Suami Misterius - Bab 315 Diperlakukan Dengan Raman Dan Hormat

Rina begitu sibuk, setelah memindahkan hadiah, ia segera ke dapur untuk mengontrol. Ia yang memandori langsung para pelayan yang memasak sampai makanan tersaji, setelahnya ia baru mempersilahkan para tamu untuk masuk ruang makan dengan begitu ramah.

Yanto mengajak Rudy ke meja makan dengan sangat ramah, Rudy hanya menjawab beberapa patah kata dengan singkat, dia dan Clara duduk di kursi makan utama.

Yanto dan nenek Santoso malah duduk dibarisan samping sambil tersenyum penuh hormat.

Selama jamuan makan, Rudy hanya menyentuh beberapa makanan untuk formalitas saja, terlihat jelas kalau makanan di Keluarga Santoso ini tidak sesuai dengan seleranya. Yanto dan Nalan Qi berusaha mengajak Rudy mengobrol, bahkan Andika Liu juga sempat ikut mengobrol beberapa patah kata.

Rudy sangat sopan, sama sekali tidak terlihat angkuh, namun tidak menutupi auranya yang begitu berkelas.

Dia mengobrol dengan santai bersama Yanto, Nalan Qi dan lainnya, tidak perduli bergurau, mengobrol mengenai bisnis, politik ekonomi, Rudy bisa mengimbangi dengan baik, ketika bicara juga terlihat tidak bercelah.

Ketika sedang mengobrol Yanto menggiring topic kearah pemilu, Rudy mengobrol beberepa patah kata, lalu mulai menekan topic itu, Yanto ingin menggiring topic lebih jauh namun sama sekali tidak mendapat kesempatan dari Rudy. Kelihatannya, mengobrol juga semacam seni, Yanto dihadapan Rudy yang pro ini masih terlalu muda.

Nalan Qi lebih cerdas dari Yanto, ia sama sekali tidak terburu-buru, melainkan terus mencari celah yang aman dan nyaman.

Di meja makan hampir hanya para pria yang bicara, para wanita hanya menjadi pemanis saja, Yunita dan Elaine menjadi pendamping pasangan masing-masing, tidak hentinya mengambilkan makanan dan menuangkan anggur. Sementara Rina berubah menjadi istri dan menantu yang berbakti, melayani nenek Santoso dan Yanto.

Sementara Ester hanya duduk diam disamping nenek Santoso, ia melihat Rudy, lalu Nalan Qi dan Andika Liu, pandangannya penuh dengan kebencian.

Clara sama sekali tidak tertarik dengan topic yang dibicarakan para lelaki, ia juga tidak mengkhawatirkan Rudy, acara seperti ini merupakan hal biasa bagi Rudy.

Makanan yang disajikan cukup sesuai dengan seleranya, sehingga dia hanya fokus dengan makanannya, ibu dan anak Rina berusaha mendekatinya dengan mengajak mengobrol, ia hanya menjawab ala kadarnya.

Rudy sesekali meliriknya, melihatnya makan dengan asik seperti sudah lapar beberapa hari. Senyum mengembang di bibir tipis Rudy, tatapan matanya juga terlihat jauh lebih hangat.

Setelah selesai makan, Rudy pamit pulang, Tuan muda keempat Sutedja merupakan orang yang sibuk, tidak ada yang berani menahannya.

Seluruh anggota keluarga Santoso keluar mengantar Rudy dan Clara dengan begitu sopan dan hormat sampai ke samping mobil.

Rudy membuka pintu samping pengemudi dan menggandeng Clara masuk, setelah menutup pintu baru memutar ke posisi pengemudi.

Mobil perlahan meninggalkan villa Keluarga Santoso, tangan Clara menopang di kaca jendela mobil sambil melihat ke kaca spion, bayangan mereka yang perlahan mengecil, membuat Clara tersenyum sinis.

“Semua berkat Tuan muda Rudy, aku hidup di keluarga Santoso selama 20 tahun, baru kali ini dipelakukan dengan begitu ramah dan hormat.”

Tangan Rudy diletakkan diatas setir dengan santai, lalu tersenyum tipis, “Keluarga ini memiliki tujuan masing-masing, intinya egois dan memikirkan keuntungan sendiri. Berkumpul menjadi satu memang jarang sekali bisa akur seperti ini. Dalam Keluarga Santoso, kamu malah menjadi yang berbeda sendiri dengan mereka.”

Clara mendengar ini, menopang wajahnya dengan tangan sambil menatapnya, tatapannya begitu dalam, bagaikan bisa menembus semuanya.

……

Dan disaat ini, di rumah keluarga Santoso.

Setelah Rudy pergi, tidak ada satu pun diantara mereka yang tenang.

Didalam kamar nenek Santoso Ester memegang cangkir teh dengan wajah penuh kebencian sambil tersenyum pahit, “Nasib Clara sungguh baik. Tuan muda keempat Sutedja itu begitu hebat, penampilan sampai kemampuannya merupakan nomor satu disini.”

Ester melihat lagi dirinya, menikah dengan orang yang tidak tepat, dipukul sampai keguguran, sampai sekarang orang dari keluarga Maramis belum ada yang muncul sama sekali, entah masa depannya akan menjadi apa nantinya.

Ester sungguh bigung.

Kalau seandainya dia tidak bercerai, maka dia harus melalui sisa hidupnya di keluarga Maramis dengan penuh penderitaan. Namun kalau bercerai, sebagai wanita yang sudah pernah menikah, dia tidak punya keluarga yang berkuasa, ingin menikah masuk kedalam keluarga yang berada akan sangat sulit.

nenek Santoso juga ikut menghela nafas, meskipun ada beraneka ragam hadiah dari Rudy yang memenuhi rumahnya, tapi ia tetap tidak bisa merasa senang.

“Clara selama ini terlihat begitu tenang dan tidak melakukan apapun, namun dia merupakan gadis yang cukup licin. Dia berhasil mendapatkan Tuan muda keempat Sutedja, sisa hidupnya pasti akan berlimpah kekayaan dan kebahagiaan.”

nenek Santoso menggenggam tangan cucunya, merasa tidak tega sampai hampir menangis. “Esterku sungguh malang, kalau saja kamu memiliki status yang seperti Clara, yang menikah dengan Tuan muda keempat dan menikmati semua itu mungkin kamu.”

“Nek, jangan katakan lagi, aku tidak punya keberuntungan seperti itu.” Ester tidak sanggup menahan airmatanya.

nenek Santoso mengusap airmatanya dengan perasaan sedih, lalu menenangkannya, “Sekarang Clara menikah masuk keluarga berada, itu cukup menguntungkan untukmu. Siapa yang tidak ingin memiliki hubungan keluarga dengan Tuan muda keempat keluarga Sutedja.”

“Tapi kalau aku menikah lagi, aku jadi menikah dua kali, seorang janda sudah tidak berharga lagi.” Ester terisak.

“Siapa yang bilang. Paman Clara juga menikahi janda, bukankah dia juga begitu menyayangi dan mesra dengan istrinya. Cucuku tidak lebih buruk dari wanita lain, kelak pasti akan mendapatkan pasangan yang baik.”

“Hm.” Ester mengangguk sambil terisak.

……

Disamping kamar nenek Santoso adalah kamar Yunita.

Didalam kamar, Yunita dan Nalan Qi sedang berpelukan.

“Kali bukan aku yang berlebihan, ketertarika Tuan muda keempat keluarga Sutedja pada adikmu bukan rasa tertarik biasa.” Tangan Nalan Qi merangkul pinggang Yunita, tubuh mereka menempel begitu erat dan intim, bibir Nalan Qi tidak hentinya menggesek di sekitar leher Yunita.

“Oh? Tahu darimana?” Yunita bertanya sambil tersenyum.

“Aku adalah pria, tentu saja aku paham sikap pria. Tatapan Rudy ketika melihat Clara merupakan tatapan seorang pria pada wanita, kelembutan dan kehangatan yang begitu dalam dan murni. Aku sungguh terkejut, ternyata Rudy suka gadis yang polos dan imut seperti Clara, dia dan mantan tunangan Rudy sama sekali bukan type yang sama.”

“Melihat wanita yang setipe akan bosan, kalian para pria kan memang selalu menyukai hal yang baru lalu melupakan yang lama. Mungkin saja Rudy merasa bosan pad Clara suatu hari nanti, lalu tertarik pada wanita tipe lain. Anggun menawan, lembut dan penurut, matang dan berkarakter, seksi dan hot, semua jenis wanita ada.”

“Untuk usia Rudy sekarang tidak mungkin berpindah hati, dan adikmu punya latar belakang yang tidak rendah, ketika mereka berdua sedang intim seperti sekarang, asalkan Clara menggenggam erat kesempatan yang ada, maka posisi Nyonya Sutedja pasti menjadi miliknya.”

Setelah Nalan Qi mengatakannya, tidak tahan menghela nafas, “Rahma Mirah ikut Rudy begitu lama, menghabiskan semua masa mudanya, namun tidak membuahkan hasil apapun. Rudy diusia itu, pria diusia itu, hanya terobsesi menaklukkan dunia, hatinya sama sekali tidak berada pada keluarga ataupun wanita manapun. Sekarang sudah tiba umurnya, cara pandang juga sudah matang, baru mulai berpikir untuk mencari pasangan dan hidup dengan stabil. Sehingga, kemunculan wanita dalam hidup pria bukan yang paling cepat paling baik, melainkan harus muncul diwaktu yang tepat.

“Kalau begitu bagimu, apakah aku adalah wanita yang muncul diwaktu yang tepat itu?” jari tangan Yunita yang putih memegang dagu Nalan Qi, ia berjinjit lalu menggesekkan bibirnya diatas bibir Nalan Qi perlahan.

Nalan Qi dibuat bergairah oleh gerakannya, sehingga langsung menindihnya diranjang.

Kedua tangan Yunita menahan dada Nalan Qi, alisnya mengangkat dan menolak, “Ini adalah rumah Keluarga Santoso, jangan sembarangan.”

“Orang tuamu sudah tidak sabar melihat kita bersama.” Nalan Qi tersenyum nakal, lalu langsung menerkam tubuh Yunita dengan penuh nafsu.

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu