Suami Misterius - Penyamaran Yang Sangat Baik

Clara berjalan keluar dari hotel tempat dia diwawancara dan dia berdiri di terminal sambil menunggu bus.

Di seberang jalan yang lebar dan jauh, dia melihat mobil pengasuh parkir di depan pintu hotel tempat dia diwawancara, pintu mobil terbuka, yang pertama turun adalah seorang gadis bergaun

warna kuning, Clara mengenalinya, dia adalah Imori Asisten Yunita.

Satu tangan Imori memegang payung dan tangan satunya lagi membantu Yunita turun dari mobil.

Postur tubuh Yunita tinggi dan langsing, terlihat elegan memakai gaun bergaris, dan kacamata hitam yang besar, auranya terlihat sangat luar biasa.

Ketiga putri Yanto Santoso, jika dinilai dari wajah mereka, Clara adalah yang paling cantik, fitur wajahnya seperti boneka Barbie.

Elaine juga tidak kalah, bisa dibilang mereka sebanding. Hanya saja sifatnya benar-benar berbeda, penampilannya yang lemah lembut, sangat bisa menarik para pria untuk jatuh cinta padanya. Setidaknya, Marco juga tertarik padanya.

Yunita juga tidak kalah dari dua adik perempuannya, penampilannya bisa dikatakan termasuk golongan atas. Tapi dia terlahir sebagai seorang model, sifat dan postur tubuhnya terlalu bagus sampai tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Di industri hiburan, dia memiliki gelar Wanita Cantik nomor satu.

Jauh di sana, Clara baru saja melihat seorang produser keluar menyambutnya. Tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Yunita melepaskan kacamata hitamnya dan ekspresinya sedikit tidak senang.

Pada saat ini, sebuah bus memasuki terminal, Clara bersama sekelompok orang disekitarnya menaiki bus.

Terminal Jalan No. 216 adalah area tempat tinggal keluarga Clara. Setelah Clara turun dari bus, dia berjalan melalui gang kecil untuk sampai ke rumah.

Saat ini, Yanto Santoso tidak ada di rumah, dan Rina bersama beberapa istri kaya pergi ke klub untuk bermain mahjong.

Clara langsung naik ke lantai atas dan masuk ke kamarnya.

Dia sedikit lelah dan terbaring diam di tempat tidur. Tiba-tiba, ada suara ketukan pintu dari luar kamar .

“Silakan masuk.” Clara berkata dengan nada malas.

Pintu sudah terbuka, dan secara tidak terduga, orang yang berjalan masuk ke kamarnya ternyata Elaine.

Dia mengenakan piyama dan tangannya membawa kotak perhiasan yang berwarna hitam di tangannya.

"Clara, kamu sudah pulang. Aku sudah menunggumu sepanjang hari," Elaine berkata dengan wajah cemberut.

Tipe wanita seperti dia, sangat bisa menarik hati para pria, Sayangnya, Clara adalah seorang wanita dan dia tidak tertarik. Dia terbangun dari tempat tidur dan duduk, kemudian bertanya dengan cuek, "Ada apa?"

“Aku tidak boleh datang mencarimu jika tidak ada apa-apa? Clara, kita dulu selalu berkumpul bersama membicarakan isi hati dan berbagi rahasia,” Elaine berkata dengan lembut.

Mata Clara memandang kebawah, dan emosinya yang acuh tak acuh menjadi dingin. Dulu dia terlalu bodoh, makanya mengganggap Elaine yang penuh kemunafikan ini sebagai saudara perempuannya.

Dia selalu ingat tahun itu, saat dia mengambil ujian masuk perguruan tinggi, dia baru saja keluar dari ruang ujian dan mendapat telepon dari Elaine. Di telepon, suaranya terdengar sangat mendesak.

Dia berkata: "Clara, aku dikepung oleh sekelompok orang di dalam bar di seberang perusahaan. Mereka terlihat sangat galak. Aku sedikit takut. Bisakah kamu datang menjemputku?"

Clara menutup telepon dan bergegas ke bar. Clara pergi ke tempat seperti itu untuk pertama kalinya, dan dia juga takut, tetapi karena memikirkan kondisi Elaine, dia memberanikan diri untuk berjalan masuk.Kemudian, dia melihat sekelompok gangster sedang mengganggu Elaine.

Elaine selalu lemah lembut, bahkan saat diganggu pun dia tidak bersuara. Air matanya mengalir dari sudut matanya.

Clara bergegas, mendorong beberapa gangster itu, dan melindungi Elaine di belakangnya. "Apa yang kalian lakukan, lepaskan kakakku!"

Beberapa gangster itu melihat Clara, kemudian mulai menggoda dan mengganggunya. "Oh, datang lagi seorang adik perempuan yang begitu cantik. Lihatlah wajah kecil ini ..."

“Jangan sentuh aku, apa yang ingin kalian lakukan!” Clara bertanya dengan takut-takut, dia hanyalah seorang gadis kecil dan dikepung oleh sekompok pria, dan suaranya gemetar ketakutan.

“Kakakmu telah menyinggung perasaan kami, adik perempuan kecil, menurutmu, bagaimana cara menyelesaikan masalah hari ini?” Salah satu dari gangster itu berkata sambil tersenyum. Matanya menyipit dan terus berjalan memutar di sekitar Clara, pandangannya mulai tidak senonoh.

Clara menoleh ke arah Elaine, pandangannya penuh dengan pertanyaan.

Elaine berkata sambil berlinangan air mata, "Aku tidak sengaja menabraknya, jusnya tumpah ke badannya, aku sudah meminta maaf."

"Satu kata maaf darimu sudah bisa membuatku melepaskanmu begitu saja? Bajuku ini sangat berharga," Gangster ini berkata sambil menunjuk pakaiannya.

"Aku akan menggantinya dengan uang. Kalian jangan macam-macam." Clara membuka tasnya dengan panik dan menyerahkan uang tunai yang ada di dalam tas kepadanya.

Gangster itu mengambil uangnya, tetapi masih tidak mau membiarkan mereka pergi.

Sebotol brendi ditempatkan di depan Clara dan Elaine.

"Adik perempuan kecil, yang kamu injak sekarang adalah lokasiku, kamu harus mematuhi peraturanku. Minumlah ini, aku akan membiarkan kalian pergi setelahnya." Gangster itu menyerahkan sebotol brendi kepada mereka.

Clara terlihat ragu-ragu dan sedang memikirkan cara untuk tawar-menawar, tetapi Elaine langsung menerima tawaran itu.

"Aku akan meminumnya. Aku adalah kakak, dan sudah seharusnya aku melindungimu," Dia berkata dengan nada lembut, dan kelihatan seperti ingin menangis, seolah-olah dia telah diperlakukan tidak adil.

Lambung Elaine tidak begitu sehat dan biasanya dia tidak minum. Jika dia meminum habis sebotol ini, penyakit lambungnya akan kambuh.

“Biarkan aku yang meminumnya.” Clara merebut botol dari tangannya kemudian membuka tutupnya dengan percaya diri lalu menarik nafas panjang, dan mulai meneguk minum.

Setelah meminum habis sebotol penuh, Clara merasa kepalanya pusing, kakinya lemas, dan dia langsung jatuh terduduk di lantai.

Elaine mengulurkan tangan membantunya dan bertanya dengan cemas, "Clara, apakah kamu baik-baik saja?"

"Aku, aku baik-baik saja. kakak, ayo kita pulang." Clara selesai berbicara, dia langsung pingsan.

Dia mengira Elaine akan mengantarnya pulang dengan aman, tetapi kenyataannya, setelah dia pingsan, Elaine mengacak-acak baju dan roknya, kemudian menggunakan ponselnya menelepon Marco.

Awalnya Marco menunggu di depan ruang pemeriksaan untuk menjemputnya, karena tidak ada siapapun di sana, jadi dia langsung terburu-buru. Akibatnya, ia bergegas ke bar dan saat di sana dia melhat Clara memang sudah mabuk dan pakaiannya berantakan.

Elaine di sampingnya berkata tanpa daya, "Saat aku sudah sampai di sini, Clara sedang minum bersama dengan beberapa pria. Untungnya,aku datang tepat waktu, kalau tidak dia pasti sudah dilecehkan oleh mereka. Aku tidak bisa mengangkatnya sendirian,makanya aku memanggilmu ke sini. "

Marco dengan wajah dingin menggendong Clara yang sudah mabuk dan tidak sadarkan diri kemudian membawanya pulang ke rumah lalu pergi dengan wajah dingin.

Elaine mengantarnya sampai di depan pintu luar, dan dia mengucapkan beberapa kata, "Marco, kamu tidak perlu khawatir. Sebenarnya, Clara dulu tidak seperti itu. Mungkin karena kondisi kesehatan bibinya memburuk, jadi suasana hatinya tidak baik, dan dia juga merasa tertekan mengenai ujian masuk perguruan tinggi, dia juga membutuhkan cara untuk melampiaskan emosinya. "

Harus dikatakan bahwa akting Elaine membuat orang tidak bisa menahan diri untuk bertepuk tangan dan berkata "bagus".

Diantara Clara dan Marco terjadilah kesalahpahaman dan perselisihan yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Oleh karena hal ini juga, dia gagal dalam ujiannya pada hari berikutnya. Pada akhirnya, Yanto Santoso yang menggunakan hubungan relasi agar dia bisa masuk universitas A.

Marco dan dia mengalami perang dingin untuk waktu yang lama. Selama waktu itu, Clara pergi ke rumah Marco setiap hari, membujuk dengan genit dan bermanja-manja dengan wajah yang tersenyum, barulah keduanya berdamai.

Meskipun begitu, hal ini telah menimbulkan bekas di hati Marco.

Kemudian, Clara bertanya kepada Elaine, mengapa dia tidak mengantarnya pulang ke rumah. Meskipun Clara sangat naif, tetapi dia tidak bodoh, seberapa bagus Elaine berakting, pasti akan kelihatan celahnya.

Misalnya, bagaimana pakaiannya bisa robek, dan misalnya lagi, bagaimana Marco bisa muncul di bar.

Elaine tidak bisa menutupi kebohongannya, kemudian dia mengakuinya. Dia menangis dan mengatakan bahwa dia hanya iri padanya, iri karena dia dicintai oleh ayahnya dan di sayang oleh kakak pertamanya, bahkan Rina lebih peduli padanya daripada dirinya sendiri.

Elaine menangis dengan sedih, seolah-olah dia ditipu dan orang yang terintimidasi adalah dia.

Jadinya Clara malah berbalik membujuknya.

Penampilan Elaine yang lemah dan tidak berbahaya adalah penyamaran yang sangat baik.

Jika bukan karena dia yang telah merebut Marco darinya dengan cara yang sangat keji dan ganas, Clara mungkin masih menganggapnya sebagai saudara perempuan yang baik sampai sekarang.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu