Suami Misterius - Bab 355 Doraemon Yang Melamar Pernikahan

Pada saat ini, Milki yang duduk di hadapan Clara, sudah dalam keadaan air mata habis mengalir.

Clara memegang tangannya dengan tidak tega, dan menghiburnya :”Tidak akan terjadi apa-apa, virus apa itu, juga bukan pasti mati, nasib Vincent selalu baik, mana mungkin cepat mati.”

Milki mengangguk-angguk, menarik sebuah senyuman dengan paksa, dia juga berharap Vincent dapat bernasib baik. Namun tingkat kesembuhan hanya 10%, dia tidak berani bertaruh. Seandainya keajaiban tidak terjadi, dia harus bagaimana untuk mengisi kekosongan di hatinya.

Milki sama sekali tidak menyentuh kopinya, sampai kopinya menjadi dingin total.

Dia berpindah pesawat di kota A, hanya ada waktu satu jam untuk penantian di sini. Clara mengantar dia naik pesawat, suasana hati mereka berdua sama-sama terasa berat.

Setelah meninggalkan bandara, suasana hati Clara menjadi sangat kacau.

Di hadapan kematian, manusia adalah makhluk yang paling sepele. Bagaikan sebelumnya, tidak peduli betapa berusahanya dia, tetap tidak berhasil menyelamatkan nyawa ibunya.

Sedangkan Vincent bukan hanya orang yang dicintai Milki, juga teman yang dibesarkan sejak kecil bersama Milki. Dia masih ingat pada saat sekolah bersama, Vincent ingin menaksir Milki, demi meminta bantuannya, Vincent setiap harinya akan membeli sarapan untuknya, membuat semua orang salah paham bahwa Vincent sedang menaksir dirinya, keadaannya canggung sekali.

Clara membawa mobilnya pada perjalanan dari bandara untuk pulang ke rumahnya, setelah itu, dia menerima telepon dari Rudy.

“Sedang di apartemen ?” Rudy bertanya.

“Belum, baru pulang dari bandara, antar seorang teman.” Clara menjawabnya.

“Malam ini, mau makan bersama ?” Rudy bertanya lagi.

Clara :”…..”

Kenapa makan bersama lagi, yang semalam hampir terjadi gangguan pencernaan.

“Tidak ada selera.” Clara menjawabnya.

“Sedang kesal ya ? Kalau tidak aku temani kamu jalan-jalan ke pantai, anggap saja mengganti suasana hati.” Rudy berkata lagi.

“CEO Sutedja begitu sibuk, aku mana berani mengganggu waktumu yang berharga.” Clara berkata dengan nada sindir.

Semalam, Rudy terus bekerja sampai pagi, dan juga tidur di ruang baca. Dia mana mungkin masih tidak tahu diri, membawa Rudy untuk jalan santai bersamanya lagi.

Di sisi telepon lainnya, adalah suara tertawa Rudy yang rendah, “Apinya begitu meledak, aku membuat kamu emosi lagi ya ?”

Clara mengerutkan bibir dan tidak berbicara. Dia mengakui bahwa dirinya memang sedang melampiaskan emosi.

“Setengah jam kemudian, aku menunggumu di Hotel Xinghai, sampai jumpa.” Rudy berkata dengan nada lembut, dan sedang membujuknya.

Clara ragu sejenak, setelah itu, mengangguk dan menyetujuinya.

Setelah memutuskan sambungan teleponnya, dia memutar arah mobilnya, berkendara ke arah Jalan Marina.

Dia pernah pergi beberapa kali ke Hotel Xinghai, hotel ini dibangun di tepi pantai, di depan hotelnya adalah laut dan pantai, gagasan utamanya adalah romantis dan mewah. Banyak studio photo suka mengambil pemandangan di tempat ini.

Mobil Clara berhenti di tempat parkir khusus, setelah itu, berjalan kaki untuk masuk ke dalam hotel.

Dia sedang memakai sepatu tumit sepuluh sentimeter, tidak cocok untuk berjalan di atas pantai, sehingga kakinya hampir keseleo. Clara mulai emosi, akhirnya dia melepaskan sepatu tumit tinggi di kakinya, dan menjinjing di tangannya, lalu berjalan di atas pantai dengan bertelanjang kaki.

Clara berjalan pincang ke depan pintu hotel, setelah sampai baru mengetahui bahwa di depan pintunya telah menggantung papan berhenti operasi.

Clara langsung emosi pada saat itu, dalam hatinya berpikir : Jangan-jangan Rudy sengaja mempermainkan dirinya.

Dia mengeluarkan ponsel, baru saja ingin telepon ke Rudy, langsung terdengar suara letusan di belakangnya.

Clara kekagetan, lalu menoleh dengan refleks, baru menyadari bahwa ternyata ada menyalakan kembang api.

Dalam hati Clara berpikir : Menyalakan kembang api di siang buta, zaman sekarang banyak juga orang yang otaknya bermasalah. Namun dia tetap mengangkat kepalanya, menatapnya dengan lama.

Kembang api melayang ke langit, meletus menjadi api warna-warni yang sangat menarik perhatian, dan akhirnya berubah menjadi bentuk ‘love’.

Clara berpikir, kemungkinan besar ada yang mau melamar pernikahan, meskipun otaknya tidak terlalu waras, tetapi masih tergolong romantis.

Saat ini tangannya masih memegang ponsel, baru saja ingin menghubungi ke Rudy, tetapi tiba-tiba pintu Hotel Xinghai terbuka. Pantai di depan mata tiba-tiba muncul sebuah pintu lengkung, ada bunga segar dan balon.

Setelah itu, sebuah, oh bukan, seekor doraemon berjalan pincang dari dalam hotel. Tangannya masih membawa kotak cincin.

Meskipun betapa lambatnya daya tangkap Clara, saat ini juga sudah menyadari kembali. Semua ini adalah kejutan yang disiapkan Rudy untuk.

Melamar pernikahan seharusnya adalah hal yang serius dan romantis, namun ketika Clara melihat doraemon di depan mata yang bertubuh tinggi, memang tidak kuat menahan lagi, langsung tertawa keceplosan.

Di mana pangeran berkuda putih ? Kenapa malah berubah menjadi doraemon yang gemuk lagi ! Rudy, kamu yakin dirimu sedang melamar, bukan datang untuk berlawak-lawak ya.

Rudy sepertinya juga terbengong karena melihat Clara yang tertawa riang, dia mengulurkan tangan untuk melepaskan kostum kepala doraemon, lalu menatapnya dengan kedua bola matanya yang hitam dan dalam.

Clara menahan tertawa, demi meredakan suasana yang canggung ini, dia mengulurkan tangan untuk mengelus kostum kepala doraemon, lalu tersenyum dengan wajah yang tulus sambil berkata :”Sebenarnya, lumayan imut.”

Rudy :”……”

Baiklah, gaya pemikiran wanita memang berbeda dengan lelaki.

Rudy mengenakan kostum doraemon tebal yang sedikit mengganggu gerakkan, oleh sebab itu, dia menarik ritsleting, lalu melepaskan kostum doraemon. Dikarenakan susah melepasnya, Clara juga turun tangan untuk membantunya.

Rudy melepaskan kostum doraemon dan melempar ke samping, pada saat ini, dia mengenakan kemeja bergaris biru dan putih, mengikat dasi berwarna hitam, dan memakai celana panjang yang lurus dan rapi.

Doraemon berubah menjadi pangeran, akhirnya lebih enak dipandang. Clara mengangguk dengan kepuasan.

Setelah itu, Rudy membuka kotak cincin, lalu mengantarkan cincin berlian yang berkedip-kedip sampai ke hadapannya.

Clara sangat puas sekali dengan cincin berlian ini, sangat cantik, namun tidak terlalu berkesan menyombongkan.

Dia baru saja ingin mengulurkan tangan untuk mengambilnya, namun tangannya malah ditangkap oleh Rudy, lalu menggenggam ke dalam telapak tangannya.

Rudy menatap matanya dengan tatapan lembut, kedua bola mata yang hitam dan dalam, begitu fokus dan serius. “Clara, kamu masih ingat, aku pernah bilang padamu, aku orangnya sedikit keras kepala, hal yang sudah dijanjikan, selamanya tidak boleh berubah. Cincin ini, kalau kamu sudah pakai, harus terus pakai sampai mati, selamanya tidak boleh dilepaskan lagi.”

Clara mengedipkan bola matanya yang cantik, merasa bahwa Rudy biarpun melamar pernikahan juga kesannya begitu mendominasi. Namun Clara benaran ingin memberitahunya, bercerai atau tidak, tidak ada hubungannya dengan cincin, meskipun sudah bercerai, tetapi kalau dirinya nekat tidak mau mengembalikan cincin kepada Rudy, Rudy tetap tidak berdaya juga.

Tentu saja, pemikiran Clara ini tidak boleh memberitahukan kepada Rudy.

Seandainya pada saat Rudy sedang melamarnya dengan begitu serius, namun isi otak dirinya adalah bagaimana menyeret cincin Rudy, mungkin saja Rudy sudah ada niat untuk membunuhnya.

Clara menahan kesabaran untuk mendengar kata-katanya, setelah itu, langsung merebut cincinnya, dan langsung memasang pada pada jari manis di tangan kanannya. Ukurannya sangat sesuai.

Clara dengan refleksnya mengangkat tangannya, jarinya yang putih mulus ditambah lagi sebuah cincin berlian, sinar matahari menembus lewat celah di jarinya, berlian di atas cincinnya berbinar-binar karena sinar matahari, begitu cerah dan murni, bagaikan hubungan dan perasaan dia bersama Rudy, indah sekali.

“Bukannya lelaki yang suka mendominasi ya, mau melamar saja masih cerewet.” Clara melepaskan tangannya, berkata dengan sedikit tidak senang.

Rudy :”…..”

Dia merasa saat ini dirinya lebih baik jangan berbicara.

Clara melepaskan tangannya, tatapan senyum mulai terjatuh pada tubuh Rudy, setelah itu, berkata dengan nada serius :”Rudy, kamu masih kekurangan satu sesi, bukannya seharusnya berlutut untuk melamar ya ?”

Rudy :”….”

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu