Suami Misterius - Bab 349 Yakin Raymond Bukan Sedang Mengerjainya?

“Pokoknya kamu dengarkan saja aku, ceritanya apapun yang diinginkan Doraemon pasti akan bisa menciptakannya, tidak ada wanita yang tidak menyukainya.” Setelah Raymond mengatakannya, dia mencari gambar Doraemon diponselnya. Si bulat berwarna biru sangat lucu.

Rudy : “…..”

Dia sungguh tidak bisa membayangkan dirinya yang berubah menjadi kucing buntal biru yang begitu imut. Yakin Raymond tidak sedang mengerjainya?

Rudy sedang mengerutkan alisnya, ponselnya yang ada diatas meja bordering.

Clara yang meneleponnya, suaranya disana sangat berisik.

“Konsernya sudah selesai?” Rudy bertanya dengan lembut.

“Hm, baru saja berakhir. Sedang membersihkan make up.” Clara menjawab sambil tersenyum. Sekarang dia sedang duduk diruang make up, melihat dirinya yang berada didalam cermin.

Make up artis berdiri dibelakangnya, sedang membantunya melepaskan aksesoris rambutnya yang begitu ramai.

“Kapan pulang? Aku jemput.” Rudy bertanya.

“Pesawat besok pagi, Vivi besok akan menjemputku di bandara. Yanto menyuruhku pulang untuk makan, tidak tahu apa lagi yang dia inginkan.” Clara menjawab.

“Sudah mendekati masa pemilu, masa jabatan Sekretaris partai yang sekarang sudah berakhir sehingga akan melakukan pemilihan ulang. Ayahmu terus mengincar posisi ini.” Rudy mengingatkan.

“Langsung loncat dua tingkat jabatan? Dia sungguh tamak.” Nada bicara Clara sangat tidak enak didengar, lalu tiba-tiba teringat sesuatu, ia berkata : “Bukankah Yanti berniat untuk memanfaatkanmu?”

“Menurutmu?” Rudy tersenyum.

“Dia sungguh menganggapmu sebagai tangga yang fleksible dan gratis, bisa membuatnya memanjat setinggi yang ia mau, sama sekali tidak perlu takut akan terjatuh.” Clara berkata dengan kesal. Lalu bertanya lagi, “Kamu punya rencana apa untuk menghadapinya?”

Dipikir siapa Tuan muda Rudy ini, dia merupakan siluman yang lebih cerdas daripada siluman, bagaimana mungkin membiarkan orang lain memanfaatkannya.

“Tentu saja menyetujuinya, tidak mungkin membuat calon mertua tidak senang.” Rudy menjawab dengan tersenyum.

“….” Clara mengorek telinganya, sedikit curiga kalau dia salah dengar.

Dia terdiam sejenak baru bertanya lagi : “Kamu, kamu benar Rudy kan?”

Dari balik telepon terdengar suara tawa yang tidak tertahankan, lalu Rudy bertanya : “Tapi, selama dia menjabat sebagai wakil walikota selama ini, pasti tidak bersih dalam hal uang dan perpajakan. Aku cukup mencari beberapa bukti, lalu menyebarkan beritanya, maka dia tidak akan lolos seleksi pemilu. Pada saat itu, dia tidak akan bisa menyalahkanku, bukan aku tidak ingin membantunya, dial ah yang tidak becus.”

Setelah Clara mendengarnya, hatinya langsung menjadi tenang. Dia sudah tahu, lelakinya ini bukanlah orang yang bia dirugikan.

“Clara, sudah selesai menghapus make up nya? Semua sedang menunggumu.” Luna berdiri didepan pintu ruang make up sambil berkata padanya.

“Aku masih ada urusan, sudah dulu ya.” Clara segera memutuskan telepon, kemudian menghapus make upnya dengan cekatan. Lalu ia ikut dengan Luna dan para kru untuk makan bersama.

Keesokan harinya, Clara pulang naik pesawat.

Vivi menjemputnya dibandara.

“Nona, disini.” Vivi berdiri di pintu keluar sambil terus melambaikan tangan kearah Clara.

Clara mengenakan topi dan masker, mengenakan jaket bulu warna hitam, Clara sudah membungkus dirinya dengan begitu rapat, namun Vivi tetap bisa langsung mengenalinya, matanya sungguh hebat.

Clara menarik koper kesampingnya, satu tangan Vivi mengangkat kopernya dengan begitu santai dan terlihat begitu ringan. Satu tangannya lagi menggandeng lengan Clara sambil tidak hentinya bicara.

Clara baru tahu kalau Yanto mencarinya karena Elaine mau menikah.

Elaine mau menikah, apa urusannya dengan dia!

Dia naik mobil menuju rumah keluarga Santoso, Clara dan Vivi baru sampai digerbang, sudah bisa mendengar suara orang bertengkar.

“Sudah kukatakan berapa kali padamu, banyak-banyaklah bergaul dengan istri Wakil sekretaris Du, tapi kamu sama sekali tidak mendengarkan. Pemilihan kali ini, apa yang dikatakan oleh Wakil sekretaris Du sangat menentukan. Sepanjang hari hanya tahu menangis dan meratap, sama sekali tidak bisa membantuku, malah hanya bisa menyusahkan saja!” Yanto berteriak dengan emosi, meskipun Clara berdiri cukup jauh dari pintu, suaranya tetap terasa cukup memekakkan telinga.

Suara tangis Rina masuk ke dalam telinga, “Nyonya Du merasa latar belakangku rendah, tidak bersedia menemuiku, aku bisa apa, tidak mungkin terus mendekati meskipun diacuhkan.”

Rina menangis tersedu-sedu.

Seorang wanita paruh baya 50 tahunan, masih juga seperti gadis muda yang sedikit-sedikit menangis, pura-pura tidak bersalah, mencari simpati, namun dramanya tidak natural, sampai membuat bulu kuduk Clara merinding.

Mungkin karena selama ini Rina terlalu sering menggunakan air mata, membuat Yanto yang mendengar semakin kesal, “Apa hubungannya dengan latar belakangmu yang rendah? Masalah bergaul dengan para nyonya pejabat, Evi sama sekali tidak pernah membuatku pusing dengan itu.”

Sejak Yanto bercerai dengan Evi dan menikahi Rina, posisinya sama sekali tidak pernah tersentuh, selalu tenang dan stabil. Sekarang dia menatap Rina dengan tatapan yang cukup kesal.

Rina menatap Yanto dengan wajah pucat, bahkan untuk menangis pun sudah tidak ingin, ia berkata dengan sinis : “Kamu sekarang baru tahu kalau Evi baik, sayangnya dia sudah mati. Bukankah kalian masih punya seorang putri, sekarang Clara berada diposisi yang cukup tinggi, apakah kamu sungguh berpikir bisa benar-benar menjadi ayah mertua Tuan muda Rudy, jangan bermimpi! Kita mengundang berkali-kali, namun Tuan muda Rudy tidak bersedia muncul, sudah jelas sekali dia tidak memandang Keluarga Santoso, apalagi dirimu yang hanya seorang wakil walikota yang jabatannya rendah. Putri Evi juga tidak bisa apa-apa, paling Rudy merasa dia masih fresh dan bermain dengannya. Malah menganggap dirinya sebagai tokoh utama, mengira bisa seenaknya memerintah Tuan muda Rudy.”

Rina sungguh tidak pernah lupa untuk menginjaknya kapan pun, ini membuat Clara sedikit kehabisan kata-kata.

“Setelah kepergian Wini, tuan sering membuat masalah dengan nyonya.” Vivi berkata dengan suara yang kecil.

Clara mengangkat tangan memegang kepalanya, dia sungguh tidak kuat mendengarnya lagi, ia membuka pintu dan masuk bersama Vivi.

“Pa, bibi, kalian sedang membicarakan apa sampai sesenang ini.” Clara berkata sambil tersenyum lebar.

Yanto : “……”

Rina : “…..”

Wajah Yanto langsung berubah tegas, ia membawa Clara untuk naik ke ruang kerjanya di lantai atas.

Yanto sungguh tidak tahu malu, dia benar-benar meminta Clara untuk menyuruh Rudy membantunya naik ke posisi sekretaris partai.

Disaat ini, Clara sungguh merasa kehabisan kata-kata.

Langsung naik dua tingkat jabatan bukan hal yang bisa diselesaikan dengan bicara, Rudy harus menggerakkan banyak koneksi, dan gerakan ini bukan menggerakkan mulut saja, tapi budi.

Dalam hubungan pria dan wanita, seorang pria bersedia berkorban demi wanitanya, kalau begitu wanita itu harus membalas budinya dengan apa? Namun kelihatannya ini tidak ada dalam pertimbangan Yanto.

Dia sama sekali tidak perduli hal ini akan menyulitkan Clara, asalakan dia bisa mencapai tujuannya.

Untuknya Clara tahu Yanto orang yang seperti apa, sehingga sama seklai tidak merasa kecewa apalagi sedih.

Karena sudah merencanakan dengan Rudy terlebih dahulu, ketika Clara berhadapan dengan Yanto, ini sama sekali bukan masalah untuknya.

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu