Suami Misterius - Bab 661 Apakah Hamil

“Kamu yang berumur muda sudah mengeluh tua, bagaimana dengan aku yang telah menjadi nenek.”

Tatapan senyum Tary Cut jatuh pada tubuh Ahyon dan Hyesang Sutedja.

Hyesang Sutedja dengan wajarnya memeluk pada pinggang kecil Ahyon, lalu mereka berdua berjalan menghampiri Tary Cut.

“Ibu, kakak ipar.”

Ahyon menyapa dengan sopan.

“Akhirnya pulang juga, kakak iparmu sudah menyiapkan hidangan makan malam, semuanya makanan kesukaan kamu, lauk sudah hampir dingin kalau kalian tidak pulang lagi.”

Tary Cut berdiri dan tersenyum lembut, sambil menarik lengan Ahyon dan berjalan ke arah ruang makan.

“Ayah sama abang di mana ?”

Hyesang Sutedja bertanya.

“Ayah sama Demian sedang di ruang baca lantai atas, kamu panggil mereka turun untuk makan malam.

Aku lihat dulu di dapur, sekarang masih sedang masak sup ayam, ibu sengaja masak untuk Ahyon, sup ini paling bergizi.”

Meiji selesai berbicara langsung berjalan menuju ke arah dapur.

Setelah itu, Dimas Sutedja dan Demian Sutedja berjalan turun dari lantai atas, sekeluarga berkumpul jadi satu, suasananya sangat ramai.

Kekurangan satu-satunya adalah Wenwen mulai tinggal di asrama sekolah sejak semester ini, sementara Hyesang Sutedja tidak memiliki anak sendiri, sehingga rasanya seperti ada sejenis penyesalan karena tanpa keturunan.

Akan tetapi, suasana di tempat masih tergolong harmonis, Demian Sutejda dan Hyesang Sutedja sedang membahas masalah politik, kadang kalanya Dimas Sutedja juga ikut berkomentar, sementara Tary Cut terus tersenyum dan mengambil sayur untuk Ahyon, Meiji sedang mengurus masalah penambahan lauk di meja makan.

Pembantu datang membawa sebuah mangkuk besar, di dalamnya adalah sup ayam yang telah dimasak sepanjang sore.

Meiji menuangkan satu mangkuk sup ayam dan memberikan kepada Ahyon.

“Ahyon, ibu sengaja menyiapkan sup ayam ini untukmu, minum selagi hangat, sup ini sangat bergizi.

Kamu lihat dirimu sendiri, benar-benar terlalu kurus.

Gadis sekarang ya, tidak tahu menjaga kesehatan sendiri, terlalu sering diet, jadinya merusak kesehatan.

Ke depannya kamu tinggal di rumah, aku sama ibu pasti akan membuat kamu menjadi putih dan gendut.”

Ahyon :”…..” Putih dan gendut ?

Ahyon berpikir bahwa sekarang jejaknya mau menghidupi dirinya bagaikan babi kecil ya.

Ahyon melihat sup yang dituangkan Meiji, durasi memasak sup ini sangat memperhatikan waktu, kelihatannya rasanya akan enak juga, namun Ahyon tidak sanggup menahan aroma minyak itu dari sup ini.

Dalam waktu dekat ini selera makan Ahyon selalu tidak baik dan sering terasa mual, dia cenderung makan makanan yang rasanya tawar, sehingga jarang sekali makan daging atau minum sup.

Namun sup ayam ini adalah niat baik dari Meiji dan Tary Cut, Ahyon yang pengertian tidak mungkin menolaknya, sehingga hanya bisa menahan rasa mual dan minum sedikit.

Akan tetapi, ketika sup ayam baru saja ditelan olehnya, dia sudah tidak bisa menahan rasa mual di dalam perutnya, sehingga buru-buru berdiri dari kursi, lalu berlari keluar sambil menutupi mulut sendiri.

“Ahyon kenapa ?”

Tary Cut dan Meiji sangat bingung.

Hyesang Sutedja menggeleng kepalanya, jelasnya juga merasa kebingungan.

Dimas Sutedja sedikit emosi dan meletakkan sumpit di tangannya, “Tidak tahu juga apa yang sedang kamu kerjakan di luar, sampai tidak tahu apakah istri sendiri sedang sakit.

Kamu bahkan tidak sanggup melindungi keluarga sendiri, bagaimana bisa melindungi sebuah negara !”

“Waktu dekat ini Hyesang terlalu sibuk bekerja, lagi pula Ahyon juga bukan anak kecil lagi…” Demian Sutedja membela adiknya sendiri.

Dimas Sutedja tetap berekspresi dingin dan tidak berkata apapun.

“Ayah ibu, kalian makan dulu, aku cari Ahyon.”

Hyesang Sutedja selesai berkata sudah langsung berdiri dari tempatnya, lalu berjalan keluar ruang makan.

Toilet berada di samping ruang makan.

Pada saat ini Ahyon sedang memegang wastafel dan terus muntah.

Ahyon hari ini tidak banyak makan, setelah muntah keluar sup ayam yang baru saja diminum, sekarang hanya tinggal muntah kering saja.

Namun semakin tidak ada makanan yang dapat dimuntahkan, maka akan semakin sengsara, Ahyon bahkan menetes keluar air matanya karena terlalu tidak nyaman.

Hyesang Sutedja mendorong pintu dan berjalan masuk, ketika melihat reaksi Ahyon yang begitu sengsara, dia tidak sanggup menahan rasa tidak tega di dalam hatinya.

“Kenapa begitu parah muntahnya ?”

Hyesang Sutedja mengerutkan alis dan bertanya.

Ahyon membuka keran air, lalu mencuci mulut dan wajah sendiri dengan air dingin, akhirnya kondisinya mulai mereda.

Dia menegapkan tubuhnya dan menggeleng kepala kepada Hyesang Sutedja, “Tidak masalah, mungkin waktu dekat ini ada salah makan.”

“Waktu dekat ini ?

Kamu beberapa hari ini muntah terus ?”

Hyesang Sutedja semakin khawatir, Ahyon sudah muntah beberapa hari namun malah terus menahannya.

Ahyon mengerut bibir dan tidak berbicara, wajahnya sangat pucat, kelihatannya tetap saja tidak enak badan.

Ahyon juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya dalam waktu dekat ini, sepertinya mulai beberapa hari yang lalu, dia tiba-tiba tidak bisa makan makanan yang terlalu terlalu amis, seleranya menjadi tidak baik dan tubuhnya juga lemas, dan juga lebih sering mengantuk.

Ahyon hanya mengira bahwa dirinya salah makan, karena begitulah gejalanya ketika infeksi usus pada sebelumnya.

“Aku naik lantai atas untuk ambil kunci mobil, lalu membawamu memeriksa di rumah sakit.”

Hyesang Sutedja berkata dengan panik, wajahnya telah memperlihatkan ekspresi kecemasan yang dalam.

“Sudah malam juga, besok saja baru pergi.”

Ahyon menolaknya.

Ahyon tidak ingin berkunjung ke rumah sakit pada waktu malam, sehingga Hyesang Sutedja hanya bisa menurutinya.

Setelah selesai makan, mereka sekeluarga duduk di ruang tamu sambil mengobrol, tidak lama kemudian sudah kembali ke kamar masing-masing.

Di luar jendala, malam telah tiba.

Ahyon dan Hyesang Sutedja berbaring di atas satu kasur, mereka masing-masing memiliki rasa tidak berdaya, dan meluangkan sedikit jarak pada pertengahan kasur,

Tubuh Ahyon sangat kaku, meskipun dia mendengar suara nafas Hyesang Sutedja yang berasal dari sampingnya, namun Ahyon tahu bahwa Hyesang Sutedja belum ketiduran.

Oleh sebab itu, tidak ada pembicaraan antara mereka berdua, keheningan terus berlanjut sampai keesokan harinya.

Ketika hari baru pagi, Ahyon mulai merasa tidak enak badan lagi, sehingga berdiri di depan wastafel kamar mandi, dan terus muntah hingga badannya terasa lemas.

Hyesang Sutedja mengerutkan alis dan memeluk Ahyon keluar dari kamar mandi, dia mengenakan sebuah jaket pada tubuh Ahyon dan siap-siap membawa Ahyon ke rumah sakit.

Tary Cut juga sangat mencemaskan mereka, dia terus saja mengingatkan Hyesang Sutedja ketika mengantar mereka sampai di depan pintu :”Suruh dokter periksa baik-baik, kalau ada penyakit harus segera diobati, jangan tunda sampai menjadi penyakit yang parah.”

Hyesang Sutedja membawa mobilnya untuk mengantar Ahyon ke rumah sakit.

Ahyon duduk di kursi samping pengemudi, wajahnya tetap sangat pucat.

“Jangan takut, tidak apa-apa, paling juga hanya infeksi usus, tinggal infus saja.”

Satu tangan Hyesang Sutedja memegang stering, satu tangannya lagi sedang menggenggam tangan Ahyon.

Mobil perlahan-lahan berkendara masuk ke tempat parkir rumah sakit, Hyesang Sutedja langsung membawa Ahyon menuju bagian kebidanan untuk mencari Lena Tahar.

Lena Tahar merasa kaget ketika melihat Ahyon, “Bukannya jadwal pemeriksaan kamu di hari Jumat ya ?

Kenapa malah datang hari ini.”

“Ahyon tidak enak badan, kamu periksa dulu.

Atau mengenalkan dokter ahli untuk Ahyon.”

Hyesang Sutedja menjelaskan padanya.

“Tidak enak badan ?

Di mana yang tidak enak badan ?”

Lena Tahar membawa Ahyon duduk di atas kursi.

Ahyon menceritakan sekilas mengenai gejalanya, Lena Tahar membuka surat pemeriksaan, lalu menyuruh Ahyon melakukan pemeriksaan darah.

Biasanya hanya butuh waktu belasan menit untuk mengetahui hasil pemeriksaan darah, namun hasil pemeriksaan menyatakan tidak bermasalah, sehingga perlu menanti hingga sore ini untuk mengetahui hasil pemeriksaan lainnya.

Lena Tahar menyuruh mereka pulang terlebih dahulu, setelah mengetahui hasil pemeriksaannya, dia akan kembali menghubungi mereka.

Hyesang Sutedja masih perlu menghadiri rapat penting pada jam sepuluh pagi ini, Ahyon dengan susah payahnya mengusir Hyesang Sutedja untuk kembali ke kantor, setelah itu Ahyon kembali lagi ke ruangan Lena Tahar.

Saat ini Lena Tahar sedang membereskan data penyakit pasien, dia terbengong sejenak ketika melihat Ahyon.

“Kenapa balik lagi ?

Ada ketinggalan ?”

Lena Tahar menutup dokumen di tangannya, lalu menopang dagu sambil menatap Ahyon.

Ahyon menggeleng kepalanya dan duduk di hadapan Ahyon, lalu berkata dengan nada ragu, “Lena, jangan-jangan aku hamil ya ?”

Novel Terkait

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu