga sudah terjadi, setelah pelaku itu meninggal, tangannya masih tetap memegang pisau erat, setelah pisaunya terjatuh, dengan akurat menusuk tubuh Diana.

Keyra bertanya padanya apakah membenci kakaknya, tentu saja pernah.

Tiga tahun di luar negri, dia sendirian berbaring di ruangan ICU, saat berjuang dan melewati dengan susah payah, dia pernah membenci, juga pernah menyesali. Menyesali dia tidak pernah menunduk dan bernegosiasi, menyesali dia terlalu sombong, menyesalinya...........

"Kamu terhadap kakakku, pasti cinta sejati." Suara Keyra, memotong Diana yang tenggelam dalam pemikirannya.

Diana menggeleng pelan, sudah lama sekali, tidak pernah muncul emosi negatif semacam ini.

"Kalau tahu Daira begitu membenci, aku tidak seharusnya menolak gugatan anak CEO Li." Keyra bercicit.

"Kamu tidak perlu khawatir, Brigita Li sudah membantuku membunuh musuh, aku ingin sekali dia bisa dilepaskan tanpa hukuman." Ucap Diana.

"Kalau dibebaskan tanpa hukuman tidak mungkin sekali, tetapi, aku bisa membantumu dalam gugatan ini, tidak akan dihukum terlalu berat." Ucap Keyra dengan wajah penuh percaya diri.

Kepercayaan diri dan kesombongan orang keluarga Sunarya, benar-benar sudah keturunan gen.

"Oh benar, bibi kapan mau mengajukan gugatan perceraian, jangan lupa cari aku, orang kenal, satu gugatan diskon 20%." Ucap Keyra dengan tersenyum, dalam hatinya sudah mulai memperhitungkan, aset keluarga Sunarya tidak sedikit, membebankan biaya pengacara sesuai jumlah denda, dia pasti bisa mendapatkan banyak uang.

Saat mereka berdua sedang berbicara, Keyra tidak sengaja membalikkan kepalanya, tiba-tiba melihat Desta yang tidak tau sejak kapan berdiri di belakang mereka, melihat mereka berdua dengan kening berkerut.

"Kak, kamu kapan pulang?"

Mendengar demikian, ekspresi Diana sedikit berubah, juga membalikkan kepala melihat Desta. Tidak tau juga dia sudah mendengar sebanyak apa perkataan mereka.

"Baru saja pulang, kalian berdua disini, berbisik-bisikkan sedang membicarakan apa?" Ucap Desta dengan santai, menukar sepatunya, memakai sandal dan berjalan masuk.

Diana menghela nafas lega, tersenyum bertanya, "Hari ini cepat sekali pulang, apakah sudah makan malam?"

"Belum, ingin makan bersamamu." Desta memeluk pinggangnya, bertanya lagi, "Dimana Gungun?"

"Ayah dan ibu membawa Gungun kerumah mereka. Beberapa hari ini Sus Rani juga pulang kampung, malam ini hanya ada kita bertiga, kamu mau masak, atau pesan makanan luar?" Tanya Diana.

Desta ragu sebentar, "Jarang-jarang Gungun tidak ada dirumah, malam ini aku juga tidak ada acara bisnis, keluar makan saja."

"Baik. Aku tau restoran barat yang bagus." Tidak menunggu Diana berbicara, Keyra langsung ikut memotong.

Restoran barat yang dia katakan lumayan, memang benar-benar lumayan, tentu saja, harganya jauh lebih cantik. Keyra tidak tega dirinya menghabiskan uang pergi makan.

Desta memutar kepala melihatnya, dengan serius bertanya: "Kita bertiga pergi bersama, Keyra, apakah kamu tidak merasa terlalu mengganggu?"

'Kalian berdua pergi bersama, meninggalkan aku sendirian, apakah kamu tidak merasa sedikit kelewatan?" Tanya Keyra balik.

"Kamu sekarang juga tidak sendiri lagi." Ucap Desta.

"Kamu yakin?" Keyra menaikkan alisnya, dengan tersenyum berkata: "Aku sekarang pergi cari Alfy, pasti tidak sempat pulang sebelum jam tutup pintu malam hari. Kalau begitu lebih baik aku menginap diluar saja............."

"Enak saja." Desta memotong perkataannya, menggertakkan giginya berkata, "Pergi bersama saja."

Oleh karena itu, mereka bertiga, sama-sama keluar, sesampainya di restoran barat, menjadi 4 orang. Kebetulan Rimi sedang istirahat, Desta meneleponnya, menyuruhnya ikut makan.

Restoran barat terbaik di kota, Keyra duduk dengan Remon di sisi lain, tampaknya lumayan damai.

Keyra membolak-balikkan menu makanan, sambil melihat makanan, sambil berkata, " Rimi, akhir-akhir ini kamu santai sekali."

"Siapa yang bilang, aku seorang pria dewasa yang single, banyak sekali acara hiburanku. Aku sengaja kemari, bukankah demi menjaga perasaanmu. Kamu terjepit diantara kakak dan kakak ipar, begitu mengganggu, kamu tidak canggung, tidak merasa kesulitan?" Ucap Remon sambil menyilang kakinya.

"Aku canggung atau tidak apa hubungannya denganmu." Keyra dengan terbiasa menjulurkan kaki menendangnya, lalu berkata kepada Desta: "Kak, orang ini kuat makan sekali, hati-hati nanti kalau sampai menghabiskan semua uangmu."

"Aku tidak kekurangan sedikit uang ini." Saat Desta mengatakannya, mengambil kain restoran, membantu Diana meletakkannya di atas paha. Diana melihatnya, tatapan mereka berdua bertukar, lalu saling tersenyum, juga sedikit melow.

Remon dan Keyra, benar-benar obat nyamuk.

Keyra terhadap kakak kandungnya, dengan tidak segan sedikitpun, memesan yang mahal dan juga memesan dua porsi lobster Australia untuk dibawa pulang.

Selama makan, Desta dan Diana makan dan mengobrol, menganggap dua orang lainnya sebagai udara.

Keyra menggoyang gelas anggurnya, berpikir dalam hati, kakaknya sungguh licik sekali, kalau Remon tidak ada, dia pasti menarik Diana mengobrol, mana ada kesempatan untuk Desta ikut berbincang.

Sekarang, muncul seorang Remon, mereka berdua duduk berhadapan, Keyra sungguh tidak enak mencampuri topik pembicaraan mereka.

DIa menyicip anggurnya, melihat Remon di hadapannya, eh, mengobrol saja.

Keyra baru saja mulai memilih topik pembicaraan, Remon malah duluan berkata.

"Kamu dengan si Alfy, Alfy apa itu, bagaimana?"

"Alfy Sanusi. Kami lumayan baik." Keyra memotong steak, menjawab.

Remon sebelah tangan menggoyang gelas anggurnya, sebelah tangan menopang dagunya, berkata: "Tampaknya dingin sekali, bahkan tidak banyak bicara, sungguh tidak mengerti kamu menyukai apa dari dia."

"Tampan." Jawab Keyra asal.

"Aku juga tampan." Remon sengaja merapikan rambutnya.

"Kamu menyedihkan." Jawab Keyra dengan bercanda.

"Key, seleramu buruk sekali! Apakah bola matamu dipasang terbalik, aku lihat dulu!" Setelah Remon mengatakannya, mengulurkan tangan mencubit dagunya.

Mereka berdua dari kecil sampai besar, sudah biasa bertengkar. Dia menahan dagu Keyra, Keyra menolehkan kepala menggigit lengannya, saat mereka berdua sedang bertengkar, dari belakang tiba-tiba terdengar suara yang membawa sedikit ketegunan.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu