Suami Misterius - Bab 398 Menghadapi Sepuluh Musuh Sekaligus Dengan Mudah

Clara kembali ke kamar dengan wajah yang masih sangat kesal. Wilson turun dari tubuh Rudy, lalu pergi mencari Sus Rani dengan tahu diri.

Clara duduk di tepi ranjang sambil menatap Rudy dengan kesal.

“Ada ya suami sepertimu! Melihat istrimu di bully seperti itu, kamu sama sekali tidak bicara sepatah kata pun.”

Setelah Rudy mendengarnya, langsung berjalan kehadapannya sambil tersenyum, “Gadisku ini bisa menghadapi sepuluh musuh sekaligus, sama sekali tidak butuh pertolonganku.”

“Tidak butuh menjilat.” Clara mendengus.

Rudy duduk disampingnya, mengulurkan tangan untuk merangkulnya, tatapannya dalam dengan senyum hangat di bibirnya, “Tidak ada yang perlu ku bicarakan dengan Arima, dia ingin mengambil kembali perusahaan, biarkan dia terus bermimpi.”

Ketika keuangan Keluarga Sutedja sedang dalam masa krisis dan hampir bangkrut. Arima ingin memanfaatkan kekuasaan Keluarga Sunarya sehingga menyerahkan perusahaan ke tangannya. Dia menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membuat perusahaan kembali stabil, sekarang Arima ingin mengambilnya kembali, tidak akan semudah itu.

“Ayah asuhmu ini sungguh sangat rendahan. Kalau aku pasti sudah bercerai, untuk apa dimanfaatkan seperti itu, masih berlaga polos pula.” Clara berkata dengan kesal.

Rudy mengambil rokok dan pemantik dari lemari disamping ranjang seperti biasa, baru mengeluarkan sebatang rokok, Clara sudah merebutnya dan melemparkannya ke tong sampah disamping meja.

“Merokok terus, hanya tahu merokok saja, tidak takut impoten diusia dini.”

Rudy tertawa sambil meletakkan rokok dan pemantiknya.

“Aku impoten, bukankah itu kesempatan unukmu agar bisa mencari lelaki yang lebih ok.”

“Mencari lelaki mana mungkin semudah itu, apalagi mencari yang bisa aku bully.” Ketika Clara mengatakannya, ia mengulurkan tangan menarik kerah Rudy, menariknya ke hehadapannya lalu mengecup pipinya. Bahkan berkata dengan arogan, “Uhm, terlihat enak dan menggiurkan.”

Rudy tersenyum, ada senyum hangat dalam tatapan matanya. Jarinya yang panjang menggores hidungnya dan berkata. “Lain kali jangan segegabah itu, orang Keluarga Sutedja bisa melakukan apapun, mereka tidak akan segan padamu.”

“Oh.” Clara menjawab singkat sambil mengkerutkan bibirnya, “Aku hanya tidak senang, priaku hanya aku yang boleh membully.”

Mata Rudy yang hitam menatapnya dengan nakal, suaranya yang serak terdengar begitu panas : “Bully yang seperti apa? Hm?”

Wajah tampannya mendekat, tangannya yang besar merangkul pinggang kecilnya, keduanya terjatuh di ranjang.

Rudy baru mencium bibir merahnya yang menggoda, dari depan pintu sudah terdengar suara tangis Wilson yang begitu kencang.

“Wilson!” Clara mendorong Rudy, keduanya segera turun dari ranjang dan berlari keluar.

Ditangga lantai dua menuju lantai satu, Wilson terjatuh sampai kepalanya dipenuhi darah, Sus Rani merangkulnya, namun ia masih tetap tidak hentinya menangis.

Viona berdiri diatas tangga, menundukkan kepalanya sambil tertawa dingin, berkata dengan pura-pura baik : “Adik kecil, kamu terlalu tidak hati-hati. Sakit tidak jatuhnya.”

Sus Rani memeluk Wilson sambil memelototi Viona dengan wajah marah namun tidak berdaya.

Dia dan Wilson sedang bermain petak umpet. Dia bersembunyi di belakang pintu, Wilson berkeliling mencarinya. Lalu Viona menghampirinya dan berkata : “Nak, kamu mencari bibimu itu ya?”

Wilson mengangguk dan bertanya : “Kakak tahu dimana bibi bersembunyi?”

“Aku thu, aku tadi melihatnya di lantai bawah, aku ajak kau mencarinya.” Viona berkata.

Wilson mengikutinya dengan senang, lalu turun tangga sambil memegangi reling tangga.

Sus Rani khawatir Wilson turun tangga seorang diri akan berbahaya, sehingga ia segera keluar dari balik pintu. Lalu ia melihat Viona mnedorong Wilson dari belakan sampai Wilson terguling dari tangga.

Sus Rani berteriak, lalu segera berlari mengejar Wilson dan menggendongnya dari lantai.

Kepala Wilson terbentur reling tangga, wajahnya dipenuhi darah. Karena tertutup rambut sama sekali tidak terlihat berapa dalam lukanya, Wilson menangis tidak berhenti.

Lalu Clara dan Rudy menyusul keluar.

Clara melihat Wilson terjatuh sampai wajahnya penuh darah, hatinya perih sampai matanya berkaca-kaca. Wajah Rudy langsung menjadi serius dan mengambil ponsel menghubungi Kenzy.

“Kamu sedang apa bengong disana! Cepat siapkan mobil, segera bawa Wilson ke rumah sakit.” Clara mendorong Rudy dengan kuat dan setengah berteriak.

Setelah dia berteriak, ia segera menghampiri Wilson dan merangkulnya sambil menangis.

Viona berjalan menuruni tangga dengan sandal merah jambunya, berkata dengan senyum yang dibuat-buat : “bibi keempat, sebaiknya kamu hati-hatilah sedikit, nenek paling takut berisik. Apalagi, anak kecil terbentur adalah hal yang wajar, apakah perlu seheboh itu.”

“Nona Viona, jelas-jelas anda yang mendorong Wilson dari atas tangga. Anak sekecil ini punya salah apa padamu sampai anda tega berbuat demikian padanya. Untuknya dia terjatuh ke belokan tangga, kalau sampai dia terguling ke bawah tangga, mungkin nyawa bisa melayang.” Sus Rani berkata sambil menangis. Wilson dia yang merawat sejak bayi, melihatnya terjatuh seperti ini, tentu saja dia merasa sedih.

Viona malah membelalakkan mata dan menunjuk Sus Rani dengan sangar : “Wah, suster seperti kamu ini ternyata pintar sekali memfitnah orang! Matamu yang mana yang sudah melihatku mendoronya. Kuperingatkan ya, kamu memfitnahku sembarangan seperti ini, aku bisa menuntutmu.”

“Kedua mataku melihat dengan jelas, kamu yang menipu Wilson untuk menuruni tangga lalu mendorongnya.” Sus Rani sedikit panik, dia hampir menarik histeris karena panik dan terus berusaha menjelaskan pada Clara.

“Clara, kita sudah kenal lama, kamu tahu aku orang seperti apa, aku tidak pernah berbohong…..”

Viona mengulurkan tangan memainkan rambutnya, lalu memotong ucapannya, “bibi keempat, kamu tidak akan mendengarkan omong kosong seorng pengasuh bukan. Jelas-jelas dia sedang menghindar dari tanggungjawab. Dia tidak menjaga anak dengan baik, malah menuduhku. bibi keempat, aku rasa kamu perlu mengganti pengasuhmu….”

Clara sudah tidak punya kesabaran mendengarkan omong kosong Viona lagi, ia langsung berdiri dengan satu hentakan, lalu menampar Viona dengan keras.

“Viona, jangan membohongi orang lain seperti orang yang bodoh.” Setelah mengatakannya, Clara segera menggendong Wilson dan melangkah turun dengan cepat.

Wilson bersandar dalam pelukan Clara sambil menangis dan tidak hentinya bergumam, “Mama, mama.”

“Wilson anak baik, mama bawa kamu ke rumah sakit ya, setelah ketemu dokter tidak akan sakit lagi.” Clara menggendong anaknya berjalan keluar mansion, Sus Rani mengikutinya dari belakang.

Rudy mengendarai mobil dan membawa Wilson ke rumah sakit, sepanjang jalan Wilson terus menangis, tangisannya bagaikan pisau yang mengiris hati Clara. Anaknya menangis, Clara juga menangis, seisi mobil dipenuhi suara tangisan.

Wajah Rudy belum pernah terlihat seburuk ini sebelumnya, tangannya yang panjang menggenggam setir dengan begitu erat sampai urat tangannya muncul.

Mobil berhenti didepan lobby rumah sakit, Kenzy sudah membawa perawat menunggu didepan lobby.

Clara menggendong anaknya turun dari atas mobil, matanya begitu merah.

Kenzy melangkah dengan cepat dan menerima anaknya, lalu melihat keningnya, “Seharusnya tidak parah, kalian tidak perlu khawatir, aku akan menyuruh dokter spesialin untuk mengurusnya.”

Kenzy yang menggendong anaknya langsung, dan membawanya ke ruang periksa spesialis.

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu