Suami Misterius - Bab 760 Kamu Sangat Egois

"Memar begini, pelatih ini benar-benar tidak bisa diandalkan."

Clara tidak tahan dan mengeluh.

"Anak lelaki itu tidak begitu lemah.

Saat mendapatkan sabuk hitam Taekwondo ini, apakah kamu tidak pernah terluka? "

Rudy berkata sambil tersenyum.

Clara terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa, dia berbaring di sisi putranya, menatap wajah putranya yang tertidur, ada rasa manis yang tidak bisa diungkapkan di dalam hatinya.

Satu keluarga tiga orang, jarang bisa tidur bersama selama satu malam seperti ini.

Keesokan harinya, Rudy dan Clara berdua tidak melupakan Wison, dan membawa anak pergi ke taman bermain.

Satu tangan Wison menggandeng ibu dan satunya lagi menggandeng ayah sambil tertawa.

Hanya saja, selama bersenang-senang ada sesuatu yang terjadi. Saat keluarga tiga orang ini sedang makan minuman dingin di toko minuman dingin, Wilson mengambil sendok kecil dan ingin menyuapi Clara. Clara terpaksa melepas maskernya.

Kemudian, orang-orang mulai mengenali Clara, lalu segerombolan demi segerombolan orang datang untuk meminta tanda tangan dan foto bersama.

Menghadapi orang-orang ini, Senyum Clara bahkan sudah terlihat kaku.

Pada akhirnya, mereka langsung pulang dan tidak bisa pergi ke tempat lain.

Saat itu kembali ke rumah, hari sudah sore, dan makan malam belum disajikan di atas meja.

Rudy berkata dirinya ingin keluar karena ada urusan, Clara tahu bahwa Rudy sudah janji ingin bertemu dengan Ahmed Sunarya.

Lagipula, masalah Ahmed Sunarya dan Melanie semakin rumit.

Clara menemani Wilson sedang memasang puzzle di ruang tamu, dan nenek Sunarya juga ada di samping sambil menatap cicit buyutnya, tatapan matanya sangat bahagia.

Sebelum makan malam, Rudy sudah kembali.

Wajah Rudy tidak memperlihatkan ekspresi apapun, hati Clara malah merasa tidak tenang, tidak tahu bagaimana hasil perbincangan Rudy dengan Ahmed Sunarya.

Dengan pikiran yang rumit, Clara menyelesaikan makan malamnya, setelah itu, dia menemani nenek Sunarya menonton TV sebentar, kemudian barulah

kembali ke kamar bersama Rudy.

"Kamu sudah bertemu dengan Ahmed Sunarya, bagaimana hasil perbincangannya?

Apakah Ahmed Sunarya sudah berjanji untuk berhenti mencari Melanie? "

Clara menarik lengan Rudy dan melontarkan serangkaian pertanyaan.

Rudy tersenyum tak berdaya, dia merasa gadis kecil ini terlalu gelisah.

Mungkin, karena terlalu khawatir.

Clara tumbuh bersama Melanie sejak kecil, dan tentu saja pasti ada rasa persaudaraannya.

"Aku sudah mengatakan semua yang seharusnya aku katakan. Ahmed Sunarya adalah orang yang pengertian dan dia tahu apa yang harus dilakukan."

Rudy menjawab.

Rudy dan Ahmed Sunarya hanya berbicara sedikit, mereka hanya membicarakan poin penting saja dan menekankan beberapa kata penting.

Ahmed Sunarya menunjukkan sikap dirinya sudah mengerti maksud Rudy.

Menurut pemikiran Rudy, Ahmed Sunarya hanya menganggap Melanie sebagai mainan barunya saja. Dia tidak akan mungkin demi Melanie Mintan, meninggalkan istri dan putrinya demi Melanie dan tidak menginginkan status jabatan dan masa depan.

Clara akhirnya merasa lega. Saat ini, masalah ini masih belum terbongkar. Selama Melanie dan Ahmed Sunarya memutuskan hubungannya, kedepannya, Melani Mintani masih bisa bertemu dengan orang yang tepat, menikah dengan baik dan melahirkan anak.

Clara memikirkan masa depan Melanie dengan hati yang tulus. Hanya saja tidak diduga, keluarga Sunarya belum mempermasalahkannya, Melanie sudah lebih dulu datang mencari masalah.

nenek Sunarya masih tidak tahu apa-apa tentang masalah ini, dia hanya berpikir bahwa Melanie datang kemari mencari Clara untuk bermain-main.

nenek Sunarya dengan sopan meminta pelayan untuk menyajikan teh kepada Melanie, tetapi Melanie tidak berniat untuk duduk, wajahnya cemberut dan berkata dengan nada aneh , "Aku tidak mampu minum teh keluarga Sunarya.

Aku mencari Clara karena ada yang ingin aku katakan. "

Melanie benar-benar berani dan tidak sadar diri. Tidak ada satupun Nyonya dan Nona di kota JIng yang berani berbicara seperti itu dengan nenek Sunarya, Melanie adalah yang pertama.

Bagaimamanpun juga, nenek Sunarya adalah orang yang beretika dan tidak mungkin ingin mempermasalahkan hal ini dengan seorang gadis kecil.

nenek Sunarya berdiri dari sofa sambil tersenyum, dan dengan ramah berkata kepada Clara: "Kalian berbicara, aku akan kembali ke kamar dan beristirahat."

Setelah nenek Sunarya pergi, hanya tersisa Clara dan Melanie di aula besar di lantai pertama.

Para pelayan tahu apa yang harus dilakukan, mereka tidak akan diam di aula dan menyaksikan mereka.

"Duduklah."

Clara dan Melanie duduk di sofa.

Melanie mengangkat dagunya dan melihat sekeliling.

Sindiran dan cibiran terus menggantung di sudut bibirnya.

"Keluarga Sunarya benar-benar sangat kaya, semua berkat dirimu, jika tidak, keluarga besar semacam ini, mana mungkin membiarkan orang-orang kecil sepertiku masuk ke dalam dengan santai."

Clara sedikit mengernyit, dia tidak terlalu terbiasa dengan sikap Melanie saat ini.

"Tidak ada perbedaan antara keluarga besar dan orang kecil.

Keluarga Sunarya juga tidak lebih dari keluarga yang biasa saja, ada banyak keluarga seperti ini di kota JIng .

Kamu bisa masuk ke dalam saat ini, memang karena diriku, karena kamu adalah temanku, jadi kamu baru diundang masuk ke dalam.

Kalau tidak, tidak peduli keluarga dari mana, kamu tidak bisa masuk dengan sembarangan, itu namanya menerobos rumah pribadi orang. "

Melanie terdiam, kemudian mencibirnya, "Mulutmu hebat, aku tidak bisa menandingimu."

Sebenarnya, bukan tidak bisa menandinginya, hanya saja Melanie memang tidak masuk akal.

Clara juga malas berdebat dengannya, tetapi masih menawarkan teh kepadanya dengan sopan.

Melanie mengambil teh darinya tetapi tidak meminumnya.

"Clara, aku di sini bukan ingin minum teh bersamamu, tetapi aku ingin kamu tidak mengurus urusanku."

"Urusan apa yang kamu maksud?"

Clara memandanginya dan bertanya dengan tenang.

Lagipula, keduanya tidak berbicara terus terang.

Clara mengetahui hubungan pribadi Melanie dan Ahmed Sunarya dan Melanie juga tahu bahwa Clara mengetahui tentang hal ini.

Hanya saja tidak berkata terus terang.

Melanie mengertakkan gigi, wajahnya memerah dan memucat, "Clara, kamu tidak perlu berpura-pura linglung.

Aku tahu, cepat atau lambat kamu pasti mengetahui hubunganku dengan Ahmed Sunarya.

Aku memang menyukainya dan ingin bersamanya.

Bisakah kamu tidak ikut campur? "

"Jika aku tidak campur tangan, lalu setelah itu apa?

Apakah kamu sudah memikirkan akibatnya?

Kalian tidak akan memiliki masa depan. "

Clara berkata dengan sabar.

"Tidak masalah.

Aku tahu Ahmed Sunarya tidak akan bercerai demi diriku dan aku juga tidak berencana menikah dengannya.

Kami sangat senang saat bersama, itu sudah cukup.

Akta nikah hanyalah selembar kertas. Aku bahkan tidak peduli jika ada atau tidak.

Saat kamu bersama dengan Rudy, bukankah kamu juga tidak peduli dengan kertas itu? "

Melanie sangat percaya diri, Clara sangat marah dan hampir saja muntah darah karena dirinya.

"Apakah kamu pikir situasi kita sama?

Dulu, aku bersama Rudy, statusnya masih lajang.

Tetapi Ahmed Sunarya memiliki seorang istri dan seorang anak perempuan.

Melanie, tahukah kamu apa sebutan untuk orang sepertimu sekarang, orang ketiga yang dibenci sama semua orang.

Bukankah dulu kamu sangat membenci orang seperti itu? "

"Tapi hubungan Ahmed Sunarya dengan Talia Sae sedang tidak baik.

Kami sangat tulus dan saling mencintai, mengapa kami tidak bisa bersama meskipun kami saling mencintai! Aku tidak pernah berpikir untuk mempengaruhi posisi Talia Sae dan juga tidak pernah berpikir untuk menghancurkan keluarganya. Apakah begitu juga tidak boleh? "

Melanie berkata dengan mata merah.

Saling mencintai?

Mendengar dua kata ini, Clara benar-benar merasa jengkel pada Melanie.

Kata-kata Melanie terdengar tidak asing. Waktu itu, Rina Muray juga berkata seperti itu padanya dan Elaine Muray juga mengatakan ini.

Semua orang ketiga di dunia ini suka menggunakan kata "saling mencintai" untuk menyakiti orang lain tanpa merasa bersalah.

Dulu, Melanie sangat membenci orang ketiga, Clara juga tidak tahu mengapa Melanie menjadi seperti ini sekarang.

"Melanie, kamu benar-benar sesat."

Clara menghela nafas dan berpikir bahwa tidak peduli apapun yang dia katakan, Melanie mungkin tidak akan mendengarkannya, tetapi dia tetap harus mengatakannya lagi.

"Kamu bilang saling mencintai.

Jika Ahmed Sunarya benar-benar mencintaimu, maka dia akan bercerai dan menikahimu daripada membiarkan dirimu menjadi wanita yang tidak tahu malu.

Melanie, kamu jangan bersikap bodoh, Ahmed Sunarya adalah pria sampah, dia sedang memainkan perasaanmu ... "" Aku rela! "

Melanie langsung menyela tanpa menunggu sampai Clara selesai berbicara.

"Kamu mengatakan bahwa Ahmed Sunarya adalah pria sampah, mengapa Talia Sae tidak menceraikannya?

Clara, kita tumbuh bersama sejak kecil, kamu tidak membelaku, tetapi lebih memilih untuk membela Talia Sae.

Kamu jangan mengira bahwa aku tidak tahu apa yang sedang kamu pikirkan di dalam hatimu, kamu hanya takut kalau aku akan menyusahkanmu, takut akan mempengaruhi reputasi dan posisimu sebagai Nyonya muda Sunarya.

Kamu sangat egois! "

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu